[02 : Pertemuan Pertama]

87 12 2
                                    

!WARNING! Mature Content!

Terdapat kekerasan, mutilasi, darah, dan berbagai hal lainnya yang tidak patut dibaca oleh anak di bawah umur!

Jika tidak kuat, harap meninggalkan lapak ini.

!WARNING! Mature Content!


-D'WHITE-


Ruang Takhta, pukul 20.00...

Sosok laki-laki dengan rambut berwarna mencolok itu memasuki ruangan melalui pintu besar yang sudah dibuka oleh pengawalnya. Langkah kakinya yang lebar seperti terburu-buru memasuki ruang tahta. Ruangan itu memiliki delapan kursi berderet membentuk setengah lingkaran yang menghadap ke arah pintu dengan karpet berwarna merah maroon membentang luas. Beberapa patung besar menghiasi sudut ruangan dan lukisan terkenal dipajang di dinding dengan jarak dua meter. Memberikan kesan kerajaan khas di era Victoria tanpa meninggalkan kesan khusus mereka.

"Xander pergi kemana?" tanyanya saat menyadari salah satu saudaranya tidak berada di sana.

"Terakhir katanya sedang dalam perjalanan ke sini," anak terakhir dari tujuh bersaudara itu menjawab, rambut berwarna light brown-nya bergoyang saat angin malam dari taman menerpanya. "Cuman saat di pertengahan jalan, dipanggil sama prajuritnya. Mungkin ada masalah," lanjutnya seraya menutup jendela.

Alvaro—lelaki dengan rambut mencolok berwarna pink pastel itu—menganggukkan kepalanya. Dia berjalan menuju tempat duduk yang bertahtakan diamond lalu duduk di sana, "Suruh dia untuk cepat. Yang Mulia akan ke sini untuk membahas masalah kemarin."

Perintahnya mutlak, tidak ada yang bisa membantahnya jika dia sudah membawa Yang Mulia di kalimatnya. Statusnya sebagai anak yang paling tua, ditambah sang raja lebih percaya untuk menyampaikan pesan apapun melaluinya membuat Aqila langsung menganggukkan kepalanya.

Di dalam ruang takhta itu ada enam lelaki berparas tampan. Keenam lelaki itu adalah Pangeran Atmajaya—ditambah Xander menjadi tujuh—yang telah lama menduduki daerah timur. Kekuasaan mereka sangat lah luas, dan satu-satunya kerajaan vampir yang cukup berpengaruh di dunia pemerintahan. Tidak hanya menyumbang blood supplies terbanyak, mereka juga mengambil alih tambang kristal dari Kerajaan Prastika, tambang emas, serta tambang batu bara. Sehingga Kerajaan Atmajaya berada di peringkat kedua teratas untuk kerajaan yang paling berpengaruh di pemerintahan.

Masing-masing anak Atmajaya pun mengelola perusahaan dan mengikuti perkembangan zaman. Terlihat dari bentuk istana yang cukup modern walaupun tidak meninggalkan khas mereka—dominan warna merah—dan kemampuan mereka menggunakan teknologi. Tiada hari tanpa kata sibuk sehingga mereka sangat jarang untuk berkumpul bersama.

Kecualikan hari ini. Ketika perintah dari sang raja turun untuk berkumpul, mereka tidak ada hak untuk menolaknya. Kegiatan yang menjadi kesibukan para pangeran langsung ditinggalkan untuk hadir lebih awal di ruangan. Namun, sudah hampir tiga puluh menit berlalu dan sang raja belum juga memunculkan batang hidungnya. Dan ini sudah menjadi kebiasaan saat ada acara untuk berkumpul, sang raja akan datang paling terakhir setelah semua anak-anaknya datang.

"Al, kita akan membahas masalah yang mana?" kali ini lelaki dengan rambut berwarna orange bertanya. Namanya Dirga, satu-satunya pangeran yang murah senyum dan paling disayang oleh rakyat karena sering membantu masalah di sekitar kerajaannya dengan turun tangan langsung menemui mereka.

D'WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang