32. Pringles

833 98 34
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"Aku pu—"

Sean terdiam kaku melihat pemandangan di hadapannya, Sehun terlihat berdiri sambil menunduk di hadapan Seulgi yang tengah melipat tangannya di depan dada.

"—lang."

Si bungsu beralih menatap kakak ketiganya, tetapi Riki hanya membalas dengan gelengan dan senyum canggung. Riki mengayunkan tangannya, menyuruh Sean untuk mendekat.

Sebagai adik yang patuh, Sean dengan segera mendekati Riki. "Mama sama Papa kenapa?"

Riki menggaruk tengkuknya canggung, "umm... Gimana ya bilangnya?"

Sean memiringkan kepala, mata bulatnya yang sedang menatap Riki terlihat seperti anak kucing yang tengah meminta makan pada majikannya.

Riki tentunya tidak tega untuk tidak memberitahukan masalah kedua orang tuanya, ia cukup lemah terhadap tatapan penuh kebingungan Sean yang terlihat sangat menggemaskan.

"Hmm, kamu tau 'kan Mama suka pringles?"

Sean mengangguk, tentu saja dia tau. Hampir seisi tempat penyimpanan camilan di rumahnya di penuhi makanan yang katanya terbuat dari kentang itu.

"Papa malah makan varian kesukaan mama yang cuma ada beberapa jumlahnya."

Sean membulatkan matanya, "gara-gara itu doang?"

"'itu doang' katamu?!"

Sean terperajat, nyaris terjungkal. Si bungsu berdehem kecil, kemudian mendekati ibunya. Sean meraih kedua tangan Seulgi, menggenggam tangan ibunya.

Seulgi memperhatikan gerakan-gerakan putra bungsunya, bibirnya membentuk senyum kecil, telapak tangan Sean yang dulunya amat sangat mungil kini hampir menyamai telapak tangannya.

Tinggi badannya pun sudah melebihi tinggi badan anak laki-laki berusia sebelas tahun pada umumnya, mungkin karena mendapatkan gen dari Sehun.

"Ma, makanan itu 'kan bisa di beli kapan aja. Yah, walau aku tau jumlahnya limited," Sean mengangkat bahunya, "tapi, keharmonisan Mama dan Papa ga bisa beli."

Our Family || BLACKVELVETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang