Pendeteksi Kebohongan

22 2 0
                                    

Aku mengenalnya sebagai sosok yang ceria dan ramah. Semua orang di sekolah mengenalnya, dia terkenal di semua kalangan. Dia pintar, cantik, dan humble. Sangat sempurna menurutku. Dulu. Itu dahulu, sebelum aku tahu jika ternyata gadis bernama Jelita itu punya rahasia besar. Aku bahkan tak menyangka. Dibalik sosoknya yang hangat, ternyata ia hanya seseorang yang hampir mati "kedinginan".

Itu semua aku tahu dari siang kemarin dan berakhir bertanya pada Ratna, seseorang yang konon sangat mengenal siapa Jelita sebetulnya. Dari situ pula aku mengetahui, alasan Jelita selalu menghindari bahkan pura-pura tidak mengenal siapa Ratna jika di sekolah. Dan entah kenapa aku bisa memahami alasan Jelita tersebut. Aku bahkan memaklumi nya.

*****

Siang itu pukul 13.00 WIB. Pelajaran sedang kosong, guru yang mengajar di kelas itu tidak hadir. Sama seperti siswa kebanyakan, jam kosong merupakan suatu hal yang membahagiakan. Apalagi guru pengganti yang datang hanya meminta kami untuk tidak ribut kemudian pergi.

Berbagai kegiatan pun dilakukan untuk mengisi jam kosong paling berharga. Ada yang tidur, main game di handphone masing-masing, ada yang bernyanyi tidak jelas, dan ada beberapa siswa rajin yang sibuk membaca buku pelajaran.

Aku dan beberapa teman termasuk Jelita memilih membuat permainan "truth or dare" Yang belakangan katanya sering dimainkan para siswa di sekolah ini. Ini ide Sarah, tentu saja. Karena sebenarnya ia juga baru mendapatkan sebuah hadiah dari temannya yang tinggal di luar negeri.

Katanya hadiah itu adalah sebuah alat pendeteksi kebohongan. Letakkan telapak tanganmu diatasnya, apabila kamu berbohong maka alat itu akan mengeluarkan suara nyaring yang panjang dan akan mengeluarkan suara "ting" Apabila kamu berkata benar.

Aku tidak percaya pada alat seperti itu. Masa sebuah alat seukuran telapak tangan bisa mengetahui kita berbohong atau tidak. Rasanya tidak mungkin!

Tapi teman-teman yang lain terlihat antusias. Mereka penasaran pada benda itu dan akhirnya, kami pun memulai permainan.

Dimulai dari Sarah yang memutar sebuah botol minum, katanya botol itu yang akan menentukan siapa yang akan bermain duluan. Botol itu berputar. Aku, Jelita, Sarah, Ranti, Sophie, dan Ayu memperhatikan.

Putaran botol itu berhenti tepat di depan Jelita. Kami bersorak, siap memainkan permainan truth or dare.

"Truth or Dare? " Tanya Sarah. Jelita tampak berpikir.

"Truth aja deh. " Putus Jelita. Ia kenal betul siapa Sarah, kalau ia memilih Dare pasti Sarah akan memberikannya tantangan nyeleneh yang memalukan.

"Okei, Jelita milih kebenaran nih. Gua nanya duluan abis itu yang lain. " Jelita menganggukkan kepala.

"Jelita, spill ke kita siapa nama crush, lo! " Semua bersorak.

Pertanyaan Sarah sangat mewakili rasa penasaran kami semua. Selama ini Jelita tak pernah menceritakan perihal hubungan asmaranya kepada kami, ia begitu tertutup. Tak hanya itu, semua kehidupan pribadinya juga tak pernah ia ceritakan. Siapa orang tuanya, dimana rumahnya, berapa saudara yang ia punya atau yang lainnya. Ia sangat merahasiakan soal itu.

"Mmmm... Harus jujur nih, yah? " Jelita tertawa.

"Iya dong, ayo spill. " Kami ikut tertawa sekaligus tak sabar.

"I don't have a crush. "

"Yaaaah, masa gak ada. Jelita bohong, nih! " Ayu tak terima.

"Okei, but put your hand disini dulu. Biar kita liat elo itu bohong apa nggak. " Sarah menunjukkan alat pendeteksi kebohongan itu dihadapan Jelita.

"Let's see... "

"Bohong sih pasti! "

Jelita dengan tenang meletakkan telapak tangannya pada alat itu dan tadaaa... Alat itu berbunyi "ting". Artinya Jelita tidak berbohong. Kami kecewa.

Rumah Yang DitinggalkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang