Merasa Lucu

17 3 0
                                    

Gadis itu mematutkan dirinya di depan cermin. Memperhatikan seksama tiap guratan wajahnya. Pipi chubby, lesung pipi, dan tahi lalat di ujung hidungnya. Manis. Dia gadis yang manis.

Apa yang salah?

Gadis itu membatin. Ia membuang napas dengan kasar. Jemarinya mengetuk meja rias. Ia gundah, serupa malam kelam tanpa bintang bahkan purnama.

Sedetik kemudian, air matanya luruh jua. Makin lama, makin ia terisak pilu. Apa yang harus dilakukan? Tangisan itu serupa guyuran hujan tempo hari, yang konon membanjiri rumahnya.

Dari cermin, gadis itu mengalihkan pandangannya ke handphone yang tergeletak. Ia memukul kepalanya pelan. Menertawakan kebodohan.

Lucu. Cukup lucu. Ia merasa semua ini sangat lucu. Lucu yang harusnya menghadirkan tawa, bukan lucu yang menghadirkan luka.

Malam kemarin, gadis itu menjumpai luka melalui sebuah foto profil lelaki kesukaannya. Ia tersenyum, fotonya cukup lucu. Berpose di bawah surya yang akan tenggelam.

Ah, iya!

Gadis itu berlonjak riang. Mengingat bahwa ia juga pernah berpose demikian. Sambil tersenyum senang, gadis itu mengganti foto profil sosial medianya dengan foto yang sama. Couple. Begitu pikirnya.

Malang tak dapat dihindar, esok nya ia menerima pesan itu. Pesan yang akhirnya membuat nya merasa "lucu" dengan tingkahnya kemarin.

Tak usahlah bertindak sampai seperti itu?

Hanya sebaris. Foto Profilnya berganti. Ah, dia peka terhadap hal seperti itu, tapi menutup kesadaran untuk perasaan gadis itu.

*******

Rumah Yang DitinggalkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang