11

919 192 19
                                    

***

"Chaeng! Beri aku soundtrack," kata Seunghyun, menyuruh Rose bernyanyi sementara ia menarik lengan lengan untuk menggandengnya. "Aku juga ingin membuat MV seperti yang kalian lakukan di Rusia," susulnya, mengajak Lisa bermain bersamanya mumpung belum banyak pelanggan yang datang. Mumpung hari masih sangat pagi.

"Apa yang harus aku nyanyikan?" tanya Rose dan Jiyong mulai memukul meja dengan tangannya, memberi beberapa irama untuk Rose. "Lagu apa ini, oppa? Aku tidak tahu, next song," kata Rose.

"Ya! Kau pikir aku mp3 player?" protes Jiyong meski pria itu tetap mengganti irama yang dimainkannya. Jiyong menggunakan mulutnya juga tangannya untuk membuat irama.

"Love me love me?" tanya Rose dan Jiyong mengangguk.

"Love you love you," jawab Lisa, mengikuti bagaimana Mino menggoda Jennie dalam acara game show Na PD.

"Aa~ Lisa, love you too," Rose tersipu mendengarnya, membuat Seunghyun juga Jiyong justru menatap heran pada dua gadis itu.

"Ya! Yang mau membuat MV aku, bukan kalian," protes Seunghyun yang akhirnya di tinggalkan. Lisa lebih memilih bermain bersama Rose.

"Kau seperti bintang yang bersinar," nyanyi Lisa, menggoda Rose yang tersipu sekaligus membuat Jiyong dan Seunghyun yang menonton jadi terkekeh karenanya.

"That's light so amazing baby," balas Rose, melanjutkan liriknya. Kedua gadis itu kini menari di area makan, bernyanyi tanpa banyak usaha, menari sembari berpegangan tangan seolah mereka tengah dimabuk cinta.

Lisa dan Rose sudah banyak bergerak meski hari masih pagi. Mereka bernyanyi, menari, melayani pelanggan sampai mencari stok toko berdua. Sesekali Seunghyun bergabung dengan mereka, menaruh barang-barang di rak sembari menari, namun pria itu harus bekerja dengan tenang saat pelanggan kios daging datang.

Akhirnya pukul sembilan datang dan tiga pegawai paruh waktu mereka keluar dari persembunyian. Jihoon sudah menyapa Seunghyun sebelumnya, namun Seunghyun menyuruhnya untuk kembali beristirahat, sebelum hari yang berat seperti kemarin. Melihat para pegawai paruh waktu datang, Rose bergegas ke dapur, menghangatkan daging yang tadi mereka masak untuk sarapan.

"Kopi, susu atau teh?" tanya Lisa yang langsung memeluk Jennie begitu gadis itu melangkah ke dalam toko. "Pasti air mineral, kan? Air mineral saja, sehat," kata Lisa, membuat Jennie mengerutkan dahinya.

"Lisa jadi cheesy sekali setiap Jennie datang," komentar Seunghyun dari kios daging, ia baru saja selesai memotong dan mengemas daging.

"Iya kan? Aku juga heran," balas Jennie. "Kapan aku bisa berkencan kalau-"

"Heish! Siapa yang mau kau bohongi?" komentar Seunghyun juga Lisa, hampir bersamaan. Lisa melepaskan pelukannya dari tubuh Jennie kemudian mulai meledek gadis itu.

Sementara Jennie sedang diganggu Lisa dan Seunghyun, dua member Treasure yang datang di sana langsung menyapa Jiyong juga Rose di bagian depan toko. Yoshi menghampiri Jiyong untuk membantu di kasir, sementara Jihoon ke dapur untuk membantu Rose. "Hanbin bernyanyi di toilet," kata Jiyong, setelah ia balas menyapa Yoshi yang baru datang.

"Ya?"

"Kapan Hanbin bernyanyi dan membaca majalah porno di toilet?"

"Hanbin sunbae-nim melakukan itu? Kapan?" kaget Yoshi, menoleh pada Jihoon yang hanya balas menatapnya dengan bahu terangkat.

"Aku yang bertanya," senyum Jiyong, menikmati wajah bingung di depannya.

Yoshi masih belum tahu jawaban dari pertanyaan Jiyong, namun Rose sudah lebih dulu memanggil semua orang untuk sarapan. Yang lainnya sarapan lebih dulu— Seunghyun, Rose, Jihoon dan Yoshi— sebab Lisa dan Jennie masih menyusun stok jeruk di dekat pintu masuk, lalu Jiyong menghitung belanjaan dua orang pelanggan yang datang.

"Ya. Jiyong hyung bertanya," kata Yoshi, setengah berbisik pada Jihoon.

"Apa?"

"Kapan Hanbin sunbae-nim bernyanyi sambil membaca majalah porno di kamar mandi?"

"Tiba-tiba?"

"Hm... Kau tahu jawabannya?"

"Saat malam hari? Sebelum tidur? Atau saat mandi?" tebak Jihoon membuat Yoshi menatapnya dengan mulut sedikit terbuka, ia ingin mengatakan sesuatu tapi tidak ada satupun kata yang terpikirkan olehnya.

Jawaban Jihoon masuk akal— menurut Yoshi. Namun ia ragu apa ia boleh mengatakan itu pada Jiyong. Ia khawatir dengan respon yang mungkin akan Jiyong berikan nanti. Sembari makan, Yoshi memikirkan jawabannya. Benar-benar memikirkannya seolah itu adalah soal ujian yang harus ia pecahkan.

Selesai makan, mereka kemudian berganti posisi. Yang sudah lebih dulu makan kembali bekerja melayani pelanggan sementara setengah lainnya mulai makan. Di tengah semua kesibukan yang berisik itu— karena semua orang terus bicara— telepon berdering. Jihoon yang menjawab panggilannya, ada pesanan dari Restoran Tiongkok.

"Acar lobak yang besar satu, cola kaleng satu kotak, sprite satu kotak, daun bawang yang besar satu, minyak goreng yang dua liter tiga dan telur satu kotak," kata Jihoon, membacakan catatan yang ia buat. Ia dan Yoshi mengumpulkan barang-barang itu di dalam keranjang belanja, kemudian bertanya pada Jiyong bagaimana mereka mengantarkan pesanan besar itu.

"Aku tidak ingin keluar, siapa yang mau keluar? Chaeng? Jennie atau Lisa?" tanya Jiyong sembari menikmati sarapannya. Rasa makanannya enak, tidak sangat enak sampai layak di jual tapi cukup mengejutkan karena Jiyong mengaku dirinya yang membuat itu. Jiyong yang memasak, dengan tangan Rose.

"Jennie eonni," kata Lisa, bersamaan dengan Rose yang berdiri di dapur.

"Bagus," angguk Jiyong. "Aku bisa lebih tenang," susulnya, memberikan kunci mobilnya pada Jennie yang masih makan.

"Aku tidak terkejut sama sekali. Mereka punya lisensi hanya untuk pamer, bahkan Somi lebih baik dari mereka," gumam Jennie, membiarkan kunci mobil Jiyong tetap di atas meja, di depannya.

Akhirnya setelah Jennie selesai makan, gadis itu pergi bersama Jihoon mengantar pesanannya. Mereka menaruh belanjaannya di dalam mobil kemudian Jihoon mengecek lokasi Restoran Tiongkok itu di peta, di handphonenya. "Noona, tempatnya hanya dua ratus meter dari sini, kita benar-benar akan naik mobil?" tanya Jihoon dan Jennie menganggukan kepalanya. Bawaan mereka terlalu banyak, berjalan pasti lelah dan naik sepeda kelihatan berbahaya.

Jennie yang mengemudi, ia nyalakan mobil Jiyong kemudian menunggu sebentar sampai mesin mobilnya siap dibawa pergi. "Tempatnya hanya dua ratus meter, kalau kita tersesat, kita pasti kelihatan bodoh sekali," komentar Jennie sembari memperhatikan layar handphone Jihoon. "Kau harus mengisi baterainya," komentar gadis itu melihat angka 5% di pojok layar. "Menurutmu, ini ke kanan atau kiri?" susul Jennie.

Untuk beberapa detik keduanya berpikir, kemudian memutuskan untuk belok kanan. Jennie mengemudi dan Jihoon memperhatikannya. Ia juga ingin segera diizinkan mengemudi. Bukan hanya duduk di kursi pengemudi dan berpura-pura menyetir, tapi benar-benar mengemudi seperti yang Jennie lakukan sekarang.

Baru beberapa meter mereka menjauhi toko, wanita dari handphone Jihoon berkata kalau mereka keluar dari jalur. Mereka seharusnya belok kiri tadi dan sekarang, jarak yang harus mereka tempuh adalah 1,7 kilometer. Mereka harus mengambil jalan berputar karena itu jalan satu arah.

"Jihoonie, jangan memberitahu siapa pun," kekeh Jennie, malu karena ia memilih arah yang salah. Ia pasti diejek kalau Lisa dan Rose mengetahuinya, mereka tidak boleh tahu.

***

Unexpected MartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang