9. SEMBILAN

135 8 14
                                    

Hola
.
Vote and comment aku maksa!
.


****

"Papa akan tarik semua fasilitas kamu!"

Endra tersenyum miring."Lupa? Semua fasilitas yang Endra pakai, itu milik Mama. Jadi Papa gak punya hak untuk ngambil semua dari Endra."

"Kurang ajar!" Umpat Dika, yang ingin menampar Endra, namun tertahan oleh dirinya sendiri.

"Kenapa gak jadi? Tampar Endra, Pa. Kalo Papa mau, bunuh aja, asal Papa puas!" Balas Endra.

Nampaknya kalimat tersebut berhasil membuat Dika bungkam seketika.

"Kurang puas untuk semua, Pa? Mau ambil apa lagi?" Ucap Endra keras, dengan mata berkaca-kaca.

"Papa gak akan seperti ini kalo kamu nurut sama Papa! Jauhi pacar kamu! Dia itu gak baik buat kamu!" Titah Dika keras.

"Tau apa Papa tentang pacar Endra? Asal Papa tau, dia adalah orang yang selalu ada buat Endra, orang yang ngasih kasih sayangnya buat Endra, disaat gak ada orang yang peduli sama Endra. Sedangkan Papa? Papa cuman mikirin perasaan Papa sendiri." Ucap Endra menahan air matanya jatuh.

(^з^)

"Hai, Ndra." Sapa Keisya menghampiri Endra yang tengah duduk di kursi depan kelas mereka.

Endra tak menggubris panggilan dari Keisya. Ia terus melamun. Hingga, membuat Keisya terheran.

"Ndra," Panggilnya lagi.

Lamunan Endra buyar seketika, saat mendengar ada yang memanggil dirinya."H-ha?"

"Kamu kenapa, Ndra? Kok ngelamun," Tanya Keisya intens.

"Papa." Balas Endra singkat, lalu menundukkan wajahnya.

Keisya mengangguk paham. Ia tau, sekarang sahabatnya sedang tidak baik-baik saja."Cerita aja sama aku. Ada apa?"

"Sama. Kayak yang gue ceritain kemarin." Sendunya.

"Saranku, mending kamu ngomong sama Nala. Dia berhak buat tau, Ndra. Aku yakin dia bakal ngerti kok." Beo Keisya menyarankan.

"Gue pasti bakal bilang ke dia, nanti."

(^з^)

Kring...

Bel tanda pulang sekolah berbunyi, yang membuat semua siswa berhamburan keluar kelas. Sebagian ada yang langsung pulang dan sebagian lagi masih berada di area sekolah.

"Endra mana sih. Gue tungguin dari tadi juga. Mana panas banget lagi." Oceh Nala sembari mengipas-ngipas wajahnya menggunakan tangannya. Ia kini tengah berada di parkiran, tempat Endra biasa meletakkan motornya.

Tanpa sengaja sorot matanya menangkap seseorang yang berada di balik dinding pagar sekolah. Orang itu nampak asing baginya. Sekali lagi ia memperhatikan orang tersebut namun tiba-tiba menghilang.

"Ngapain?" Tanya Endra yang tiba-tiba berada dibelakang Nala.

Nala tersontak. "G-gak ehm. Eh lo lama banget sih." Jawab Nala mengalihkan pembicaraan.

"Suka-suka gue." Balas Endra santai.

"Idih."

(^з^)

RAJENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang