18

785 193 10
                                    

***

Toko selanjutnya adalah toko peralatan. Tempatnya ada di sebelah koperasi. Lepas meletakan belanjaan di dalam truk, mereka pergi ke sana. Tujuan utamanya mencari briket juga beberapa peralatan berkebun yang tidak ada di toko. Kemarin seorang pria paruh baya mencari sekop kecil namun mereka tidak memilikinya.

"Oppa, ayo beli jam juga," kata Lisa, menarik Jiyong yang sedang melihat-lihat sekop ke arah rak berisi banyak jam dinding. "Kita butuh jam untuk ditaruh di sebelah kasir, untuk mengecek waktu bus lewat," katanya santai.

"Aku belum selesai dengan sekopnya," balas Jiyong, menatap beberapa jam di sana kemudian menunjuk satu yang setiap angkanya paling besar. "Ada banyak lansia yang menunggu bus, beli yang itu saja," suruhnya dan Lisa mengangguk, berjinjit untuk mengambil jam yang Jiyong tunggu sementara pria itu kembali ke rak sekop yang tidak jauh dari sana.

"Ish! Bantu aku!"

"Kau bisa melakukannya sendiri, semangat, fighting!" acuh Jiyong, tetap kembali pada sekop-sekop yang ia butuhkan.

Sementara itu, di toko, Rose tengah bekerja di kasir dan Seunghyun ada di kios daging. Keduanya sedang melayani pelanggan ketika pintu terbuka dan suara Song Mino juga Kang Seungyoon WINNER menguap di udara. "Halo semuanya!" seru keduanya, sangat bersemangat dengan ransel-ransel besar juga tas jinjing yang terlihat berat.

"Whoa... Berisik sekali," gumam Seunghyun dari tempatnya.

Semua mata kini tertuju pada mereka yang baru saja masuk ke toko. Senyum tiga orang pria di pintu— Dong Yongbae, Kang Seungyoon dan Song Mino— menghangatkan hari yang sudah menjelang siang. Namun begitu datang, mereka sudah harus mulai bekerja. Seunghyun yang memerintahnya.

"Ya! Akhirnya datang juga! Cepat bekerja!" seru Seunghyun, menggerakkan tangannya agar para pekerja paruh waktunya bergegas menghampirinya. "Taruh barang-barang kalian di sini! Kenapa banyak sekali bawaan kalian? Kalian akan pindah rumah?" heran Seunghyun, setelah tiga pria yang baru datang tadi menghampirinya. Bahkan Lisa dan Rose tidak membawa barang-barang sebanyak itu.

"Jiyong hyung ingin membawa satu studio ke sini, kalau bisa," kata Mino, yang datang dengan sebuah gitar di punggungnya, sedang Seungyoon membawa sebuah keyboard selain tas jinjing berisi pakaian mereka.

"Lalu apa yang kau bawa?" tanya Seunghyun, pada Yongbae yang masih terkekeh melihat teman segrupnya berdiri di kios daging, memegangi pisau besar dengan setumpuk daging di depannya. Pria itu baru selesai memotong satu pesanan daging tapi belum membungkusnya dengan plastik wrap.

"Makanan dan mic," tenang Yongbae. "Aku tidak membawa pakaian apapun, akan ku pakai milikmu hyung," susulnya. "Tapi hyung, sejak kapan kau memotong daging? Kau bisa melakukannya?" katanya, masih terkekeh, masih meledek.

"Jangan meledekku, mulai hari ini kiosnya jadi tanggung jawabmu," balas Seunghyun, berusaha untuk terdengar mengancam.

Lepas meletakan barang-barang dan menunggu Seunghyun maupun Rose selesai dengan pelanggan mereka, tiga pegawai paruh waktu itu diajak berkeliling. Seunghyun yang mengajak mereka berkeliling, sebab Rose masih punya beberapa antrian kasir di depannya. Mino dan Seungyoon yang sedikit banyak terbiasa dengan mesin kasir pergi bersama Seunghyun. Sedang Yongbae berdiri di meja kasir, membantu Rose mengemas belanjaan orang-orang ke dalam plastik sembari memperhatikan gadis itu bekerja.

Selesai melihat-lihat dan menyesuaikan diri di toko itu, mereka mulai berdiri di tempat masing-masing, melakukan apa yang perlu mereka lakukan. Seungyoon dan Mino menggeser beberapa barang di dekat area makan. Ia buat panggung kecil di sana, dengan gitar, keyboard juga microphone. Sementara itu di dapur, Yongbae mulai membantu Rose menyiapkan menu makan siang mereka— mie instan.

"Siapa yang akan bernyanyi di sana?" komentar Seunghyun, yang sesekali lewat karena harus mengambilkan tissue roll di rak tinggi, di belakang Seungyoon dan Mino.

"Rose," tenang Mino, sibuk memasang kabel juga menyesuaikan suaranya.

"Dia sibuk," tenang Seunghyun. "Sibuk bertengkar dengan Lisa tentang berapa jumlah daun bawang yang harus ada di mangkuk," susulnya, membuat lawan bicaranya terkekeh. Mereka sudah menduganya, pertengkaran tidak berarti itu. Namun pertengkaran itu terdengar menyenangkan bagi mereka.

Waktu berlalu dan kini Seunghyun berdiri mengajari Yongbae caranya memotong daging. Keduanya berdebat, bertengkar karena Seunghyun pun tidak tahu apa yang ia katakan. "Tidak tahu! Pokoknya potong saja berlawanan dengan arah serat dagingnya," kesal Seunghyun, sebab Yongbae terus menanyainya dengan pertanyaan-pertanyaan yang baginya tidak masuk akal. Berapa senti ketebalan dagingnya? Kenapa harus dua senti? Kenapa harus setebal itu? Kenapa harus lebih tipis? Kenapa dan kenapa, Yongbae terus bertanya. Ia bertanya hanya untuk menggoda Seunghyun. Hanya untuk membuat pria itu kesal kemudian menggodanya.

Jam makan siang akhirnya datang. Yongbae bertugas di dapur membantu Rose, Seungyoon mengurus pelanggan di area makan, sedang Mino dan Seunghyun melayani pelanggan lainnya di kasir juga sesekali di kios daging. Semua orang sudah berada pada tempatnya sekarang, mencoba beradaptasi dengan situasi di tempat kerja mereka kemudian menikmatinya.

"Bekerja dengan Yongbae oppa lebih menyenangkan daripada dengan Jennie eonni dan Lisa," komentar Rose, sembari menuangkan secangkir air ke dalam panci untuk merebus mie.

"Wah... Apa aku harus berterimakasih?" komentar Yongbae, yang dengan santai memasukan kerang juga kepiting dan bumbu mie ke dalam panci yang sama kemudian mengopernya ke kompor. Mereka hanya perlu menunggu airnya mendidih kemudian memasukan mie instannya, memasaknya sampai matang.

Sudah ada empat orang di area makan, duduk di satu meja, memesan empat mangkuk mie instan dengan kepiting. Sembari tersenyum, Seungyoon melayani mereka, mencatat pesanan, menyajikan kimchi juga peralatan makan. "Apa akan ada live music di sini?" tanya seorang pelanggan, seorang wanita muda yang bekerja di kantor pos, tidak jauh dari sana.

"Iya, Kang Seungyoon WINNER yang akan bernyanyi nanti malam. Datang lah lagi nanti malam, eonni," promosi Rose, tanpa bicara lebih dulu pada Seungyoon. Rose telah mengenal wanita itu, ia sudah beberapa kali datang untuk membeli camilan juga makan siang di sana.

"Aku? Bukan kau?" heran Seungyoon, menunjuk dirinya sendiri juga Rose bergantian.

"Lalu siapa lagi? Oppa penyanyi. Nyanyikan lagu romantis yang bisa membuat semua wanita jatuh cinta," goda Rose, membuat Seungyoon menaikan alisnya, berharap ia tidak memahami arah pembicaraan itu. "Nyanyikan lagu yang sangat indah seolah kau ingin mendapatkan kembali mantan kekasihmu, jadi semua pelanggan di sini bisa makan dengan nyaman lalu pulang dan tidur nyenyak," susulnya, tidak mau berhenti.

"Tapi kau juga penyanyi, Rose," komentar Seungyoon. "Semuanya penyanyi, bukan begitu? Ada Yongbae hyung, ada Seunghyun hyung, nanti Jiyong hyung juga kembali. Kenapa aku?"

"Aku! Aku! Aku mau bernyanyi nanti!" seru Mino, berteriak dari meja kasir. "Kalau Seungyoon tidak mau, aku yang akan bernyanyi bersama Lisa, lagu apa yang bagus? Untitled? Atau Born To Love You? Bagaimana aku bisa melupakanmu? I was born to love you~" nyanyi pria itu, ikut menggoda Seungyoon yang kini menghela nafasnya, tidak lagi bisa berkata-kata. Penyesalan selalu datang belakangan, dan ia selalu terlambat menyadarinya.

***

Unexpected MartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang