7. MARAH

172 19 6
                                    

hihiee! akoeh kambekk!
.
hari ini lgi pen ngejamet wkwkw🤗
.
Vote yoo!!


Hari ini adalah hari yang paling Nala benci. Pasalnya untuk kaum mager seperti dirinya, ia sangat tidak senang dengan pelajaran olahraga. Ditambah lagi ia tak bisa bertemu Endra, karena mereka berbeda kelas.

"Arrghhh," Nala mengacak rambutnya frustasi. "Rasanya gue pengen tendang kepala plontosnya pak Juna, deh." ucapnya ceplas-ceplos.

Anata yang memang harus loading jika mendengar sesuatu yang bagi dirinya itu asing, ia lantas bertanya."Emang Nala berani?" Anata menampakkan wajah polosnya.

"Ya, nggak lah."

Anata yang berusaha mencerna pernyataan Nala lantas menggaru-garu kepalanya."Nala ngomong apa, sih? Gue gak ngerti." Responnya dengan muka polos.

"Gue gak nyuruh lo, buat mahamin omongan gue. Lagian 'kan lo, lemot, jadi ngang ngong ngang ngong."

Bibir kecil Anata memperlihatkan ia sedang cemberut."Nala sensi amat."

"Suka-suka gue lah. Gue mau ke kelasnya Endra dulu deh." Ujar Nala, yang setelah itu langsung beranjak pergi.

Ya, mempunyai teman seperti Nala memang harus kuat mental, dan anti baperan.

Sampai di depan kelas kekasihnya, Nala sudah disuguhkan dengan tiga musuh bebuyutannya yaitu Alina, Aca, dan Bella. Memang mereka bertiga ini sangat senang bila mengusik Nala.

"Eh, ada cupu nih." Sapa Alina.

"Halo para cabe-cabe an." Balas Nala.

Alina tersenyum miring. "Cari Endra, ya? Duh, tapi Endra nya gak ada. Kek nya lagi nyari selir deh, ya kan girl's?" Ucap Alina yang dibalas tawa oleh Aca dan Bella.

Sebenarnya dada Nala kini sudah mulai berombak. Namun, ia lebih memilih untuk menahan emosinya. Karena, jika ia terlihat emosi, itu akan membuat Alina merasa puas."Bacot. Lo pikir gue bakal percaya sama bayem busuk, cabe-cabe an kayak, lo?"

"Iya deh, si paling lurus ples bener. Gini ya, Nal, bukannya mau manas-manasin, lo. Tapi gue liat sendiri, loh." Balas Alina.

"Aduh, Nal. Daripada lo, kowar-kowar disini, mending lo ke perpus sono, keluarin tuh biji mata lo, buat ngeliat yang sebenarnya." Sambung Bella.

"Tapi saran gue sih, lo jangan kaget." Lanjut Aca.

"Oke. Gue bakal buktiin, kalo omongan anak alay kayak kalian itu sampah." Respon Nala, lalu meninggalkan tiga musuhnya itu.

Sampai di perpustakaan sekolahnya, Nala dibuat terkejut. Apa yang Alina dan teman-temannya beritahu memang benar adanya. Saat ini, Endra tengah bersama seorang gadis yang sebelumnya tak pernah Nala kenal. Terlihat mereka sedang asik membaca sebuah buku. Rambut gadis itu terurai, dan aura bahagia diwajah gadis tersebut, bisa dirasakan setiap orang yang melihatnya. Lantas apa masalahnya? Bisa jadi itu hanya teman. Karena dari dulu, Endra dikenal tak pernah seakrab itu dengan perempuan manapun kecuali dengan Nala. Terlebih Endra termasuk tipikal yang tidak suka membaca, Namun kali ini?.

Karena sudah terbakar cemburu, Nala tak bisa lagi menahan amarahnya. Dadanya berombak, matanya berkaca-kaca namun ia berusaha untuk tidak menangis. Ia lantas menghampiri dua orang tersebut.

Ia merampas buku yang tengah dipegang oleh Endra dengan kasar. Lalu, melemparkan buku itu ke arah gadis yang tengah bersama kekasihnya. Hal itu lantas membuat beberapa mata tertuju ke arah mereka bertiga.

Endra dan gadis itu tersontak secara bersamaan.

"Nal? maksud lo apa barusan?" Tanya Endra tak habis pikir. Sementara gadis itu dilanda panik dan ketakutan, karena tak mengerti mengapa Nala melakukan hal itu padanya.

RAJENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang