24

379 82 4
                                    

***

Malam itu juga, para pegawai paruh waktu pergi meninggalkan toko. Hampir tengah malam, ketika mobil dari agensi datang untuk menjemput mereka bertiga. Tepat setelah makan malam yang santai dengan banyak obrolan, Mino, Seungyoon dan Yongbae diantar pulang.

"Aku juga ingin diantar pulang, oppa... Ikut," Lisa berkata, mengulurkan tangannya agar Yongbae yang terakhir masuk ke van mau membawanya juga.

"Ayo ikut," Yongbae mengizinkannya. "Tapi bernyanyilah untuk lagu baru-" suara pria itu terhenti, disela temannya.

"Tahan dulu nona, kau masih harus mencuci piring," Jiyong memegangi bagian belakang kaus Lisa, ketika gadis itu benar-benar menginjakan kakinya ke van. "Setelah mencuci piring kau boleh pergi," susul Jiyong, yang langsung menerima tatapan terkejut dari Rose juga Seunghyun.

"Sungguh?" Lisa ikut penasaran.

"Ya, kau boleh pulang malam ini, setelah mencuci piring," angguk Jiyong. "Tapi datang lagi ke sini, sebelum jam enam pagi. Kalau terlambat, gajimu dipotong," susul pria itu, jelas membuat Rose juga Seunghyun terkekeh mendengarnya.

Lepas melambai pada mereka yang kembali ke rumah, keempatnya melangkah masuk lagi ke dalam toko. Seunghyun berjalan sembari meregangkan ototnya, sedang Lisa dan Rose saling merangkul masuk ke dalam toko. "Memang kita digaji untuk menjaga toko? Jiyong oppa yang menggajinya? Aku tidak tahu kalau kita digaji," Lisa bertanya, tidak seberapa keras karena ia memang hanya ingin bicara pada Rose.

"Aku juga tidak tahu," gadis itu menggeleng. "Apa gajiku double? Aku bekerja di toko dan di dapur juga," susulnya, juga ingin tahu.

"Kalau gajimu double, berarti Seunghyun oppa juga double? Dia bekerja di toko dan di kios daging juga. Berarti gajiku yang paling sedikit? Karena aku hanya pesuruh? Tidak adil," obrol Lisa. "Oh! Kalau gajimu double, kau harus memberiku ongkos cuci piring, bukan begitu?" tanyanya dan Rose mengerutkan dahinya.

"Kenapa aku harus memberimu ongkos cuci piring? Kau harus mencuci piring karena kalah taruhan," balas Rose, membuat Lisa mengerutkan bibirnya. Gadis itu sengaja mengalah tadi, pada Yongbae. "Apa? Jangan memberiku wajah begitu. Kau sendiri yang memilih untuk mengalah, agar Yongbae oppa menyukaimu dan memilihmu untuk lagu barunya," susul Rose, mengingatkan Lisa atas keputusannya sendiri.

"Hhh... Bekerja benar-benar sulit, jadi dewasa itu sulit," keluh Lisa, sengaja menaikan volume suaranya agar Jiyong dan Seunghyun juga mendengarnya. Dua pria itu memilih untuk merokok di depan toko, sementara mereka memberi tanda agar para gadis masuk ke dalam lebih dulu. Keduanya akan menyusul setelah menyelesaikan sebatang tembakau mereka. "Oppa, berapa gajiku?" tanya Lisa, yang justru menahan Rose agar tidak segera masuk seperti yang pria-pria itu inginkan.

Jiyong mengangkat bahunya. Tidak ia tahu berapa banyak gaji yang Lisa terima dari acara mereka itu. "Kau mendiskusikan gajimu dengan managermu, kenapa bertanya padaku?" heran Jiyong karena pertanyaan itu. "Memangnya aku managermu? Atau kau pernah memberitahuku berapa gajimu?" susulnya dan Lisa jadi semakin bingung.

"Tidak, bukan yang itu," geleng Lisa. "Oppa akan memberiku gaji, kau bilang gajiku akan dipotong kalau aku terlambat. Kita sedang membicarakan gaji di toko ini, iya kan?" tanyanya dan Jiyong menggeleng.

"Untuk apa aku menggajimu?" bingung Jiyong. "Gaji yang aku bicarakan tadi itu gaji untuk acara ini, bukan gaji menjaga toko ini. Aku akan minta pada produsernya untuk memotong gajimu kalau kau terlambat syuting," katanya kemudian. Seunghyun terkekeh mendengarnya, sedang Rose mengeluh kecewa. Rose dan Lisa berfikir, mereka akan dapat gaji dari keuntungan toko selama sepuluh hari bekerja di sana.

"Lalu uang dari keuntungan tokonya untuk apa?" tanya Rose kemudian, terlanjur penasaran.

"Membayar liburan pemilik asli toko ini," Seunghyun menjawabnya.

"Ah... Kalau begitu, kita harus bekerja lebih keras. Liburan butuh banyak uang," angguk Lisa kemudian. "Kalau begitu, ayo cuci piring- ah! Aku ingin Jiwon oppa datang ke sini, tanpanya aku selalu kalah-"

"Tanpanya kau tidak punya partner in crime, begitu maksudmu?" potong Jiyong, namun Seunghyun justru bertanya Jiwon mana yang mereka bicarakan—Kim Jiwon alias Bobby iKon atau Eun Jiwon dari Sechskies.

"Jiwon mana pun tidak masalah," santai Lisa, lantas merangkul Rose untuk segera masuk ke dalam toko, bergegas menyelesaikan tugasnya mencuci piring.

Lepas Lisa menyelesaikan tugasnya mencuci pikir bekas makan malam mereka, juga lepas Seunghyun dan Jiyong selesai membersihkan toko lalu mengunci pintu, keempatnya masuk ke dalam ruang istirahat. Rose yang pertama mandi, sedang tiga lainnya duduk di ruang tengah sempit itu, bermain dengan handphone mereka masing-masing.

"Setelah hari ke tiga, aku mulai terbiasa," kata Lisa sembari memainkan game di handphonenya. "Tetap berat dan melelahkan, tapi tidak seburuk di hari pertama kemarin. Aku masih bisa bermain game sekarang," susulnya, memaksa pria-pria yang berbaring lelah di lantai itu untuk berbincang.

"Berapa banyak hadiah kita dari biro tadi?" Seunghyun tiba-tiba bertanya, tidak menanggapi ocehan Lisa.

"Dua voucher tukang daging, tiga voucher freelancer dari agensi lain dan satu voucher makan malam," kata Jiyong, pria yang menyimpan semua voucher mereka.

"Voucher freelancer itu... Apa bisa mengundang aktor?" tanya Lisa dan dua pria yang berbaring di lantai tadi, menoleh ke arahnya, yang tengah duduk di sofa sembari menatap layar handphonenya.

"Siapa?"

"Gongyoo-"

"Ya!" bersamaan, Jiyong juga Seunghyun membentak Lisa. "Realistis sedikit! Bagaimana bisa kita mengundang Gongyoo?! Kalaupun bisa, mana mungkin dia mau datang?" seru Jiyong kemudian.

"Huh? Kenapa oppa marah?" protes Lisa, masih tanpa mengalihkan pandangannya dari handphonenya. "Aku hanya bertanya. Seunghyun oppa juga aktor, siapa tahu dia punya cara untuk menghubungi Gongyoo? Aku sangat mengidolakannya," katanya kemudian.

"Kau pikir aku mengenal semua aktor yang ada di TV? Aneh," balas Seunghyun. "Lalu kalau kau ingin aku mengundang Gongyoo, apa kau bisa mengundang BTS? Atau Twice?"

"Kenapa? Oppa mengidolakan mereka?"

"Tidak, fans mereka banyak-"

"Fansmu juga banyak," potong Lisa. "Meskipun kenal, aku tidak berani mengundang mereka. Selain orang-orang di agensi, aku tidak bisa mengundang yang lainnya. Aku pemalu," katanya. 

Rose selesai dengan urusannya di kamar mandi. Begitu keluar dari kamar mandi, ia bergegas masuk ke dalam kamar tidurnya, menutup pintunya lalu mengeringkan rambutnya di sana. Sembari sibuk mengeringkan rambutnya, Rose berteriak menyuruh Lisa mandi, namun gadis itu menolaknya.

"Kalau tidak mandi, kau tidak boleh tidur di sini!" teriak Rose dari dalam kamar, yang hanya dibatasi dengan sebuah papan tebal untuk jadi dindingnya.

"Aku akan mandi besok-"

"Kalau begitu tidur saja di kios daging!" potong Rose, masih sembari berteriak dari dalam kamarnya.

"Jiyong oppa akan mandi duluan!" Lisa balas berteriak, namun sayangnya, baik Jiyong maupun Seunghyun, keduanya bersepakat untuk mandi besok pagi, sesaat sebelum jam kerja mereka dimulai. Keduanya terlalu lelah untuk mandi tengah malam ini.

***

Unexpected MartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang