26

635 102 7
                                    

***

"Bisa seseorang merebut microphone itu dari mereka?" Soohyuk bertanya, setelah selama dua jam ini ia berdiri di meja kasir, membantu Kwon Jiyong dengan pelanggan-pelanggan yang datang. Sementara Jiyong memindai belanjaan para pelanggan, Soohyuk bertugas menjawab telepon, mencatat pesanan dan mengemasi barang pelanggannya. Sesekali juga ia harus pergi untuk mencari harga barang yang tidak punya barcode untuk dipindai.

"Per seratus gram tepung terigu serbaguna mengandung energi total 350 kkal, apa itu kkal? Oh kilo-kalori... lemak total 1,5 gram, protein 10 gram, karbohidrat 75 gram, garam 15 mg, apa itu mg? Aku baru tahu ada garam di tepung ini," oceh Lisa, dengan microphone yang kemarin dibawa pegawai paruh waktunya.

Gadis itu duduk di meja dekat dapur, sedang membantu Rose membuat pancake sembari mengoceh dengan microphone-nya. Mungkin bukan masalah kalau gadis itu bernyanyi—karena itu memang pekerjaannya, keahliannya—namun alih-alih menunjukan bakatnya, gadis itu justru asik mengoceh. Tetap bicara dengan dirinya sendiri meski tidak seorang pun menanggapinya.

"Lisa-ya, tolong ambilkan-"

"Aku sedang mogok kerja," potong gadis itu, tetap dengan microphone. Ia sela Kwon Jiyong yang sengaja menghampirinya, sengaja meninggalkan pos kerjanya hanya demi menyuruh gadis yang katanya mogok kerja itu. "Yorobun~" gadis itu kemudian bersenandung, mengikuti bagaimana Taeyang bernyanyi di konser Big Bang. "Sampai Jiyong oppa berjanji akan mengusahakan Gongyoo datang ke sini, aku mogok kerja," susulnya, masih dengan nada yang sama.

Kwon Jiyong menghela nafasnya, mengepalkan tangan seolah ingin memukul kepala Lisa. Di saat yang sama, Rose datang, gadis itu tidak kelihatan peduli dengan aksi mogok kerja temannya. Rose datang menghampiri Lisa untuk mengajukan sepotong pertanyaan—"kau sudah selesai mengaduk adonannya?"

"Yes, love," Lisa kembali bersenandung. Kali ini mengikuti nada lagu mantan kekasihnya—Captain, yang dinyanyikan oleh Kang Seungyoon. "Aku akan melakukanya. Yes, love... Aku akan mengikutimu, aku akan mengikutimu sampai akhir hidupku. Oh oh oh, yes, love," nyanyi gadis itu, asal mengganti lirik lagunya, sesukanya.

"Kalau sudah selesai mengaduknya, biarkan dia sebentar, sampai ada gelembungnya," kata Rose, memerintah temannya. "Bilang saja oppa akan mengusahakannya," susulnya kemudian, menatap pada Kwon Jiyong yang tentu sudah kesal. Ada banyak pekerjaan di sana dan Lisa yang paling gesit justru mogok kerja.

Jiyong akhirnya menyerah. Ia ikuti petunjuk Rose, berkata kalau dirinya akan mengusahakan permintaan Lisa. "Sungguh?" Lisa bertanya, ingin memastikan kalau Jiyong sedang bersungguh-sungguh sekarang.

"Aku hanya akan mengusahakannya, aku tidak menjamin apapun," balas Jiyong dan senyum mengembang di wajah Lisa. Senyum yang penuh dengan selebrasi kemenangan. Senyum rapat, tanpa sedikit pun sela yang memperlihatkan giginya. "Kau akan kembali bekerja sekarang?" pria itu bertanya, tentu harus menegaskan keinginannya. Harus ia dapat apa yang diinginkannya dari kesepakatan itu.

Lisa melepaskan pengaduk pancakenya sekarang, meraih kembali microphone-nya, lantas bersenandung lagi. "Oh... Oh... Oh... Aku akan menurutimu sekarang, my boss, my leader, my hero, my captain," nyanyinya, yang hanya dibalas dengan helaan nafas dari lawan bicaranya. "Apa yang oppa butuhkan tadi? My leader?" tanyanya. Ia turun dari kursinya, menggeser mangkuk adonan yang sudah diselesaikannya.

"Tsk... Matikan microphone-nya," gerutu Soohyuk dari meja kasir, kali ini pria itu mengeluh karena telepon baru saja masuk. Suara microphone Lisa, membuatnya kesulitan mendengar pesanan telepon.

"Yes sir, my hero," Lisa masih bicara dengan microphone-nya, hanya ingin menggoda Soohyuk, sampai Jiyong yang akhirnya mencabut power microphone itu, mematikannya.

Jiyong kemudian memberikan Lisa daftar belanjaannya, menyuruh Lisa untuk mencari semua barang-barang itu lantas mengirim pesanannya pada pelanggan. Karena mainannya sudah dimatikan, juga karena negosiasinya berhasil, Lisa akhirnya menerima tugas itu. Ia bawa secarik kertas yang Jiyong berikan, lalu mulai berkeliling toko, mencari semua barang-barang itu, mulai dari briket sampai daun bawang, dari kapur barus sampai tauge, ia cari semuanya.

Lisa tengah menimbang tauge ketika Sungkyung dan Seunghyun kembali. Keduanya baru saja pergi ke pabrik ttoek, membeli beberapa untuk dijual lagi nanti siang. Sungkyung akan menjual menu spesial hari ini—tteokbokki. "Pabriknya jauh? Kenapa kalian berdua lama sekali?" Lisa bertanya, setelah ia menoleh, sebentar berpaling dari tauge-taugenya.

"Ya, jauh," Seunghyun berbohong, sebab pabrik tteok yang mereka kunjungi hanya berjarak beberapa toko dari minimarket itu. Yang membuat mereka tidak segera kembali adalah kedai kopi di sebrang pabrik itu.

"Bohong, padahal aku kesana kemarin," pelan Lisa, sementara Seunghyun ikut berjongkok di sebelahnya. Mengulurkan tangannya, di depan wajah Lisa, menunjukan sebuah macaron yang terbungkus plastik di tangannya. "Whoa... Oppa mampir ke kedai kopi dulu? Akan aku adukan pada-"

"Aku kesana untuk membelikanmu macaron," potong Seunghyun, tidak seberapa keras sebab tidak ingin ada yang menguping pembicaraan mereka.

"Huh? Oppa ingin menjadikanku partner in crime hanya dengan sebungkus macaron?" Lisa memprotes pria itu. "Aku tidak semurah itu," susulnya.

"Akan aku belikan lagi besok," tawar Seunghyun.

"Oppa! Jiyong opp- ya!" Lisa tidak bisa menyelesaikan panggilannya, sebab Seunghyun sudah lebih dulu menutup mulut gadis itu dengan tangannya. Mereka bergelut sampai keduanya jatuh terduduk di lantai. Hampir menumpahkan satu ember tauge. "Jiyong oppa! Apa itu mild? Mild 10 pack? Rokok?" tanya gadis itu, tetap memanggil Jiyong yang ada beberapa langkah di belakangnya, di meja kasir. "Usahakan Gongyoo oppa datang ke sini, dan kita bisa jadi partner in crime yang sempurna," bisik Lisa, pada Seunghyun sebelum dirinya berdiri, membawa sekantong tauge dan menghampiri Jiyong untuk mendapatkan rokoknya.

Di kasir, Jiyong tidak bertanya tentang apa yang Seunghyun bicarakan dengan Lisa. Pria itu tidak seberapa peduli dengan obrolan rekan-rekannya yang lain—selama mereka mengerjakan tugas masing-masing. Hari ini, Seunghyun memakai voucher tukang dagingnya dan seorang staff—asisten sutradaranya—menggantikan tugasnya di kios daging. Karenanya, pria itu jadi sedikit santai. Hari ini Seunghyun hanya perlu membantu tugas orang lain, tidak perlu memotong daging.

Soohyuk sudah tenang ketika tidak ada lagi suara microphone yang memenuhi toko. Sebab Lisa tidak lagi bermain dengan microphone itu. Tapi sepertinya, Tuhan belum ingin berhenti menguji kesabarannya. Selesai dengan Lisa, kini Sungkyung yang menyalakan lagi microphone-nya.

"Tes satu dua tiga," kata Sungkyung dengan microphone itu. "Tes satu dua tiga, panggilan untuk Lalisa Manoban, dapur butuh tambahan daun bawang dan lobak, Lalisa Manoban, dapur butuh tambahan daun bawang dan lobak," panggilnya, namun kali ini, bukan hanya Soohyuk yang terganggu, Lisa pun sama terganggunya.

"Aku tidak percaya, begini nasibku sekarang," gumam Lisa, di susul kekeh kecil beberapa pelanggan. Menyesal karena ia tidak mempelajari sesuatu di toko itu, karena tidak punya keahlian khusus, ia merasa diperlukan seperti pembantu umum di sana.

***

Unexpected MartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang