Sehelai kain gorden terseret oleh sebuah tangan lentik, mengakibatkan pancaran sinar matahari yang langsung masuk mengganggu tidur seorang wanita. Wanita itu merengek sebal dan perlahan mulai membuka kelopak mata lentiknya. Menatap ke pemilik tangan yang berulah pagi ini.
"Bersiaplah, hari ini wasiat kakek akan diumumkan", ujar Wendy sambil memasang-masangkan baju yang cocok agar dapat dipakai oleh Joyi. Joyi mengangguk mengerti. Tidak, jangan salah. Ia sama sekali tidak mempedulikan warisan dari kakek angkatnya itu. Ia hanya berharap akan ada pesan terakhir lainnya yang akan disampaikan padanya.
Tak lama setelah itu ia dan sang manager mulai meluncur ke kediaman keluarga Kim, tempat dimana ia dibesarkan oleh sang kakek serta ibu dari Jin kala itu. Namun setelah ibu Jin menikah lagi ia pindah dan hanya tersisa ia, kakek dan para pelayan disana. Joyi menatap segala sudut rumah itu dengan sendu. Namun tatapannya langsung berubah drastis tak kalah matanya menatap sosok yang masih mengundang emosi baginya.
"Apa lihat-lihat?", tanya pria itu sewot. Membuat Joyi semakin membencinya tentu saja.
"Salahmu sendiri muncul tiba-tiba dan mencemari mataku", balas Joyi tak mau kalah.
"Oh hayolah anak pungut. Ini tempat dimana aku berasal. Yang tiba-tiba muncul bukannya itu kau?", percayalah jika ia tidak datang karna panggilan dari Jin, mungkin Joyi sudah memberikan headkick pada pria disebrangnya itu.
"Benarkah? Aku memang dipungut. Tapi bukannya tepat setelah kau dibuang?", balas Joyi enteng. Terlihat rahang pria itu mengeras pertanda bahwa ia tidak suka. Taehyung berjalan mendekati Joyi dan memandang wajah wanita itu dengan tatapan tajam seolah tatapan itu mampu menusuk kedalam bola mata wanita itu. Sayangnya Joyi tak terintimidasi sama sekali dan justru membalas pandangan mata pria itu tak kalah tajam di dampingi dengan senyum penuh kesombongan.
"Jaga omonganmu nona. Kau tidak tahu apapun soal aku"
"Aku tau. Walau tidak banyak tuan muda Kim. Jaga juga omonganmu",
"Hey. Apa-apaan ini?", Jin berujar datar dan terdengar tegas. Tidak, Jin kali ini berbicara sebagai seorang pengacara bukan teman ataupun sepupu dari kedua kucing dan tikus yang baru saja membuat keributan. Keduanya baik Joyi ataupun Taehyung mendengus kesal dan beralih untuk mendudukkan tubuh mereka di sofa empuk dengan posisi bersebrangan. Jin menggeleng pelan melihat tingkah keduanya.
"Tutup mulut kalian berdua sembari aku membacakan ini. Mengerti?", ucap Jin tegas karna ia tahu apa yang ia bacakan akan mengundang amarah kedua orang ini.
"Oppa, memang apa isinya. Aku tidak akan berebut harta dengan orang itu", ujar Joyi datar. Taehyung tersenyum penuh remeh pada wanita yang duduk di sofa seberangnya.
"Joyi, kakek percaya bahwa keputusan kakek untuk merawatmu adalah hal yang benar...", Jin mengambil jeda beberapa detik untuk melihat reaksi keduanya.
"Taehyung kakek bersyukur kau tumbuh dengan sangat amat baik. Kakek sangat yakin kau memang pewaris sah dari perusahaan Kim Corp. Darah putraku mengalir deras dan aku dapat memahami sifat kerasmu",
"Maafkan kakek yang menyembunyikan keberadaan ibumu. Ibumu masih hidup Kim Taehyung", mata Taehyung membulat sempurna. Begitu juga dengan Joyi yang mematung.
"Jangan menyelaku, Kim Taehyung!", Jin berucap tepat ketika ia menyadari Taehyung mulai membuka mulutnya ingin mulai berbicara.
"Menikahlah dengan Joyi, karna ialah kunci untuk menemukan ibumu. Uruslah semua perusahaanku bersama dengan Jin cucu ku yang paling terpercaya", Joyi menganga tidak percaya akan kalimat yang baru saja ia dengar.
'PRANGG!!', suara meja yang dipukul ia terdengar keras. Taehyung tidak mengatakan apapun, pria itu bernafas terengah-engah dan menatap tajam Joyi. Meja kaca ruang tamu itu terlihat memiliki garis retak ditengah meja itu.
"Ta... Tanganmu", ujar Joyi terbata-bata. Jin mencoba menetralkan emosinya dan menghela nafas kasar.
"Joyi aku akan mengantarmu pulang. Kim Taehyung aku akan memberikanmu waktu untuk berpikir. Tenangkan dirimu",
Keduanya berjalan meninggalkan ruangan itu dan beberapa saat kemudian mobil Jin melaju mengantarkan Joyi yang sudah duduk lengkap dengan masker dan topinya. Jangan lupakan profesinya yang mengharuskannya untuk begitu.
"Oppa",
"Ya?",
"Bagaimana bisa aku kunci untuk mengetahui keberadaan ibunya pria itu? Sedangkan aku bahkan tidak mengenal siapa ibunya", ujar Joyi kebingungan dan tak habis pikir atas hasil dari wasiat sang kakek. Joyi menggeleng berkali-kali.
"Aku juga tidak paham dengan pola pikir kakek. Aku pun tidak terima jika kau harus menikah dengannya", Joyi mengalihkan pandangannya dari kaca jendela menuju wajah Jin. Wajah pria itu terlihat kacau dan putus asa. Joyi tahu pandangan itu.
"Kenapa oppa harus tidak terima?", tanya Joyi. Ia tidak memiliki pilihan lain selain berlagak bodoh.
"Benarkah kau tidak tahu alasannya? Aku mencin..",
"Jika alasanmu adalah yang itu. Maka aku harus menikahinya. Aku akan menikahi Kim Taehyung. Terimakasih atas tumpanganmu oppa!", Joyi bergerak cepat segera turun dari mobil Jin dan melangkah secepat kilat menuju gedung apartemennya.
'mian oppa. Aku tidak bisa, sekalipun aku juga mencintaimu. Wendy onni terlalu berharga bagiku', batin Joyi.
......................................................................
Joyi berjalan dengan datar dan dengan segala hal berkecamuk dikepalanya. Terlalu rumit untuk ia cerna dan terlalu sulit untuk ia terima. Ia di minta untuk menikah? Dan bagaimana bisa ia menjadi kunci untuk menemukan ibunya Kim Taehyung. Semua itu berputar bertubi-tubi dalam otaknya. Langkahnya terhenti ketika pintu lift sudah berada dalam hadapannya. Entah wanita ini sudah menghela nafas kasar keberapa kalinya. Tak lama setelah itu pintu lift itu terbuka, kakinya mulai melangkah menuju lift itu.
"PARK JOYI!!!", seseorang memanggilnya begitu lantang. Membuat segala apa yang ia pikirkan terdiam begitu saja dan menghasilkan kekhawatiran baru.
'Bodoh sekali yang memanggilku begitu. Seseorang akan menyadari keberadaanku. Aish!', pikirnya.
Joyi secara cepat menekan pintu lift tersebut untuk tertutup. Namun ketika ia menatap ke arah pintu lift yang tak terkunjung tertutup itu matanya membulat. Pria itu terlihat bernafas dengan tak teratur. Dada bidang pria itu naik turun secara tidak teratur. Dan peluh terlihat membasahi keningnya. Joyi tidak peduli ia tetap menekan tombol lift tersebut sampai akhirnya.
'grep!'
Pria itu menarik tangannya untuk melangkah keluar dari lift tersebut.
"Aku membutuhkanmu", ujar suara berat itu.
"A.. apa?", Joyi terbelalak mendengarkan ucapan pria yang menurutnya tak beretika itu.
"Bantu aku. Dan kita perlu bicara", jelas Kim Taehyung tanpa melepaskan telapak tangannya yang masih melingkar pada pergelangan tangan milik Joyi.
TBC
......................................................................
Tinggalkan jejaknya ya guys! Biar aku lebih semangat update. Setelah book yang ini selesai aku bahkal remake BRITTLE dan lanjutkan dengan konsep yang lebih matang.
Xoxo,
Charlotte
KAMU SEDANG MEMBACA
LIGHTS ON ( VJOY ) M
Fanfiction"hidupku menjadi agak menarik setelah bertemu dengannya. Wanita unik yang selalu mematahkan semua ekspektasi dan fantasiku terhadap lawan jenis" - Kim Taehyung. "Pria itu aneh, tapi cukup menghiburku"- Park Joyi