Part 10: Senja di Air Terjun Permata

1.7K 27 2
                                    

Part 10: Senja di Air Terjun Permata

Putri Aratana sepertinya hanya akan terus berdiam diri memandangi air terjun di balik batu besar itu saja, seandainya Pangeran Andrea tidak menarik tangannya lagi untuk mendekat kesana dengan mendaki batu besar di hadapan mereka.

Agak sulit karena Putri Aratana hanya gemar berburu dan bukan memanjat. Belum lagi matanya yang sulit sekali terfokus pada apa yang tengah dipijaknya. Beberapa kali Pangeran Andrea harus  menahan Putri Aratana agar tidak terjatuh karena pandangan putri itu selalu teralih ke arah percikan-percikan air yang bahkan kini telah berhasil membuat rambutnya basah.

"Heh Putri! Perhatikan langkahmu! Lagipula, kau kan tidak perlu setakjub itu!" seru Pangeran Andrea kesal, ketika sudah untuk yang keberapa kalinya ia menyelamatkan Putri Aratana dari kemungkinan gegar otak.

Mereka akhirnya berhasil melalui batu besar itu dan menenggelamkan lutut ke air. Putri Aratana mulai berpikir sebenarnya apa yang begitu memikat dari airt terjun ini. Air terjun permata bukan air terjun tertinggi di dunia, atau air terjun yang punya aura magis luar biasa. Hanya saja, saat melihatnya, perasaan bahagia akan hinggap begitu saja.

Batu-batu besar seperti memagari dan membentuk kolam kecil yang terus bergelombang. Sungai di luar kolam itu agak lebih deras arusnya. Udara selalu sejuk karena percikan air yang, ya ampun! Terlihat berkilauan terkena cahaya kekuningan matahari sore.

"Ini alasan kenapa tempat ini dinamakan air terjun permata" terang Pangeran Andrea. Ia mencari tempat untuk duduk sementara lututnya tetap terendam di kolam-kecil-yang-bergelombang.

Saat telah menemukan tempat yang sempurna, ia memberi isyarat pada Putri Aratana untuk duduk di sampingnya. Sama-sama memandangi air jatuh yang percikannya berkilauan di hadapan mereka.

"Aneh. Ini adalah saat yang tepat untuk memandangi air terjun. Tapi kenapa orang-orang itu memilih untuk datang siang hari?" gumam Putri Aratana. Kemudian dipandanginya Pangeran Andrea lama, menunggu penjelasan.

"Jangan memandangiku begitu!"

"Makanya, jelaskan padaku!"

Tidak ada jawaban. Putri Aratana mendekatkan wajahnya ke wajah Pangeran Andrea yang terus memandang kaku kedepan.

"Kau masih tidak mau menjelaskan?" tantang Putri Aratana, satu centi lebih dekat ke wajah Pangeran Andrea.

"Ya ampun, apa itu penting?!" seru Pangeran Andrea kikuk. Ia bangkit dari duduknya dengan terburu-buru.

"Tentu saja. Kudengar, ada mitos mengerikan tentang air terjun ini. Tapi tidak ada yang mau memberitahukannya padaku!" jawab Putri Aratana, dengan nada menggerutu.

Pangeran Andrea bertolak pinggang, membelakangi Putri Aratana sementara matanya terpejam, dan (seperti biasa) dengan alis berkerut garang.

"Helloo Pangeran... Kau benar-benar tidak ingin memberitahuku? Aku tahu dari potongan-potongan kisah yang kudengar, mitos itu berhubungan dengan senja di sini kan?"

Masih tidak ada jawaban. Pangeran Andrea kembali mengambil tempat di sisi Putri Aratana. Ia melipat tangannya di depan dada, bersandar pada batu di belakangnya, dan membuat ekspresi dramatis sambil menggeleng-gelengkan kepala. Matanya terpejam.

"Oh ayolah! Hentikan sikap berlebihanmu itu dan ceritakan padaku!"

"Hmmm..."

"Hm apa?"

"Berapa umurmu sekarang?" tanya Pangeran Andrea malas.

"14 tahun?" jawab Putri Aratana, heran.

"Kau yakin mau mendengarnya? Mitos ini setidaknya hanya boleh didengar oleh orang yang berumur 16 tahun!"

"Yang benar saja?! Mana ada aturan konyol seperti itu?"

"Baiklah. Kau yang memilihnya. Sekarang dengarkan"

Marry Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang