***
Sebentar lagi hari itu berakhir. Pelanggan terakhir baru saja pergi dan sekarang saat mereka membersihkan dapur juga meja-meja di depannya. Membersihkan tungku, menyapu lantai toko sekaligus menata barang-barang yang berantakan.
Seunghyun merapikan kios daging, Jennie menyiapkan makan malam sedang Lisa merapikan meja-meja di depan dapur. Rose dan Jihoon mencuci piring, sementara di depan Jiyong dan Yoshi mengurusi tungku. Jam sudah menunjuk angka sembilan lebih lima belas menit malam itu, namun toko belum ditutup karena mereka belum selesai merapikannya.
Selesai mematikan tungkunya, Jiyong meminta Yoshi untuk membuang debu-debu arang di dalam tungku, sementara pria itu masuk dan harus menghitung keuntungan mereka hari ini. Daftar hasil penjualan toko dan kios daging sudah ada di mesin kasir, pria itu hanya perlu mencetaknya. Tapi hasil penjualan ramyun dan cumi-cumi panggang masih perlu dihitung secara manual.
Untungnya Jennie dan Lisa mencatat pesanan-pesanannya. Tanpa catatan itu Rose harus mengingat-ingat berapa ramyun yang sudah ia jual hari ini. Sembari duduk di salah satu meja yang sudah bersih, Jiyong menekan kalkulator di depannya.
"4 x 40.000 + 3 x 40.000 + 2 x 5.000 + 4 x 40.000 + 3 x 5.000," Jiyong membaca catatan yang Lisa buat tadi siang, sembari menekan angka-angka itu di kalkulatornya. "Oh! Kenapa banyak sekali?! 6.522.815.000, enam milyar!" pekik pria itu, setelah matanya menangkap angka di layar kecil kalkulatornya.
"Hanya menjual ramyun kita dapat enam milyar?" heran Lisa, mendekat pada Jiyong untuk melihat apa yang sedang pria itu hitung. "Heish! Oppa, kalau pakai kalkulator itu kau tidak bisa asal menambah dan mengalikannya saja," kata Lisa setelah ia lihat apa yang Jiyong lakukan di sana.
"Hah?"
"Bukan 4 x 40.000, jadi 160.000 lalu ditambah 3 jadi 160.003. Lebih kau pakai handphonemu saja kalau tidak bisa memakai kalkulator itu," jelas gadis itu, memberitahu Jiyong dimana letak kesalahannya. "Lihat, hasilnya 465.000, ini yang benar," susul gadis itu, mencontohkan cara berhitungnya pada Jiyong.
"Ah, kalkulator ini tidak sama dengan yang di handphone? Aku kira mereka sama," komentar Jiyong, yang akhirnya menghitung ulang hasil penjualan ramyun kepiting mereka.
"Augh! Yang begini bisa jadi produser paling kaya," gerutu Lisa. "I'm so stupid~ I'm so stupid~" nyanyi gadis itu kemudian, sembari kembali mengelap meja. Bukan hanya Lisa, Rose dan Jennie yang ada di dapur juga menyanyikan lagu yang sama— Stupid Liar— namun hanya di bagian i'm so stupid, di ulang-ulang tanpa menambahkan lirik lainnya.
"Ya! Berhenti!" omel Jiyong, merasa kalau tiga gadis itu sedang mengejeknya sekarang.
Akhirnya bersih-bersih selesai dan mereka mulai mematikan lampu. Hanya lampu di dapur dan di depannya yang di nyalakan. Mereka akan makan di sana sebab penginapannya terlalu sempit untuk makan bersama. Jihoon menggeser meja, menyatukan dua meja agar mereka punya cukup ruang untuk makan bersama. Yoshi dan para gadis menyusun meja, sementara Jiyong dan Seunghyun bergantian memukul punggung satu sama lain, mengurangi pegal di punggung mereka karena harus terus membungkuk seharian.
"Ah! Lelah sekali," keluh Seunghyun. "Aku sampai tidak nafsu makan karena lelah, aku tidak ingin mengangkat tanganku lagi," katanya. Ia sandarkan tubuhnya ke sandaran kursi, melepas lelah di sana seolah baru saja lari maraton keliling kota.
"Sepertinya aku tidak akan bisa tidur malam ini," kata Rose. "Tubuhku sakit semua, aku ingin dipijat," katanya, yang hampir menjual seratus mangkuk mie hari ini.
Hari berakhir dengan menyenangkan, meski semuanya kelelahan. Bahkan Jiyong dan Seunghyun yang mengaku sulit tidur pun langsung terlelap begitu berbaring di tempat istirahat. Lisa, Rose dan Jennie tidur bersama di kamar. Jihoon dan Yoshi juga tidur di kamar, tapi Seunghyun dan Jiyong tidak sengaja terlelap di ruang tengah. Seunghyun menjajah kursi pijat yang ada di sana sementara Jiyong terlelap saat menonton TV. Pria itu tidur dua menit setelah TV-nya di nyalakan.
Seperti yang sudah diduga semua orang, Rose yang bangun pertama hari ini. Gadis itu bangun satu jam sebelum waktunya membuka toko. Enggan berebut kamar mandi, gadis itu langsung memakai kamar mandi begitu bangun. Ia selesaikan urusannya lantas membangunkan Lisa. Jennie sengaja tidak dibangunkan, karena pekerja paruh waktu itu baru akan membantu jam sembilan nanti. Jennie, Jihoon dan Yoshi punya keuntungan karena mereka hanya pegawai paruh waktu.
Mendekati pukul enam, Lisa sudah duduk di atas tempat tidurnya. Jennie masih meringkuk di sebelahnya dan gadis itu menjatuhkan tubuhnya di atas milik Jennie, memeluk Jennie. "Eonni, bangun," katanya pada Jennie. Jennie hanya menggeleng, namun Lisa tidak menyerah, ia terus merengek, meminta Jennie bangun. Ia tidak ingin meninggalkan Jennie sendirian di kamar itu.
"Ish! Biarkan dia tidur lebih lama, cepat kerja," seret Rose, menarik kaki Lisa sampai gadis itu berbaring di lantai, setengah tubuhnya masih ada di kamar, tapi kakinya sudah keluar. Kaki Lisa sengaja di jatuhkan di depan kamar, dekat pintu kamar mandi, hampir terinjak oleh Jiyong yang baru membuka pintu kamar mandi.
"Hhhh... Bangun, cepat," suruh Jiyong, menendang pelan kaki Lisa, hanya menyenggol seonggok tubuh malas itu dengan kakinya. "Aw! Sakit!" keluhnya kemudian, karena Lisa balas menendang kaki Jiyong. Benar-benar menendang, meski tidak sangat keras.
"Oppa, seret di sampai keluar," suruh Rose, mengambil lagi kaki Lisa dan kali ini Lisa menjerit, memberontak, sebab Jiyong justru menggelitik telapak kakinya yang dibalut piyama bercelana panjang dengan kemeja yang juga berlengan panjang.
Tertawa setelah meninggalkan Lisa kelelahan di depan pintu kamarnya, Jiyong juga Rose berjalan keluar dari peristirahatan mereka. Rose yang lebih dulu keluar, sementara Jiyong masih menata rambutnya di cermin dekat pintu. Gadis itu memakai sepatunya kemudian berlari dengan sangat cepat ke dekat pintu toko, bergegas menyalakan lampu di sana.
"Kenapa kau berlari?" tanya Jiyong, yang berjalan santai mendekati pintu untuk membukakan pintu klinik di sebrang jalan. Ada banyak orang yang menunggu bus di klinik itu, tapi suhunya terlalu dingin saat pagi, jadi pemilik tokonya rutin membukakan pintu klinik itu agar orang-orang bisa menunggu bus di dalam. Kini, karena tidak ada pemilik tokonya, Jiyong yang harus membukakan pintu itu.
"Takut," jawab Rose. "Oppa cepat kembali ya! Di luar gelap sekali!" pesan gadis itu sementara Jiyong melangkah keluar dengan kunci yang ia ambil dari meja kasir.
Rose masih menyalakan lampu-lampu di toko itu. Ada banyak sekali lampunya dan gadis itu harus berkeliling toko untuk menyalakan semuanya. Begitu semuanya menyala dan ia sudah memutar tanda buka tutup tokonya, gadis itu pergi ke dapur.
"Aku akan membuat kopi," ceria gadis itu, di pagi buta yang masih sangat gelap. "Jiyong dan Seunghyun oppa pasti suka. Kalau Lisa, suruh dia minum susu saja, dia masih kecil," canda Rose, bicara sendiri pada kamera otomatis yang mengikuti gerak tubuhnya. Rose melangkah mencari penggiling kopinya kemudian ia giling kopi yang dibawanya dari rumah. Pagi ini Rose sangat bersemangat, sebab ia tidak sabar menerima segudang pujian karena rasa ramyunnya lagi. Pujian itu memabukan— komentar Lisa setelah ia mendengar semua cerita Rose saat makan malam.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Mart
FanfictionFanfiction dari acara ragam TvN judulnya Unexpected Businesses. Castnya Cha Taehyun sama Jo Insung