Part 13: She's Gone!

1.5K 27 0
                                    

Part 13: She's Gone!

Pangeran Andrea terus berdiam diri di tenda setelah percakapannya bersama Putri Aratana. Logikanya selalu mengulang kalimat yang sama: tidak mungkin dia. 

Jelas Putri Aratana sama sekali bukan tipenya. Dan meski dengan didukung fakta bahwa wajah Putri Aratana dengan wanita itu sama, tapi mereka dua pribadi yang sama sekali berbeda.

Mustahil Putri Aratana adalah penantian panjang orang itu. Ini hampir satu setengah abad. Bahkan sebelum berangkat ke pulau ini, orang-orang istana termasuk dirinya sendiri tidak pernah memikirkan kemungkinan mustahil ini. 

Lagipula itu hanya legenda dunia. Tapi aneh juga Putri Aratana tidak mengetahuinya. Dan bualan peraturan legenda tentang anak-dibawah-16-tahun-dilarang-mendengar, putri itu bahkan nyaris memercayainya. 

Kecuali peraturan itu benar-benar diterapkan di kerajaannya. Hanya pada diri Si Putri sendiri. Mungkin Raja Arka sudah mengetahui sejak awal. Pangeran Andrea baru menyadari bahwa ia dan Putri Aratana bahkan tidak memberi kabar ke kerajaan Sang Putri bahwa mereka berlibur di pulau ini. 

Kesalahan yang sangat fatal. 

Lalu dimana putri itu sekarang? 

Pangeran Andrea bergegas keluar tenda dan memanggil Putri Aratana, agak panik. Ia menemukan putri itu tengah duduk di tepi danau sambil memberi isyarat padanya agar bergabung ke tepi danau. 

Safana ada disana bersama Putri Aratana, merangkai bunga yang dipetiknya. Merasa aman dengan keberadaan Safana di sekitar Putri Aratana, dan tentu saja juga karena ia enggan, Pangeran Andrea akhirnya menolak bergabung dan berjalan ke tenda Arfan dan Kervan. 

Kedua tengawal itu masih terlelap ketika ia tiba di dalam tenda mereka. 

“Kalian cepat bangun!” sentak Pangeran Andrea, membuat keduanya sontak terduduk tiba-tiba.

“Keluar sekarang. Ada yang harus kalian dengar” 

Dengan mata dilebar-lebarkan, keduanya menurut dan mengikuti Pangeran keluar tenda. Mereka bertiga berjalan agak jauh dari perkemahan, lalu berhenti di bawah sebuah pohon besar. 

“Putri Aratana adalah orangnya” 

Arfan dan Kervan menatap Pangeran tak mengerti, membuat pangeran itu melanjutkan penjelasannya dengan tak sabar. 

“Kalian tidak mengerti?! Istriku adalah orang yang ditunggu De Bouy selama satu setengah abad. Ia bermimpi tentang orang itu semalam. Meskipun mustahil, aku tidak akan membiarkan Aratana dibawa olehnya. Mulai sekarang tingkatkan pengawasan kalian terhadap Aratana” 

Kedua pengawal di hadapannya menatap heran. Sebenarnya Pangeran Andrea sendiri pun tidak mengerti mengapa tiba-tiba saja ia mengeluarkan emosi kepemilikan yang tak biasa. Tapi setelah memikirkan kemungkinan bahwa sebenarnya itu bukan sebuah ‘emosi’ tapi adalah rasa tanggung jawab, Pangeran Andrea jadi merasa sangat bangga terhadap dirinya sendiri. 

“Bagaimanapun juga, aku mau kalian meningkatkan pengawasan. Kau Kervan, awasi ia dari dekat sementara Arfan mengawasinya dari jauh. Mengerti?” 

Mereka berdua mengangguk. 

“Bagus. Sekarang ayo kembali. Kalian bisa beristirahat di tenda, dan sebaiknya gunakan kesempatan itu baik-baik karena nanti malam kalian harus kembali berjaga. Sementara ini biar aku yang mengawasi Aratana”

Keduanya mengangguk lagi. Lalu mereka bertiga berjalan kembali ke tenda, tidak tahu apa yang akan mereka hadapi selanjutnya. 

* * *

Putri Aratana berjalan dalam diam bersama Safana, mulai mengumpulkan bunga. Beberapa kali ia merasa diawasi. Seperti ada sepasang mata transparan tak jauh dari tempatnya berada. Pangeran Andrea bersikap sangat aneh beberapa jam belakangan. Ia bersikeras melarang Putri Aratana dan Safana pergi ke air terjun permata.

Sebenarnya Putri Aratana hendak memprotes larangan aneh itu, tapi aura ke-pangeran-an Pangeran Andrea mencegahnya. Ia akhirnya menurut meski dengan wajah bersungut.  

Beberapa kali Safana meliriknya khawatir, hari hampir gelap dan ia telah mengetahui bahwa Putri Aratana memiliki ketakutan tersendiri terhadap gelap. Hampir tiap lima menit ia mengajak putri itu kembali, tapi obesesi Putri Aratana terhadap kumpulan bunga yang mungkin saja ditularkan olehnya pada putri itu, membuatnya menyerah. Ia sendiri sangat menikmati saat-saat mereka menemukan bunga-bunga baru yang lucu.

"Safana! Ya ampun, lihat bunga ini. Aneh sekali. Aku baru sekali melihat yang seperti ini!" seru Putri Aratana heran.

Safana mendekat, diperhatikannya bunga berwarna violet yang seolah memancarkan sinar itu. Seperti pernah dilihatnya di suatu tempat. Seperti sesuatu yang melegenda. Seperti...

Safana tersadar. Lalu menjauh terburu-buru dengan napas tersengal.

Langkahnya mundur tak pasti, nyaris gemetar. Ingin sekali ia meneriaki Putri Aratana untuk tidak menyentuh bunga itu. Tapi suaranya tak keluar, lagipula dia terlambat.

Putri itu menghilang.

Marry Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang