R DUA

327 30 7
                                    

Kasih bintangnya satu xixi


****

Dari mana kamu?." Tanya seorang laki-laki dewasa yang tengah duduk sambil menatap tajam kearah Endra.

"Bukan urusan Papa." Balas Endra datar sembari melangkahkan kakinya yang hendak menaiki tangga.

Dika menghela napas kasar."Apa di dalam diri kamu itu, sama sekali tidak ada rasa sopan santun?"

Endra menghentikan langkahnya."Bukannya Papa yang bilang ke Endra, kalau Papa gak akan peduli sama Endra?" Ujar Endra tanpa menatap kearah Dika.

Dika tersenyum sinis."Punya anak seperti kamu,  memang benar-benar menyusahkan. Harusnya kamu itu berfikir, setidaknya jangan membangkang perkataan orang tua. Coba lihat kakak kamu, Rafka, contoh dia. Rafka itu gak pernah ngelawan Papa." Ujar dika panjang lebar.

"Rafka? Anak manja kayak dia?" Balas Endra seraya tersenyum kecut.

"Kamu ini benar-benar ya!" Emosi Dika memuncak dia menghampiri Endra kemudian menamparnya.

Plakk

Tamparan keras dari tangan kekar milik dika berhasil mendarat di pipi mulus Endra, hingga membuat ujung bibirnya mengeluarkan sedikit darah.

"Itu balasan untuk anak pelawan seperti kamu." Ujar Dika lantang.

Endra tersenyum kecut."Papa pikir, Endra mau dilahirin dikeluarga ini?. Semenjak Mama gak ada, Papa selalu bersikap gak adil sama Endra. Rafka, selalu dapet perhatian dari Papa, sedangakan Endra?" Endra membuang muka kearah lain."Endra disini gak pernah dapetin itu semua." Endra menghela napas."Endra kesini cuma mau ngambil baju Endra, kok. Papa tenang aja, Endra gak bakal bawa sepeser pun barang atau uang milik Papa." Tanpa menunggu jawaban dari Dika, Endra langsung berjalan menaiki tangga dengan perasaannya yang begitu kacau.

Setelah selesai mengemas beberapa pakaiannya Endra menatap keluar jendela yang berada dikamarnya. Terdengar tawa kecil dari Endra."Lucu ya, hidup gue." Yang pasti itu bukan tawa bahagia."Endra kangen sama mama. Endra pengen dipeluk." Tanpa sadar butir bening jatuh mengalir begitu saja setelah Endra mengucapkan kalimat itu.

****

"Endra, ihh. Dari tadi gue panggil kok nggak jawab,  sih." Ujar Nala sedikit kesal.

Seketika lamunan Endra buyar setelah mendengar ucapan nala."L-lo ngomong sama gue?" Balas Endra agak gelagapan.

"Gak! Gue lagi ngomong sama dedemit." Balas Nala ngegas.

"Oh." Singkat Endra.

"Ihh, Endra!"

Endra menghela napas."Udah?" Tanya Endra santai.

"Apanya?"

Endra mengerutkan dahinya."Bukannnya tadi lo bilang kalo lagi ngomong sama dedemit? Maksud gue lo udah selesai ngomongnya?" Balas Endra yang pura-pura polos.

"Lo nyebelin!" Teriak Nala kesal.

Endra hanya membalas dengan senyuman menjengkelkan

"Nala...!" Teriak seorang gadis yang tengah berlari menghampiri Nala.

"Lo kenapa, Ta? Dikejar jenglot?" Tanya Nala.

Gadis itu mencebikkan bibirnya."ihh. Nala mah suka gitu." Balas gadis itu kesal.

Nala terkekeh."becanda, Ta. Jangan baperan, lo."

"Nala sukanya mah, bercanda mulu." Balas Anata, gadis itu tidak lain adalah sahabat Nala.

RAJENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang