13

1K 199 7
                                    

***

Jam makan siang sama ramainya seperti kemarin. Jennie membantu Rose dan sesekali Yoshi mencuci piring. Seunghyun masih di kios daging, tidak bisa pergi sama sekali. Sedang Lisa dan Jihoon bekerja di meja kasir. Kemana Jiyong? Pria itu izin sebentar untuk tidur siang. Kepalanya jadi sakit setelah diejek Lisa berkali-kali. Belum lagi Jennie yang ikut mengejeknya dengan bernyanyi bersama Lisa.

Di akhir jam makan siang, sekelompok anak sekolah datang. Lisa masih di meja kasir bersama Jihoon, Yoshi masih mencuci mangkuk dan panci, sementara Jennie pergi ke toilet. Seunghyun yang akhirnya kehabisan pelanggan bisa berjalan ke area makan sekarang. Ia duduk di sebelah anak-anak sekolah yang masih menikmati mie mereka kemudian meminta Rose untuk memberinya makan juga.

"Lapar sekali," keluh Seunghyun. "Jiyong harus cepat bangun agar aku bisa tidur juga," kata pria itu.

"Tidak boleh, oppa tidak boleh tidur," kata Rose sembari memasukan nasi instan ke dalam microwave. "Kalau oppa tidur lalu ada yang membeli daging bagaimana? Hanya oppa yang bisa memotong daging," lanjut Rose.

"Jiyong bisa," jawab Seunghyun. "Sebenarnya dia bisa, dulu orangtuanya punya restoran barbeque."

"Itu dulu, sekarang Jiyong oppa tidak bisa melakukan apapun selain membuat lagu. Menghitung saja salah terus, Yoshi masih lebih pintar kalau disuruh menghitung," Rose bersikeras kemudian menceritakan transaksi botol tadi. "Lisa bilang setelah liburan ke Rusia waktu itu, Jiyong oppa jadi trauma dengan uang dan cara menghitungnya."

"Memang apa yang terjadi di Rusia?"

"Tidak tahu," santai Rose. "Cerita Lisa belum selesai karena meja kasirnya ramai."

"Permisi?" tegur satu dari tiga orang anak sekolah yang makan di sebelah Seunghyun. "Boleh kami pesan satu mangkuk ramyun lagi?" tanyanya, sebab seorang teman mereka yang datang terlambat sedang dalam perjalanan ke toko itu.

"Kenapa kalian tidak datang bersama? Kenapa kalian meninggalkannya di sekolah?" tanya Seunghyun, hanya menggoda pelanggannya, sementara Rose bersedia memasak satu ramyun lagi. "Tapi, kenapa kalian ke sekolah hari Sabtu?"

"Ada kelas tambahan untuk Bahasa Inggris dan Matematika," jawab seorang anak di sana. "Tugasnya banyak sekali dan temanku yang terlambat tadi harus dihukum dulu. Dia membolos sekolah untuk ke bandara dua minggu lalu dan sekarang dihukum memilah sampah disekolah selama dua minggu. Ini hari terakhirnya di hukum."

"Kenapa dia membolos ke bandara?"

"Untuk melihat Treasure pulang dari Jepang," jawab seorang anak lainnya, membuat Seunghyun langsung menatap Yoshi di bak cuci piring.

Yoshi yang mendengar jawaban itu juga langsung menoleh ke meja terakhir yang mereka layani hari ini. "Temanmu bolos sekolah dan dihukum karenanya? Whoah... Yoshi! Kau harus bertanggung jawab, dia juga, dia juga," komentar Rose, juga menunjuk Jihoon yang ada di kasir, sedang merakit robot plastik bersama Lisa dan seorang pelanggan kecil.

Beberapa menit kemudian, Jennie kembali dari toilet dengan pakaian baru juga wajah tanpa riasan yang terlihat segar. Untuk kedua kalinya, Jennie baru sama mandi karena pakaiannya kotor kena air dari bak cuci piring. Celananya juga kotor tersiram kuah ramyun sisa saat meletakan mangkuk-mangkuk kotor di bak cuci piring itu. Kini dengan celana jeans dan kaus yang bersih gadis itu kembali mengantarkan satu mangkuk terakhir di jam makan siang ke meja berisi empat anak sekolah tadi.

"Oh, kau datang terlambat? Teman-temanmu sudah selesai makan," kata Jennie setelah ia menyajikan ramyunnya.

"Dia harus dihukum dulu sebelum ke sini, gara-gara Yoshi dan Jihoon," komentar Seunghyun, sembari menikmati makan siangnya.

Dari semua pekerja, Seunghyun yang pertama makan siang. Ia tidak peduli dengan pekerja lainnya karena perutnya sudah tidak bisa menahan lapar. Lisa juga bilang dia akan makan, bersama Seunghyun namun gadis itu masih merakit robot di meja kasir. Masih berdebat dengan Jihoon tentang mana kaki robotnya, dan yang mana tangannya.

"Lisa-ya, cepat ke sini," panggil Seunghyun. "Sebelum aku menghabiskan nasimu juga," susulnya, yang sudah setengah menelan isi mangkuknya.

Lisa mengiyakannya, tapi ia belum menyerah dengan robot plastik di tangan Jihoon. Gadis itu, Jihoon dan seorang anak kecil yang membeli robotnya berjongkok di depan meja kasir, sibuk merakit robot mainan itu.

Selesai mencuci piring, Yoshi kemudian mendekati meja pelanggannya. Ia letakan segelas air juga sepiring pizza beku yang sudah ia hangatkan di dalam microwave di atas meja itu. "Pizzanya free," kata Yoshi, langsung menyerang jantung gadis-gadis yang mengidolakannya itu.

"Wah... Yoshi pintar menggoda ternyata, siapa yang mengajarimu? Pasti bukan Seunghyun oppa," komentar Jennie dari meja diantara dapur dan area makan. Gadis itu duduk di kursi bar sembari menikmati segelas es kopi keduanya. Beristirahat setelah jam makan siang yang ramai dengan segelas kopi juga sepotong roti.

"Aku tidak menggoda siapapun, aku hanya memberi hadiah," malu Yoshi, ia kemudian duduk di sebelah Seunghyun. "Boleh aku makan ini?" tanyanya, menyinggung mangkuk nasi Lisa yang belum disentuh.

"Hm... Makan saja, salah tingkah juga butuh banyak energi," goda Jennie tidak mau berhenti. Seunghyun terkekeh kemudian mengambil sepotong daging dan meletakkannya di atas mangkuk Yoshi, agar Yoshi segera makan sebelum membuat alasan-alasan bodoh lainnya.

Reaksi empat anak di meja sebelah? Tentu saja tersipu seperti bagaimana fans-fans lainnya. Kalau tidak ada kamera di sana, mereka pasti ingin memeluk Yoshi sekarang. Mereka juga pasti ingin mengawetkan pizza yang Yoshi hangatkan di microwave itu.

Di tengah-tengah area makan yang hampir seperti mimpi itu, seorang anak sekolah tidak sengaja membahas tugas mereka. "Aku tidak bisa mengerjakan bagian duanya, kalian sudah mengerjakannya?" tanya seorang gadis kelas sembilan itu. Berawal dari pertanyaan itu, kini meja yang sebelumnya dipakai makan ramyun justru dipakai mengerjakan tugas.

Empat gadis itu duduk berhadapan seperti sebelumnya setelah meja di bersihkan dan buku-buku dikeluarkan. Rose duduk di sisi kanan meja itu sementara Yoshi ada di sisi kirinya. Sayap kanan dari meja itu mengerjakan tugas Bahasa Inggris, sementara dua orang di sayap kiri mengerjakan tugas matematika mereka bersama Yoshi.

"Kalau kalian butuh tutor untuk kelas seni, silahkan pindah ke meja sebelah sana," komentar Jennie, menunjuk Seunghyun yang duduk sendirian dan memperhatikan anak-anak sekolah itu belajar.

"Chaeng, apa dulu kau pintar di sekolah?" tanya Seunghyun kemudian, ia tumpu kepalanya dengan tangan, duduk menyamping untuk memperhatikan Rose dan anak-anak yang sedang belajar.

"Tidak," kekeh Rose. "Tapi kalau Bahasa Inggris aku bisa mengartikannya. Eonni, apa artinya dress?"

"Kau bilang, kau bisa mengartikannya," komentar Jennie. "Dress itu gaun," jawabnya kemudian.

"Kalau gown?"

"Gaun juga, tapi kalau dress... Augh... Bagaimana menjelaskannya?" Jennie ikut bingung.

***

Unexpected MartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang