Part 17

1.4K 25 0
                                    

Raja Albert berjalan mondar-mandir di kamarnya. Tidak yakin dengan apa yang harus ia lakukan sekarang. Peramal Tua mendesaknya untuk memberitahu Pangeran Andrea tentang, semuanya. Tentang apa yang akan segera terjadi pada Putri Aratana. Tapi entah kenapa, ada satu perasaan ganjil yang melarangnya. Perasaan yang mungkin adalah wujud sikap curiga.

Belum lagi keterangan setengah-setengah Raja Arka. Bukannya membantu, keterangan itu malah menambah kebingungan Sang Raja Kerajaan Bintang. De Bouy cuma legenda lama. Sekarang, hampir-hampir tidak ada satupun orang yang memercayainya.

Tapi tiba-tiba, Raja Arka mengatakan bahwa Putri Aratana adalah pencarian panjang Sang Legenda. Orang yang sudah ditunggunya selama seabad penuh. Itu mustahil. Bahkan nyaris tidak masuk akal. Aratana adalah seorang Putri dari kerajaan miskin yang berantakan, dan punya wajah di bawah standar bangsawan. Sebenarnya sedikit memalukan mengingat gadis dibawah umur itu adalah menantu kerajaan Bintang.

Apa tujuan De Bouy sebenarnya? Sekali lagi, mustahil kalau memang sesuai legenda.

Tidak ada penjelasan lebih lanjut yang diberikan Raja Arka. Ia hanya berkata kalau Putri Aratana adalah orangnya.

Sekarang apa?

Hampir tengah malam. Apa ia memang benar-benar harus memberitahu Pangeran Andrea? Kalau iya, saat ini adalah waktu yang tepat. Tidak akan ada yang mendengar atau bahkan tahu mereka sempat membicarakannya. Ratu Diana, orang terdekat Raja Albert sendiri pun tidak tahu keadaan sebenarnya.

Tak ada yang menyarankan Raja Albert untuk merahasiakan hal itu, tapi logikanya mengatakan itu perlu. Seperti—refleks yang segera datang setelah ia tahu pola sebenarnya ‘penyelamatan’ kerajaan Bintang.

Putri Aratana akan mati. Pelan-pelan.

Atau ia mengambil keputusan sendiri saja dengan tidak memberitahu Pangeran Andrea? Ia tidak yakin ingin mengetahui kemastian pasti Ratu Diana, seandainya ia memosisikan diri sebagai Pangeran Andrea—barangkali itu juga yang dipikirkan anaknya. Lagipula setelah pulang dari Pulau Dewi, Pangeran itu terlihat lebih memosisikan diri sebagai, suami. Ia menahan diri, pintar sekali mengatur emosi.

Aratana anak polos itu pastilah yang membuat Pangeran Andrea jadi ‘sedikit lebih’—bijak. Entah bagaimana, Raja Albert mendapat kesan anaknya mulai merasa ‘memiliki’ sesuatu yang selama ini ia inginkan—tapi tidak sempat ia pikirkan.

Seperti perasaan awalnya pada Ratu Diana.

Raja Albert tersenyum. Rasanya, kalaupun ia mati sekarang, Pangeran Andrea sudah cukup pantas untuk dijadikan penggantinya. Menjadi raja kerajaan Bintang.

Sang Raja memantapkan diri. Biar saja ia sendiri yang mengetahui semuanya. Lebih baik menunda rasa sakit Pangeran Andrea. Setelah semuanya selesai, toh pelan-pelan akan terlupakan.

Putri Aratana meninggal—baru setelah itu kerajaan Bintang akan mendapat menantu kerajaan yang, sepantasnya.

Pengeran Andrea jelas bukan tipe orang yang akan berlarut-larut dalam memori lama tidak berguna, yang sudah seharusnya dilupakan. Raja Albert yakin, hanya butuh waktu paling lama dua bulan, untuk menghapus semua yang terjadi dua tahun belakangan. Lalu, memulai semuanya dari awal.

Yang terpentng sekarang, anaknya tidak akan tersiksa oleh rasa bersalah—seperti yang ia rasakan.

Omong kosong soal perintah Peramal Tua!

Marry Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang