15

981 206 27
                                    

***

Pagi ini para bintang itu berdiri mematung di depan kendaraan belanja mereka. Setelah berunding semalam, mereka setuju kalau Lisa dan Jiyong yang akan pergi belanja, sementara Seunghyun dan Rose akan tetap di toko sampai pegawai paruh waktu lainnya datang. Alasannya sederhana— karena Lisa tidak bisa menggantikan Rose di dapur dan Jiyong pun tidak bisa menggantikan Seunghyun memotong daging. Jennie, Jihoon dan Yoshi sudah siap untuk pulang sekarang, namun ketiganya menyempatkan diri untuk tertawa melihat truk yang harus Jiyong kemudikan pagi ini.

"Aku tahu kalau aku harus menyetir truk, aku sudah diberitahu, tapi aku tidak tahu kalau perjalanannya satu setengah jam. Kenapa pasar grosirnya jauh sekali?! Dan kenapa truknya besar sekali?!" keluh Jiyong, bicara pada produser acara itu melalui kamera drone yang merekam mereka. Pria itu bahkan tidak bisa mengomeli produser acaranya secara langsung sekarang.

"Oppa bisa menyetir truk? Punya lisensinya?" tanya Lisa. "Aku tidak boleh kecelakaan dan mati sekarang, kalau oppa ragu lebih baik kita naik taksi? Atau naik mobilmu saja, tidak perlu naik truk kan?" katanya, sembari memeluk lengan Jennie yang sebentar lagi harus pulang. Mereka akan berpamitan dengan Jennie, kemudian berpisah— Jennie pulang, Lisa berbelanja dan Rose kembali ke toko.

"Sialan. Jangan membuatku semakin kesal," sinis Jiyong.

"Ish, kasar," cibir Rose. "Kenapa oppa kasar sekali? Tidak boleh begitu," susulnya, mengundang tawa Seunghyun.

"Cepat pergi dan cepat kembali, jangan mampir pulang lalu tidak kembali lagi ke sini," pesan Seunghyun, setelah puas menertawakan temannya yang masih meratapi nasib. "Kalian juga cepat pulang dan jangan menyebarkan rumor apapun, kami masih butuh banyak pegawai paruh waktu," susulnya, menepuk bahu Jennie, Jihoon juga Yoshi lalu berlari ke toko karena kedatangan seorang pelanggan.

Setelah banyak mengeluh mereka akhirnya berangkat. Lisa duduk di sebelah Jiyong, memakai seat belt-nya kemudian berpegangan pada tuas di atas pintu dengan kedua tangannya. Gadis itu jauh kelihatan lebih gugup daripada Jiyong yang harus mengemudi. "Ada apa denganmu?" heran Jiyong, yang bahkan belum menyalakan mesin truk itu.

"Tidak apa-apa," katanya, berpura-pura tenang meski sebenarnya ia gugup luar biasa. "Oppa, kau benar-benar bisa menyetirnya kan? Lisensimu asli kan? Kau mendapatkan lisensi itu setelah tes kan? Bukan membelinya?" resah gadis itu, tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.

"Tidak tahu, kita lihat saja-"

"Bagaimana bisa?! Kalau kecelakaan bagaimana?!" potong Lisa, hampir membuka pintu mobil itu, ingin melarikan diri sebab terlampau khawatir.

"Ya! Ya! Ya! Aku bisa," tahan Jiyong, memegangi kerah kaus teman seperjuangannya, menahan Lisa agar tidak kabur. "Duduk yang tenang, jangan berisik, aku butuh konsentrasi," perintahnya kemudian, membuat Lisa sekali lagi menatap curiga padanya.

Perjalanan dimulai dan Lisa tidak bisa berhenti berdoa, berharap pria mencurigakan di sebelahnya benar-benar bisa mengemudikan truk barang itu dengan benar. Di jalanan yang sepi, truk itu melaju lambat, Jiyong perlu menyesuaikan dirinya lebih dulu dengan kendaraan barunya. Beberapa traktor yang kebetulan melintas berkali-kali menyalip mereka. Lisa sedikit lebih tenang karena Jiyong kelihatan sangat berhati-hati, namun setelah beberapa meter gadis itu jadi bosan.

"Oppa, kenapa lambat sekali? Kurasa aku bisa berjalan lebih cepat daripada ini," komentar Lisa.

"Kau sedang mengajakku bertengkar sekarang?" balas Jiyong, sedikit melirik gadis di sebelahnya dengan sinis.

"Tidak," geleng gadis itu. "Tapi kapan kita akan sampai kalau oppa selambat ini? Gwangju masih jauh sekali," susulnya dengan nada yang dibesar-besarkan.

"Wah... Dan aku jadi kesal sekali," kata Jiyong, dengan nada yang sama seperti nada bicara gadis di sebelahnya.

Sementara mereka terus berdebat, di toko Rose diajari caranya memakai mesin kasir. Sampai mereka punya pegawai paruh waktu, Rose dan Seunghyun harus bergantian menjaga meja kasir itu, sebab kios daging dan dapur juga perlu diurus. "Oppa, siapa yang diundang hari ini?" tanya Rose, yang menyempatkan diri menyeduh teh dan kopi sebelum mereka kebanjiran pelanggan.

"Seungyoon-"

"Kang Seungyoon?! Seungyoon yang aku kenal?! WINNER?" potong Rose, terdengar sangat terkejut, hingga Seunghyun yang duduk di meja kasir langsung menoleh padanya. "Whoa! Siapa yang mengundangnya?! Whoa! Whoa! Lalu siapa lagi yang datang?"

"Yongbae dan Mino-"

"Mino juga?! Wah! Whoa! Astaga! Oh my Gosh! Kasihan Lisa tapi aku tidak sabar melihat mereka!" serunya, dengan senyum yang sangat ekspresif, terlihat jahil juga sangat senang.

"Kenapa?" tanya Seunghyun. "Ada sesuatu diantara Seungyoon dan Mino?"

"Hm! Lisa pernah berciuman dengan Mino oppa tapi dia berkencan dengan Seungyoon oppa, lalu sekitar satu tahun lalu mereka putus. Mereka sering putus, lalu berkencan lagi, lalu putus lagi, begitu terus, tapi Jisoo eonni bilang, kali ini mereka benar-benar putus dan tidak akan berkencan lagi."

"Kenapa?"

"Karena Lisa memblokir nomor telepon Seungyoon oppa dan Seungyoon oppa juga memblokir nomor telepon Lisa."

"Kenapa?"

"Apanya?"

"Kenapa mereka putus dan kenapa mereka saling memblokir? Seseorang berselingkuh?"

"Aku akan dipukul kalau mengatakannya, oppa tanya saja sendiri. Tapi kapan mereka datang? Ah! Aku tidak sabar! Apa yang harus aku buat untuk menyambut mereka? Tentu saja ramyun!" ocehnya, bicara sendiri sedang Seunghyun masih berusaha mencerna kata-katanya.

Pelanggan datang dan obrolan itu harus diakhiri. Sembari bekerja di dapur, mengeluarkan kepiting-kepiting beku dari freezer kemudian membuat sarapan— roti panggang, telur goreng dan sosis— Rose terus tersenyum. Sesekali terkekeh karena membayangkan wajah kaget Lisa karena melihat Seungyoon di sana.

Seunghyun melayani pelanggan, memotongkan daging untuknya kemudian memindai barang-barang lainnya di meja kasir. Selesai melakukan pekerjaannya, pria itu menghampiri Rose untuk sarapan, "berhentilah tersenyum, apa yang sedang kau bayangkan?" komentar Seunghyun begitu mendekat. Ia duduk di kursi tinggi, di depan Rose, kemudian menerima sepiring sarapan sederhananya.

"Bagaimana kalau kita menjodohkan Lisa dan Seungyoon oppa lagi? Agar mereka kembali berkencan lagi," kata Rose, mengeluarkan apa yang sedari tadi ia bayangkan di kepalanya.

"Kalau kau ingin mereka kembali berkencan, berarti alasan putusnya bukan perselingkuhan, lalu apa alasan mereka putus?"

"Ish... Aku tidak bisa mengatakannya. Oppa harus tanya sendiri masalah itu pada Lisa atau Seungyoon oppa, kalau aku memberitahumu, mereka berdua akan memarahiku. Augh! Membayangkannya saja membuatku sakit kepala," kata Rose, sembari menggeleng. Ia berdiri di depan Seunghyun. Ada meja dapur di antara mereka, juga dua piring sarapan dan dua gelas minuman hangat yang belum di sentuh.

"Hm... Kalau begitu, daripada membuat mereka kembali berkencan, lebih baik jodohkan saja Lisa dengan yang lainnya. Dengan Mino atau Jiyong misalnya? Kalau Seungyoon cemburu-"

"Tidak boleh!" suara Rose memotong saran dari Seunghyun.

"Kenapa?"

"Pokoknya tidak boleh!"

"Kenapa? Kau menyukai Mino? Atau Jiyong?"

"Tidak!" Rose berseru semakin keras, perasaan gugupnya terlihat sangat jelas.

"Kenapa? Kenapa tidak boleh?"

"Pokoknya tidak boleh! Jangan!" Rose bersikeras.

"Kau menyukai Mino atau Jiyong?"

***

Unexpected MartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang