25

434 89 5
                                    

***

Seorang gadis kecil mendongakkan kepalanya, menatap pada dua sosok tinggi di hadapannya. Matanya berkedip, berkali-kali membalas tatapan dua orang yang menunduk untuk melihat. "Tinggi sekali," gumam anak itu, sembari meremas botol minum yang ibunya bawakan untuknya.

"Jadi... apa ada minimarket di dekat sini?" Lee Sungkyung mengulangi pertanyaannya, dan gadis kecil tadi menunjuk ke toko di belakangnya dengan tangan kanannya. "Bukan, bukan supermarket tapi minimarket, yang kecil," kata Sungkyung sekali lagi.

"Tidak tahu," gadis kecil tadi, yang kira-kira baru menginjak kelas satu sekolah dasar menggelengkan kepalanya.

"Coba tanya saja ke dalam," Lee Soohyuk membuka mulutnya, namun di saat yang sama, sebuah drone terbang di atas kepalanya, merekamnya, mengelilinginya. "Tempatnya benar di dekat sini," pria itu kembali berucap, memberi tahu teman seperjalanannya kalau ada drone yang merekam mereka.

Lepas melihat gadis kecil tadi berlari pergi, Lee Sungkyung beserta Lee Soohyuk melangkah menghampiri toko besar di depan mereka. Dan kebetulan sekali, bersamaan dengan langkah keduanya, Roseanne Park keluar dari pintu dapur. Gadis itu membuka pintu dapurnya sembari membawa secangkir minuman.

"Oppa! Eonni!" Rose berteriak, menyapa dua pegawai paruh waktunya hari ini. "Kenapa kalian datang pagi sekali?! Whoa! Whoa!" serunya, lantas berlari kecil menghampiri dua tamu itu setelah ia meletakan cangkirnya di atas tungku yang kosong.

Saat itu masih pukul setengah delapan pagi. Kasir sudah beroperasi, kios daging pun sudah. Mereka sudah melakukan banyak hal namun ini masih terhitung pagi, masih terhitung sepi, karena Rose masih bisa bersantai dan Jiyong masih ada di kamar mandi.

Sama seperti pekerja paruh waktu lainnya, sama juga seperti para member acara itu, mereka semua terkejut melihat skala tokonya. Ini bukan minimarket, ini supermarket—begitu anggapan semua yang datang untuk pertama kalinya.

"Jiyong oppa sedang mandi, Lisa di kasir, Seunghyun oppa memotong daging-"

"Memotong daging?" Soohyuk menoleh, menatap Rose dengan tatap tidak percaya khasnya. Sungkyung pun sama, namun gadis itu menahan tawanya.

Rose mengangguk, lantas mengajak dua pekerja paruh waktunya untuk masuk ke dalam toko. Begitu pintu di buka, dan mata kedua pendatang itu menangkap sosok Seunghyun di kios daging, di sudut toko, tawa keduanya pecah. Sungkyung juga Soohyuk tertawa, terbahak-bahak, melihat Seunghyun tengah menunduk, fokus pada daging-dagingnya.

"Eonni! Oppa!" Lisa menoleh pada arah tawa berisik itu. Ia ingin menghampiri keduanya, namun ia masih melayani seorang pelanggan—seorang ibu yang tentunya juga terkejut melihat aktris Lee Sungkyung dan aktor Lee Soohyuk di sana.

Lepas bertukar sapa, juga pada pelanggan di sana, Sungkyung dan Soohyuk duduk di depan dapur. Lisa meninggalkan kasir untuk berbincang, mumpung tidak ada pelanggan yang memerlukannya sekarang. Rose menjamu tamunya dengan kopi yang ia seduh sendiri, sedang Jiyong dan Seunghyun belum bergabung dengan mereka.

"Jiyong oppa baru saja masuk kamar mandi," Lisa berkata. "Lama tidak bertemu denganmu eonni, denganmu juga oppa," sapa Lisa sekali lagi, kali ini sembari memeluk Sungkyung.

"Wah... Tempat ini besar sekali," komentar Sungkyung. "Ada live music juga di sini?" tanyanya, menunjuk keyboard juga microphone yang freelancer kemarin tinggalkan.

"Iya, Seungyoon oppa yang membawanya kemarin, semalam mereka langsung pulang," angguk Lisa.

"Seungyoon? Seungyoon yang itu?" Sungkyung bertanya dan Lisa mengerutkan dahinya.

"Ada Seungyoon lain di agensi kita?" Lisa balas bertanya. "Lupakan saja soal Seungyoon oppa, Mino oppa yang membawanya," ralat Lisa sementara Soohyuk hanya terkekeh, ingat kalau di akhir perjalanannya dengan kapal pesiar, Seungyoon pernah datang untuk menjemput Lisa. Meski hubungan jangka panjang itu akhirnya berakhir.

Mereka berbincang, juga dengan Rose yang sudah selesai dengan kopi-kopinya. Bersamaan dengan itu, Seunghyun selesai dengan daging-dagingnua. Jiyong pun muncul bersamaan si tukang daging, menghampiri pekerja baru mereka. "Jalanannya lancar? Aku pikir kalian baru akan tiba jam sepuluh nanti," Jiyong berkata, setelah ia menyapa teman dekatnya, sangat dekat hingga Jiyong tidak terkejut melihat dua orang itu datang. Jiyong yang menelepon keduanya, meminta mereka untuk datang membantunya.

"Soohyuk oppa menjemputku jam empat pagi tadi," Sungkyung berkata. "Aku baru saja bangun, ketika dia tiba-tiba meneleponku dan bilang—aku sudah di depan rumahmu," ceritanya.

"Kau tahu dimana rumahnya?" Seunghyun bertanya, tentu pada Soohyuk.

"Mereka tetangga," kali ini Jiyong yang menjawabnya. "Rumahnya beberapa lantai di atas rumahnya," susul Jiyong, menunjuk Soohyuk lalu Sungkyung.

"Sungguh?!" Rose terlihat terkejut. "Apa ada aktor lain yang tinggal di sana?" tanyanya kemudian. "Aku mau pindah ke sana, kalau ada aktor lain di sana," katanya.

"Gongyoo hyung punya apartemen juga di sana-" Soohyuk berkata, namun belum selesai ia bicara, Lisa sudah menyelanya, mengatakan hal yang sama—ia mau pindah ke gedung apartemen itu.

"Tapi Gongyoo oppa tidak pernah tinggal di sana, dia hanya punya properti di sana," kata Sungkyung, membuat Lisa berdecak kecewa. Untungnya seorang pelanggan datang dan Lisa berlari kecil untuk menghampirinya. Akan melayaninya di meja kasir.

Di meja kasir, wanita paruh muda datang untuk membeli beberapa camilan. Wanita itu bekerja di kantor pemerintahan daerah, tidak jauh dari sana. Di kasir, gadis itu bertanya—apa yang duduk di sana itu Lee Sungkyung?—begitu katanya dan Lisa langsung mengiyakannya.

"Ya, itu Lee Sungkyung, datanglah untuk makan di sini nanti siang, atau nanti malam... Lee Sungkyung akan bernyanyi di sini nanti, live music," Lisa mempromosikan wanita yang bahkan belum tahu tentang tugasnya di sana. "Lalu ada Lee Soohyuk juga... Hari ini, pegawai paruh waktu kami semuanya visual, semuanya cantik," kata Lisa, memamerkan bantuan yang datang untuknya hari ini.

"Kau juga cantik..."

"Aa... Eonni, kau membuatku malu," balas Lisa, tersipu dengan pujian yang diberikan pegawai negeri itu. "Ini, bonus," tambah Lisa, memberikan sebungkus permen karet pada wanita tadi.

***

Unexpected MartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang