Part 12

920 148 6
                                    

Disebuah cafe yang memiliki private room. Di sanalah Taehyung saat ini sesekali berbincang dengan pria yang ia kenal tak lama. Yoongie. Pria itu bahkan bekerja sama dengan Wendy untuk memperbaiki hubungan Joyi dan Taehyung. Terkesan banyak merepotkan tapi apakah ada pilihan lain? Taehyung tak memiliki pilihan apapun lagi. Bahkan sudah memasuki bulan tapi wanita itu masih enggan menemuinya. Jantungnya berdegup kencang dan perasaan pria ini tidak tenang. Bagaimana tidak? Berbagai penolakan sudah ia dapatkan. 20 hari yang lalu, Joyi melemparkan cake coklat itu tepat pada mukanya saat berada di suatu lokasi pemotretan, 2 Minggu yang lalu semua buket bunga yang ia kirimkan dirusak dan dikirim kembali pada alamat rumahnya. Dan seminggu yang lalu pria itu menunggu seharian didepan apartmen itu tapi hasilnya nihil Joyi tidak mempedulikan keberadaannya sama sekali bahkan wanita itu tidak keluar dari apartemennya sama sekali. Ketiganya menunggu dengan perasaan tidak tenang. Wendy, Yoongie dan juga Taehyung. 3 jam sudah berlalu wanita itu tak kunjung menunjukan batang hidungnya.

'Semarah inikah dia?', - pikir Taehyung. Wendy menghela nafas kesal setengah mati.

"Ini semua percuma. Kita hanya buang-buang waktu saja. Maaf aku tak bisa membantu banyak", ujar Wendy pada Taehyung.

"Tidak apa-apa, Wendy-ssi. Kau sudah banyak membantu. Aku juga merepotkanmu Yoongie-ssi", Yoongie menggeleng dan tersenyum ramah.

"Tidak masalah. Ini bukan apa-apa",

Lagi... Pria ini mulai putus asa. Ia berjalan lunglai meninggalkan cafe milik Yoongie. Ia memandangi notifikasi email pada handphonenya dan menghela nafas.

'Mungkin ini saatnya aku kembali ke New York. Dan mungkin ini akhir dari segalanya'

......................................................................

Joyi menggigit bibirnya penuh keraguan. Ia benar-benar menutup dirinya selama hampir sebulan ini. Bahkan Wendy sulit untuk menemuinya dan disinilah ia. Ia terlihat begitu kaku dan asing dengan lingkungan sekitarnya. Kini ia berada di Jeju tempat dimana ibunya berada. Ia tak menjadi sorotan di bandara berkat penyamarannya yang begitu detail. Ia berjalan ragu menuju sebuah papan toko yang menjual masakan seafood. Toko itu terlihat sepi. Joyi berjalan memasuki pintu toko tersebut perlahan.

"Kami sedang tutup", ujar seorang gadis berusia sekitar 15 tahunan. Ia tahu jelas siapa gadis itu.

"Apa besok akan buka lagi?", tanya Joyi tanpa membuka maskernya. Gadis itu menggeleng lemah.

"Tidak akan pernah buka lagi", jawab gadis itu jujur. Joyi mengerutkan keningnya.

"Kenapa tidak akan pernah lagi? Masakan disini enak bukan?",

"Ibuku sudah meninggal", Joyi menatap gadis itu tidak percaya. Joyi membuka maskernya perlahan membuat gadis disebrangnya membeku ditempat. Inilah kali pertama gadis itu menatap wanita yang berstatus sebagai kakak tirinya secara langsung. Ia pikir selama ini ibunya berbohong dan hanya mengaku-ngaku bahwa Joyi adalah putrinya.

"Eomma... Meninggal?", tanya Joyi hati-hati. Gadis itu mengangguk dan mulai menangis. Gadis itu pikir ia sebatang kara semenjak kepergian ibunya.

"A.. aku pikir aku sendirian. Aku pikir aku akan mencoba... Hiks..", bayangan masa lalu milik Joyi mulai berputar. Joyi benar-benar tidak tahu apa yang ia rasakan saat ini. Ia tidak begitu dekat dengan ibunya dan... Tapi hatinya sama sakit dan tersiksanya seperti saat kakek meninggalkannya saat itu. Entah apa yang mendorongnya tangisannya pecah dan badannya terisak bergetar saat ini. Ia merasa begitu terlambat baru mencari ibunya padahal ibunya selalu menunggunya bertahun-tahun untuk pulang. Joyi pun mengingat dengan betul bagaimana ia dengan keras menolak ibunya. Gadis itu berjalan masuk kedalam toko yang merangkap sebagai rumahnya juga dan memberikan sebuah amplop padanya dan juga membawa sebuah keramik berisi abu ibunya.

"Sebelum ibu pergi, ia berkata padaku. Ia ingin onni ikut menaburkan abunya di laut", ucap gadis itu.

'Jika ibu memang sebegininya padaku kenapa membuangku saat itu?'- Joyi semakin terisak dengan pilu. Hatinya berduka dan terasa begitu terpukul. Ia datang ke Jeju untuk mencari ketenangan dan kesenangan. Namun kenapa justru duka yang ia dapatkan? Tangan Joyi meraih amplop itu dan membukanya. Membacanya perlahan.

Eomma tahu sulit bagimu untuk mempercayai eomma. Surat ini harusnya eomma kirimkan padamu tepat pada ulang tahunmu tahun ini. Kau sudah berusia 25 tahun sayang. Eomma membuang mu tepat kau berusia 10 tahun.

Kau berhak marah, namun eomma harus mengakui ini. Eomma meninggalkanmu karna saat itu kita terlilit utang. Eomma tidak memiliki pilihan eomma takut para rentenir itu menyakitimu. Terdengar seperti pembelaan namun inilah adanya.

Ketika eomma datang kembali menjemputmu setelah menikahi ayah dari adikmu, Wonyoung. Kau sudah terlihat begitu nyaman dalam keluarga barumu. Lalu apakah aku tega menarikmu untuk kembali hidup susah bersama kami? Tidak sayang. Kau harta eomma yang berharga dan kau harus hidup nyaman meskipun eomma harus merelakan harta eomma yang berharga.

Maafkan eomma. Dan eomma harap ketika kau membaca ini perasaan bencimu pada eomma bisa berkurang.

Eomma mencintaimu.

Tangisan Joyi pecah. Hatinya hancur berkeping-keping. Semua asumsinya salah sifatnya begitu buruk dan menyakiti ibunya tanpa ia sadari. Setiap ibunya datang padanya ia hanya mengira bahwa ibunya membutuhkan pertolongan finansial. Ia tak banyak berbicara pada ibunya, hanya memberikan tumpukan uang pada ibunya dan bercengkrama tanpa rasa hangat sedikitpun.

Wanita ini menyesal. Ia sesenggukan dan menangis sangat kencang saat ini. Membuat Wonyoung ikut menangis tak kalah pilu.

"Bereskan semua barangmu. Ikutlah bersamaku", ucap Joyi sambil terus terisak dan beralih memeluk Wonyoung. Ia merasa bertanggung jawab atas gadis ini.

"Ke... Kemana?",

"Eomma bilang kau adikku. Kau tak boleh sendirian. Kau akan hidup lebih bahagia. Kau percayakan padaku?", tanya Joyi. Satu hal yang ia tahu. Ia harus kuat untuk Wonyoung dan dirinya sendiri. Karna pada akhirnya bergantung pada seseorang hanya akan menambah beban dan rasa sakitnya. Meskipun ia tak bisa memungkiri.

'Mengapa aku malah merindukannya disaat-saat seperti ini?',

TBC

.............................................................

Jangan lupa tinggalkan jejak ya guys! Vote n Komen kalian sangat berarti lohh. Aku harap feel-nya nyampe ya

LIGHTS ON ( VJOY ) MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang