Part 9: Batu Besar

1.7K 29 2
                                    

Part 9: Batu Besar

Sepanjang perjalanan menuju air terjun, Putri Aratana dan Safana terus melihat rombongan orang (baik pribumi maupun pendatang), berjalan menuju air terjun yang sama dengan kain tersampir di bahu mereka. Seperti orang yang hendak mandi, tapi hanya membawa handuk tipis.

Awalnya Putri Aratana merasa ini bukanlah saat yang tepat untuk mendapat kesan pertama sempurna terhadap air terjun itu (maksudnya, tentu pemandangan air terjun dengan banyak sekali orang mandi akan meninggalkan kenangan yang kurang 'pas' bagi mereka berdua),  tapi perjalanan menuju kesana membuatnya seakan lupa.

Putri Aratana dengan cepat menikmati setiap lekuk jalan kecil yang terbentuk alami karena terlalu sering dilalui. Di pinggir sepanjang jalan kecil itu, semak dengan bunga ungu yang aneh seolah memagari pengguna jalan dari batang-batang besar pohon di kedua sisinya. Dan daun lebat dari pohon-pohon itu sendiri, seolah memayungi mereka dari sengatan matahari tengah laut.

Kalau beruntung, kilasan hewan seperti rusa dan kelinci (bahkan beberapa kali kuda liar!) akan tampak dari balik rimbun pepohonan. Tak menutup kemungkinan bahwa sebenarnya ada hewan liar lain diluar sana bersama mereka kan?

Kini Putri Aratana sadar betapa pentingnya penjagaan malam yang dilakukan oleh Arfan dan Kervan.

"Putri, kau yakin ingin tetap pergi ke sana? Terlalu banyak orang" kata Safana enggan.

Putri Aratana memandang sekelilingnya sebentar, lalu beralih menatap Safana.

"Kau benar, terlalu banyak orang. KIta kembali saja. Tapi dimana sebenarnya air terjun itu? Kurasa kita sudah berjalan cukup jauh"

"Tepat di balik tikungan itu, Putri" jawab Safana sambil menunjuk sebuah tikungan yang berada tak jauh di depan mereka.

"Hmm, baiklah. Ayo kita kembali" ujar Putri Aratana samar, walau ia merasa benar-benar sia-sia. Dalam hati, ia berniat untuk kembali ke tempat ini dan berjalan menuju air terjun itu lagi sore hari nanti. Tanpa Safana, tanpa Kervan, atau orang-orang yang berniat mandi itu. Hanya menghabiskan waktu berdua saja dengan dirinya sendiri.

Pasti akan sangat menyenangkan! Pikir Sang Putri.

* * *

 "Kalian sebenarnya pergi kemana sih?!"

Kedatangan Putri Aratana dan Safana disambut oleh bentakan kesal dari Pangeran Andrea. Keningnya berkerut dengan wajah merengut (seperti biasa). Putri Aratana tidak bisa memercayai kenyataan bahwa orang yang berdiri di hadapannya dengan gurat-gurat tidak sabaran ini, adalah orang yang sama dengan orang yang mengaku 'mencintainya' beberapa waktu lalu.

"Kau tidak perlu semarah itu, Pangeran! Aku kan tidak akan kabur dari pulau ini atau apa!" bentak Putri Aratana, tak terima. Ia kemudian masuk ke dalam salah satu tenda untuk mengecek kesalahan apa saja yang dibuat pangeran menyebalkan itu.

Hmm...

Atap jerami: sempura. Dinding bambu juga (menyebalkan!) sempurna. 'Lantai' daun-daun kering yang bahkan dilapisi selimut tebal (juga tentu saja) sempurna. Dan satu selimut tipis yang sepertinya digunakan sebagai bantal.

Marry Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang