Di dapur saat ini, terdapat Iwaizumi [Name] yang sedang memakan sarapannya dengan tenang. Dia hari ini tidak memasak banyak karena persediaan habis jadi hanya ada satu macam makanan di meja.
Di jam itu pula, Iwaizumi Hajime sudah rapi dan keluar dari kamarnya untuk melakukan kegiatannya menagih hutang seperti biasa. Laki-laki itu melangkah ke dapur dan menemukan [Name] sedang menyantap sarapannya sendirian.
Begitu menarik kursi, [Name] baru menyadari kehadiran Hajime dan gadis itu langsung berucap, "Sudah bangun?"
"Belum. Kenapa kamu selalu menanyakan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya, sih?" Desah Hajine, lalu mendudukan diri di hadapan [Name] dan memandang meja makan yang hanya ada beberapa porsi makanan gadis tersebut.
"A-ah, sebentar aku masakan lagi yang baru. Makananku yang ini pedas soalnya," Kata [Name] lalu menjeda makanannya dan bergegas ke depan kompor.
Hajime hanya menatapi itu dalam diam. Memerhatikan [Name] dari meja makan yang sedang memanaskan kembali alat masaknya dan menyiapkan bahan-bahan. Sambil menunggu itu Hajime melamun. Rasanya ia tiba-tiba ingat pernah menyepakati suatu hal yang tak jauh dengan kondisi ini.
Benar. Situasi waktu lalu, saat Hajime pertamakali membuat kesepakatan agar gadis itu selalu membuatkannya makanan sebagai ganti tinggal di apartemen ini dengan gratis. Dengan sebuah syarat, kalau laki-laki itu bertindak semena-mena, [Name] bisa melaporkan ke orangtuanya dan meminta gugatan.
Rasanya sudah banyak yang terjadi. Sudah sering juga mereka beradu mulut dan bertengkar tapi nyatanya gugatan berpisah itu masih belum ada tanda-tanda muncul padahal dulu mereka selalu ingin cepat-cepat menyelesaikan hubungan ini.
Hajime menghela napas. Ia tenggelam dalam lamunan dengan tatapannya yang terpaku pada sosok [Name] di depan sana.
"Ini, makananya."
Hajime mengerjap ketika ditarik ke kesadaran saat [Name] kembali mendudukan diri di hadapannya sambil menyodorkan sebuah masakan hangat. Namun laki-laki itu malah menatap kosong makananya dan memanggil pelan, "Hei, [Name]."
[Name] memandang Hajime, tapi dering telepon dari ponsel gadis itu membuat interaksi mereka terjeda.
Memandang dulu Hajime yang juga menatapnya menyuruh untuk menjawab telepon itu, [Name] lantas mengangkatnya di tempat, "Iya, dengan Iwaizumi [Name]."
Mendengar nama marganya disebutkan seolah sudah terbiasa, Hajime mendengus kecil, lalu mulai menyantap makanannya sambil mendengarkan [Name].
"Ah, interview?"
Hajime dapati ekspresi gadis itu tampak tak menyangka.
"Hari sabtu bisa, iya tidak apa-apa ..."
Mendengar itu rasanya Hajime jadi tahu apa topik yang mereka bicarakan.
"Baik, jam 09.00 ... Baik ... Ah, jauh ya ..."
Tak lama setelah itu, [Name] mengakhiri pembicaraannya lewat telepon. Hening lalu kembali menyambut, [Name] langsung kembali melanjutkan sesi makannya.
"Tawaran kerja?" Celetuk Hajime memecah kesepian tersebut.
"Iya ..." Jawab [Name], lalu melanjutkan, "tapi penempatannya jauh."
"Jadi mau ditolak?"
Terdiam sejenak, [Name] lantas menjawab, "Entahlah. Tapi mengikuti interview itu juga belum tentu aku diterima di sana."
"Yaudah, ikut aja," Balas Hajime.
Kini di dapur, dentingan alat makan bertemu piring terdengar ramai bersahutan kalau dibandingkan dulu dan beberapa waktu lalu yang tampak masing-masing.
![](https://img.wattpad.com/cover/266163594-288-k904340.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
axiomatic » hajime iwaizumi.
FanficIwaizumi Hajime x Reader AXIOMATIC (n). suatu hal yang sudah jelas buktinya tanpa perlu diminta. [Full Name], kalau diibaratkan dia seperti daisy putih. Keramahannya, kebaikannya, kelembutan hatinya, dia adalah gadis yang ditumbuhkan dengan baik. Se...