19. Moon and Star [Lisa Birthday]

1.1K 131 15
                                    

Mengapa mereka terlihat sangat indah?

Kata-kata itu terlintas begitu saja di benak Lisa, mengagumi gelapnya langit malam dengan taburan bintang-bintang sebagai pelengkapnya.

Perempuan bersurai sebahu itu masih tidak mengalihkan pandangannya dari langit malam, kendati hari sudah semakin larut, Lisa sama sekali tidak berpikir untuk sekedar bangkit dari duduknya.

Menikmati indahnya langit malam yang bertaburan bintang ditemani secangkir kopi, kening sesekali mengernyit akan kilauan cahaya di kota Seoul yang tidak pernah redup.

Cuaca pun tampaknya mendukung, terbukti dari angin yang tidak berhembus kencang, begitupula dengan suhu udara yang tidak begitu dingin seperti hari-hari sebelumnya.

Keenam anak-anaknya sudah lama terlelap ke alam mimpi, si sulung yang biasanya tertidur paling akhir kini tertidur paling awal. Lisa dapat melihat dengan jelas wajah putra pertamanya yang menyiratkan perasaannya yang campur aduk, meskipun tidak ada seorang pun yang menyadarinya.

Naluri keibuannya terlalu besar sampai dapat merasakan bagaimana kondisi putra sulungnya, perempuan itu lebih memilih menyuruh putranya untuk beristirahat daripada bertanya dan pada akhirnya berakhir memberikan nasihat.

Mark tumbuh sebagai seorang anak laki-laki pertama dalam keluarganya, tidak dapat di ketahui sebesar apa tekanan yang di terimanya. Mark cenderung menutup dirinya sendiri dan menyembunyikan apa yang sedang menganggu pikirannya, mungkin itu salah satu alasan ia sering tertawa tanpa sebab.

"Benar-benar anak yang keras kepala, tidak jauh berbeda dengan ayahnya." Perempuan itu mendengus.

"Apa? Bukannya yang keras kepala itu kamu?"

Tanpa menoleh sekalipun, Lisa tau itu suaminya. Sejak Taeyong berdiri di depan pintu kamar mereka pun Lisa sudah menyadarinya, hanya saja perempuan itu dengan sengaja mengucapkan beberapa kalimat yang dengan sengaja di lontarkan nya saat Taeyong berdiri tepat di hadapan balkon kamar mereka.

Hidup bersama selama hampir 24 tahun lamanya di bawah atap yang sama membuat Lisa selalu mengingat dengan jelas apa yang akan di lakukan suaminya saat melihatnya masih belum memejamkan matanya meski malam sudah begitu larut.

"Kenapa belum tidur, hm?" Taeyong mencubit hidung Lisa gemas.

Lisa menepis tangan Taeyong dengan wajah kesal yang terlihat begitu jelas, mengakibatkan tawa lepas dari sang adam menyambut telinganya.

Tawanya terdengar halus tanpa paksaan, Taeyong murni merasa bahagia menjahili istrinya.

Istilahnya, bahagia di atas penderitaan orang lain.

"Diam, atau aku dorong kamu dari atas sini saat ini juga."

Masih dengan tawanya, Taeyong membalas. "Emang berani? Yang ada kamu malah nyesel dorong aku dari sini,"

"Aku nggak pernah main-main sama ucapanku sendiri, Lee Taeyong."

Oke, Taeyong mengakui kekalahannya saat ini.

Jika nama lengkapnya sudah di sebutkan, berarti Lisa sedang serius kali ini. Tawanya perlahan mereda bersamaan dengan dirinya yang mendudukkan dirinya di sebelah sofa yang diduduki Lisa.

Kepalanya ia sandarkan di bahu istrinya, sesekali menduselkan kepalanya dengan manja. Lisa melirik Taeyong yang terlihat layaknya bayi besar di matanya, senyum kecil terukir di bibirnya.

"Udah selesai kencan sama berkas-berkas kamu?" sarkas Lisa.

Taeyong mengulum bibirnya, sindiran yang sama di malam yang berbeda. "Udah, kalau belum aku nggak akan ada disini."

Our Family || BLACKVELVETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang