***
Rose punya ritualnya sendiri saat memasak ramyun. Begitu Jennie yang jadi pelayannya menghidangkan ramyun buatannya, gadis itu akan berdiri di dekat meja saji— meja penghubung antara dapur dan tempat makan— kemudian menanyakan rasa makanannya. Rasanya tentu akan selalu sama, karena selain kepiting dan kerang juga hiasan, Rose tidak menambahkan apapun. Mulai dari takaran air sampai bumbu, gadis itu mengikuti resepnya. Resep mie instan yang ada di balik bungkusnya.
"Bagaimana rasanya? Apa enak?" tanya Rose, tersenyum cantik pada empat pelanggan pertamanya malam ini. Empat gadis yang tadi Lisa dan Yoshi goda di depan pintu.
"Enak!" seru keempatnya, bersamaan, begitu bersemangat. Tentu enak, karena idola mereka yang membuatnya.
"Beritahu aku kalau kalian butuh sesuatu," tenang Jennie, menyela pembicaraan itu dengan meletakkan sebuah mangkuk kosong untuk kulit kepiting dan cangkang kerang.
Jennie meninggalkan mereka untuk makan sementara Rose masih bertanya-tanya bagian mana dari ramyunnya yang enak. Keempat gadis itu menjawab dengan gugup, rasanya canggung sekali karena ditanyai idola mereka yang punya suara super merdu itu.
"Ramyunnya bisa lebih enak kalau eonni bernyanyi juga," puji seorang gadis, setengah menggoda Rose.
"Ah... Kalau begitu mau aku putarkan lagu?" tawar Rose, menolak untuk bernyanyi karena ia harus menghemat tenaga untuk gelombang pelanggan dijam makan malam.
Tidak lama, pelanggan makan malam kedua datang. Kali ini tiga orang dan Jennie melayani mereka dengan baik. Gadis itu bahkan tertawa dan mengobrol dengan seorang wanita paruh baya yang mengenalinya namun tidak ingat siapa namanya. "Kau gadis yang sering di tonton putraku, gadis di dapur itu juga," kata wanita paruh baya itu, mengenali Jennie dan Rose.
"Kalau gadis berponi di sana, apa Bibi juga mengenalinya?" tanya Jennie, menunjuk Lisa yang sedang melihat Jiyong menyalakan tungku di luar, untuk memanggang cumi-cumi.
"Oh! Gadis berponi itu... Ah! Aku mengenalinya," katanya, gemas karena ia tidak bisa mengingat nama gadis-gadis itu. Sampai akhirnya Jennie memperkenalkan namanya, mereka berbincang bahkan sebelum wanita paruh baya itu memesan makanan.
"Ah... Jennie, Rose dan Lisa? Lalu satu gadis lainnya? Yang cerewet itu?" obrol sang ibu yang datang bersama dua temannya.
"Nama aslimu Jennie atau hanya nama di TV?" tanya wanita lainnya.
"Nama asliku Jennie, kalau Rose nama Korean-nya Park Chaeyoung, Chaeng. Kalau Lisa tetap Lisa, dan yang satunya Jisoo. Tapi Jisoo tidak ada di sini, dia sedang syuting drama, tayang bulan depan," jawab Jennie. Lama mereka mengobrol sampai akhirnya wanita-wanita itu memesan tiga mangkuk ramyun.
Setelah menyampaikan pesanan mereka pada Rose, Jennie berlari kecil ke pintu belakang, dia mengintip dari pintu, memanggil Lisa dan Jiyong yang sibuk menyalakan tungku. Keduanya bisa lebih santai karena Yoshi dan Jihoon ada di meja kasir.
"Oppa, Lisa, Apa masih ada ubi bakar?" tanya Jennie dari pintu.
"Masih, tapi sudah dingin. Di lemari es," kata Lisa dan Jennie hanya mengangguk, mengatakan kalau ia akan mencari sendiri ubi-ubi itu.
Jennie mencari ubi itu untuk di tawarkan pada tiga wanita yang mengajaknya mengobrol malam ini. Ia juga menawarkan ubi itu pada fans-fansnya yang duduk di meja sebelah. Jennie pikir bekerja di sana mudah sebab ia masih bisa berbincang dan tertawa bersama tamu-tamu yang datang.
"Jadi nanti Bibi akan berdiri di halte lalu mengantar wanita-wanita muda pulang?" tanya Jennie, setelah lama berbincang dengan pelanggannya. "Wahh... Keren, pasti wanita-wanita muda di sini bisa hidup tenang. Di rumahku tidak ada aturan seperti itu. Aku dan Lisa pernah berjalan bersama di dekat rumahku, lalu kami diikuti. Sampai akhirnya aku harus menelepon polisi," cerita Jennie, membuat Rose juga empat gadis di meja sebelah ikut tertarik untuk mendengarkannya. Rose bahkan tidak tahu cerita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Mart
FanfictionFanfiction dari acara ragam TvN judulnya Unexpected Businesses. Castnya Cha Taehyun sama Jo Insung