63

14.9K 1.4K 133
                                    

sepinya koridor seakan menyambut kedua pria muda itu dengan baik, genggaman tangan yang hendak terlepas namun kembali terkait itu menjadi bukti bahwa keduanya sedang berada dalam situasi canggung

jaemin yang hendak melepaskan tautan kedua tungkai tangan mereka terpantau gagal karna jeno dengan sigap kembali menggenggam tangannya dengan erat bahkan lebih erat dari sebelumnya

tanpa sebuah percakapan, jaemin memimpin jeno untuk beranjak menuju toilet siswa, di karna kan hampir seluruh kemeja pria tampan itu penuh dengan darah

"hari ini cuacanya sangat cerah sekali, na" racau jeno yang mungkin kini sedang memutarbalikkan otak agar bisa membantu jaemin melancarkan aksinya

"kenapa kau melakukan itu?" satu pertanyaan jaemin yang sedang membasuh kemeja jeno dengan air wastafel, menatap jeno dengan tatapan sengit nya lewat cermin di depannya

secara spesifik posisi keduanya kini, jeno yang bertelanjang dada sedang bersandar pada dinding di sana tepat di belakang jaemin yang sibuk memunggunginya karna sedang mencuci kemejanya secara manual

sedikit terdiam mendengar pertanyaan jaemin barusan, terlihat jelas air wajahnya yang perlahan berubah sendu, mendekat ke arah pria manisnya dan mulai memeluk jaemin dari belakang. Menenggelamkan wajah tampannya tepat pada tengkuk jaemin




"kau benar benar hanya menjadikan ku sebagai alat mu na?.... " semuanya terdengar lirih, bahkan jeno tidak bisa untuk sekedar membentak apalagi membenci jaemin seperti yang jihyo inginkan sebelum ia bertegur sapa dengan malaikat maut

jaemin tidak sanggup untuk menjawabnya, bahkan aktivitas nya terhenti begitu saja. Menunduk untuk melihat kedua lengan kekar kekasih nya yang melingkar erat pada pinggang nya

"kau tidak mencintai ku? a-apa ada.... yang kurang dari nono?" jaemin bisa merasakan tengkuknya yang basah, di pastikan bahwa jeno tengah menangis secara diam di belakangnya

"jen-"

"tak apa, kau tidak perlu menjawab apapun. tapi satu yang harus kau tau" menjeda kalimatnya untuk mengusap bulir bening yang membasahi tengkuk jaemin "aku tidak bisa membenci mu na, haha. Sejahat apapun kau, seburuk apapun rencana mu, aku tidak bisa membenci mu meski target mu keluargaku sendiri" 

"aku memang sudah berusaha meyakinkan diriku jika kau memang tidak mencintai ku, tapi mendengar fakta tadi mungkin aku hanya sedikit sensitif hari ini" melepaskan kedua lengan kekarnya dari pinggang kecil milik jaemin

menaruh kemeja putih itu pada wastafel begitu saja, berbalik untuk menarik pria tampan di depannya pada pelukan hangatnya, jeno yang tidak tahan kini mulai mengeluarkan semuanya tanpa tersisa, bahka isakan yang sedari awal tidak terdengar kini mulai menyapa telinga pria manis yang tengah mendekapnya

"a-aku harus apa na... apa yang bis-sa ku bantu" menenggelamkan kembali wajahnya pada perpotongan leher jaemin yang ikut merasa bersalah atas rencananya, jaemin benar benar tidak percaya bahwa jeno akan mempercayai bukti itu

mendengar tidak ada satupun jawaban dari jaemin, kini tangisnya semakin membesar seakan menggambarkan luka yang ia pendam, berusaha memperbaiki sifat buruknya demi kekasih yang bahkan tidak benar benar mencintainya, sedikit menyakitkan untuk jeno

"aku akan berusaha un-untuk menjadi alat yang baik"

jaemin sudah tidak bisa membendung air matanya, semuanya rencana nya sendiri namun entah kenapa mendengar racauan jeno yang seakan siap melindungi dan membantunya untuk menghancurkan keluarganya sendiri, membuat jaemin merasa benar benar di cintai

menangkup kedua rahang tegas pria tampan di pelukannya, mentap mata sayu yang sudah basah seluruhnya dengan tatapan teduh bahkan kedua belah bibirnya ikut terangkat

crime of the jung [Markhyuck, Nomin, Sungtaro] (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang