Part 11: Kisah Lama
Pangeran Andrea menghembuskan napas. Matanya dibuat seolah menerawang. Dengan sekali tarikan napas, ia mulai bercerita,
"Ini kisah ratusan tahun lalu. Latarnya, tepat di tempat ini. Di batu besar ini. Di air terjun ini.."
Hening yang dramatis. Putri Aratana menahan napas ketika mendengar lanjutan kisah itu.
"Seorang laki-laki enam belas tahun bernama Harka, mati dicabik buaya ganas di kolam ini"
Putri Aratana memutar bola mata. Mana mungkin?
"Jangan begitu! Kau dengar dulu cerita lengkapnya!" protes Pangeran Andrea kesal, merasa dianggap membual.
"Baiklah. Lanjutkan"
"Hmm... Dulu, di pulau ini ada kerajaan primitif besar yang punya putri tercantik di antara putri-putri kerajaan lain. Namanya Genaida. Putri itu bukan hanya cantik, tapi juga anggun dan baik hati..."
Pangeran Andrea melirik sinis Putri Aratana, seolah membandingkan putri itu dengan Putri Genaida.
"Apa?!" tantang Sang Putri.
"Bukan apa-apa. Kembali ke cerita. Jadi, Putri Genaida yang berumur empat belas tahun itu bertemu dengan Harka entah bagaimana (karena aku sendiri belum pernah mendengar kisah lengkapnya), dan mereka, seperti biasa, jatuh cinta"
"Ckckck... Apa Harka seorang bangsawan?"
"Itu dia! Karena Harka hanya pemburu yang kebetulan berwajah tampan tanpa sedikitpun darah bangsawan, Raja dan Ratu melarang Putri Genaida untuk menikah dengan Harka"
"Tapi kemudian mereka melarikan diri dan menikah?" sambung Putri Aratana, bosan.
"Memang terdengar terlalu biasa, tapi akhir cerita ini agak tidak biasa"
"Benarkah?"
"Tentu saja! Ketika mereka tertangkap, Putri Genaida diikat di pohon sebelah sana," Pangeran Andrea menunjuk sebuah pohon besar di sisi kolam, "Oleh pengawalnya sendiri atas perintah orang tuanya sendiri, untuk menyaksikan kematian Harka"
"Orang tua yang benar-benar bodoh..." gumam Putri Aratana.
"Bukan begitu. Sebenarnya mereka berharap agar kenangan buruk itu akan mengalihkannya dari Harka. Mereka berpikir, kalau Putri Genaida memiliki kenangan buruk tentang Harka, dia akan cepat melupakannya serta tidak ingin mengingatnya kembali"
"Baiklah, jadi bagaimana bisa di kolam kecil ini ada buaya?"
"Ditangkap. Seorang pemburu diperintahkan untuk menangkap seekor buaya, dan melepaskannya di sini untuk selanjutnya..."
"Memakan Harka?"
"Tepat. Harka dipaksa bergulat dengan buaya itu, hingga akhirnya ia kalah dan mati. Di hadapan Putri Genaida"
Mereka terdiam. Setelah beberapa saat, Putri Aratana berkomentar,
"Bukan cerita yang benar-benar menarik. Lagipula, apa hubungannya cerita ini dengan sore hari dan umur orang yang mendengar?"
"Aku lupa memberitahumu hal itu. Sebelum mati, Harka bersumpah untuk mengilaukan percikan air terjun ini dengan rohnya, demi Putri Genaida. Tapi kilauan itu hanya akan terlihat pada sore hari. Dengan kata lain, roh Harka hanya berkeliaran pada sore hari. Dann... katanya dia terus mencari seorang gadis yang berumur sama dengan Putri Genaida"
"Maksudmu, berumur 14 tahun?"
"Tentu saja! Itu umurmu kan?"
"Lalu? Kau berharap aku akan berteriak dan ketakutan setengah mati?"
"Bukan begitu. Tapi sekarang kau tahu kan kenapa setidaknya usia pendengar harus 16 tahun?"
"Hah! Mana mungkin aku tahu?! Kau kan belum menjelaskannya"
"Ckckck... Kau punya daya tangkap yang payah sekali! Yahh pokoknya, usiamu harus setidaknya 16 tahun ketika mendengar kisah ini agar kau bisa mengendalikan diri untuk tidak menantang roh Harka. Maksudku, bocah yang berusia di bawah 16 tahun kan selalu ingin tahu. Pikirannya polos-nyaris-tolol, sampai-sampai tidak bisa mengerti bahwa ini sebenarnya adalah peringatan"
"Hah? Polos-nyaris-tolol? Kau kira dirimu sepintar itu ya?!"
Pangeran Andrea terkekeh. "Sudahlah, ayo kembali"
Dan, mereka berjalan pulang ke tenda. Tidak menyadari percikan air yang selama itu terus mendengar percakapan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Me!
Teen FictionPangeran Andrea harus segera menikah dengan Putri Aratana! Kerajaan gempar mendengar berita itu. Kabarnya, bila hal tersebut tidak dilakukan, kerajaan Bintang akan ditimpa musibah besar! Tapi pada akhirnya apa Pangeran Andrea tega membiarkan Putri A...