Hanya Seorang Kakak

11 2 0
                                    

Betul. Aku memang bukan orang yang membawamu ke dunia ini. Bukan orang yang bertaruh nyawa demi hadirmu di bumi penuh sesak, bukan. Aku bukan Ibumu, aku hanya seorang Kakak. Seorang manusia cerewet yang mungkin amat menyebalkan untukmu.

Aku seorang Kakak. Kakak yang katamu selalu membentak dan memukulmu. Kamu tak tahan dan balik membentakku.

Adikku, harusnya kamu tahu bentakan itu sebetulnya menggores hati. Aku memang bukan Ibumu, tapi aku mencintaimu sama seperti Ibu.

Tak banyak di ungkapkan memang, ini hanya naluri seorang Kakak. Mungkin, kamu salah mengartikan. Aku terdiam, membaca tiap guratan wajah kesalmu.

Asal kamu tahu, naluri Kakak di buat sama dengan Ibu. Saat kamu berujar sesuatu yang menyakitkan, percayalah ada perasaan hancur dalam hati kami.

Tak ada niat lain, kamu pikir kami mau berteriak setiap hari? Menjagamu setiap hari? Melindungi mu setiap hari atau melayani mu setiap hari?

Tidak. Kamu bukan anakku, hanya adikku. Kulakukan karena aku seorang Kakak.

"Jangan pernah bertindak seperti Ibu! Kamu bukan Ibuku! "

Waduh, itu kalimat yang menyakitkan adikku. Kuberikan kasih, kamu malah melemparkan perih. Jadi aku harus apa?

Aku juga tidak ingin menjadi Ibumu, tapi ini naluri seorang Kakak. Aku tidak menciptakan naluri, salahkan siapa saja asal jangan ucapkan kalimat itu.

Itu menyakitkan! Asal kamu tahu.

Aku bahkan tidak tahu harus merespon apa.

*****

Rumah Yang DitinggalkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang