[09 : Sacred Place]

30 1 0
                                    

Ada satu tempat yang keramat bagi para vampir. Setiap kerajaan mempunyai tempat ini. Bisa dibilang bahwa tempat ini adalah tempat suci. Tidak sembarang orang bisa masuk kesini karena pintu hanya bisa dibuka oleh raja atau ratu yang memerintah.

Rumornya mengatakan jika di dalam tempat ini terdapat batu pijakan setiap anggota kerajaan. Dimana batu pijakan ini berisi informasi tiap anggota kerajaan. Dan katanya, ada ramalan tentang kehidupan kerajaan itu yang terukir di langit-langit ruangan. Ramalan dari nenek moyang tentang bagaimana takdir anggota kerajaan akan berjalan.

Namun, tidak semua orang bisa mengartikan ramalan itu dengan tepat. Hanya orang tertentu yang mampu mengartikannya dengan jelas dan lugas. Namun, sayangnya, beberapa vampir keras kepala untuk mengartikannya dan mengakibatkan kehancuran kerajaan itu sendiri.

-D'WHITE-

Fabian mengambil nafas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan. "Udara di pagi hari memang tidak pernah mengecewakan," ucapnya dengan senyuman lebar menyambut hari dengan semangat penuh.

Hari ini, matahari menyinari kerajaan dengan terang. Fabian dan Michael telah berada di luar istana untuk melakukan sesuatu di pagi ini. Mereka sengaja melakukannya di pagi hari karena kondisinya sangat aman. Beberapa anggota kerajaan masih tertidur nyenyak sehingga mereka yakin tidak akan ada yang mengganggu mereka di pagi hari.

"Michael, kau sudah pastikan tidak ada siapapun 'kan di sana?" tanya Fabian seraya berjalan.

Kini posisi mereka berdua sedang berjalan melewati halaman belakang. Menuju salah satu tempat yang jarang dijamah siapapun. Fabian sendiri yakin jika Ayahnya maupun Anggaraksa jarang ke tempat ini.

"Sudah, Tuan Putri. Semuanya aman. Terakhir kali dikunjungi sekitar tiga atau empat tahun yang lalu."

Kening Fabian mengerut lalu melirik Michael sebelum memfokuskan pandangannya ke depan. "Siapa yang terakhir kali mengunjungi sacred place?"

"Yang Mulia Esa, Ayah, Tuan Putri Fiona, dan Wayne."

Lantas kepala perempuan itu mengangguk beberapa kali. Seolah paham dengan jawaban Michael. "Ada kabar mereka melakukan sesuatu di sana?"

"Tidak, hanya rumor."

"Tentang?"

"Karena kemampuan Tuan Putri Fiona meningkat, mereka menambahkan informasi baru di batu pijakan."

Fabian terdiam sejenak sebelum melihat awan yang bergelantungan di dekat mereka. Mengawang sesaat tentang tempat yang akan mereka datangi. "Berarti benar di dalam sana ada batu pijakan?"

Michael mengangguk, "Benar. Kalau aku tidak salah dengar dari Wayne, ada tiga belas batu pijakan."

"Wah, kurasa ini akan seru," kekeh pelan Fabian.

Mereka terus berjalan menuju tempat keramat, tempat tidak semua orang bisa masuk ke sana. Terletak jauh di belakang istana, dekat dengan Colosseum. Walau agak tertutup oleh rimbunnya pohon--berbeda dengan Colosseum yang terletak di tempat terbuka. Butuh sekitar dua puluh menit menuju tempatnya dengan berjalan kaki. Sampai akhirnya mereka berhenti di depan sebuah batu besar dengan ukiran tulisan yang tidak dimengerti Fabian. Jika dilihat dari tulisan yang terukir di sana, itu adalah bahasa lama yang digunakan nenek moyang mereka.

Tiba-tiba dari belakang Michael muncul buku-buku yang tebal, melayang di sekitarnya. Kemudian salah satu buku itu bergerak melayang ke depannya lalu terbuka tanpa disentuh dan berhenti saat Michael mengarahkan tangannya ke depan.

"Michael's Style. Magic Manipulation. Open The Door."

Begitu mantra diucapkan, ukiran kata-kata itu bersinar dari atas lalu menyala searah jarum jam, melingkari batu itu hingga tanah yang dipijak mereka bergetar. Batu itu bergerak pelan ke kiri yang tak lama kemudian menampilkan sebuah tempat yang gelap.

D'WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang