[01 : Kabur]

141 12 10
                                    

!WARNING! Mature Content!

Terdapat kekerasan, mutilasi, darah, dan berbagai hal lainnya yang tidak patut dibaca oleh anak di bawah umur.

Jika tidak kuat, harap meninggalkan lapak ini.

!WARNING!

-D'WHITE-

Deg!

Perempuan itu terbangun tiba-tiba dengan nafas yang tidak beraturan. Matanya menatap ke sekitarnya dengan panik sebelum menyadari dirinya sudah berada di tempat yang berbeda. Serangan pusing dirasakannya akibat terbangun secara terpaksa.

"Mimpi itu lagi," gumamnya seraya berusaha berdiri dari posisinya.

Dugh!

"Argh! Fuck!" umpatan keluar ketika merasakan sakit di sekujur tubuhnya.

Kepalanya langsung mengingat kejadian yang baru saja berlalu. Terjatuh berguling, wajah mencium tanah dengan mesranya karena di dorong oleh si lelaki tidak tahu diri, dan belum lagi dipaksa untuk kembali ke tempat terkutuk ini. Mengapa hidupnya sangat menderita, ya?

Baru dia sadari jika pergerakannya sangat terbatas. Kedua tangan dan kakinya diborgol yang tersambung dengan rantai yang tergeletak di lantai dan ujungnya yang tertancap di lantai. Walaupun begitu, dia tetap berusaha untuk setidaknya menggoyangkan kaki dan tangannya agar otot-ototnya tidak kaku.

"Tuan Putri kita sudah bangun ternyata," sahutan dari luar ruangan membuatnya menoleh, mendapati sosok lelaki dengan rambut berwarna biru muda berada di depan pintu. "Nyenyak tidurnya?"

"Sangat. Kalau saja suaramu yang menyebalkan itu tidak terdengar, aku bisa tidur kembali dan bermimpi indah," jawabannya santai, tapi mengundang emosi lawan bicara, "Pergi gih, kehadiranmu tidak dibutuhkan, budak kerajaan."

Michael—nama lelaki itu—mendelik tidak suka dengan ucapan Fabian. Kemudian menyuruh prajurit yang menjaga pintu tahanan untuk membuka pintu, membiarkan dirinya masuk ke dalam dan berjongkok di hadapannya.

"Kau paham posisimu ada di mana, hm?"

"Paham. Sedang di lantai," balasnya dengan asal. "Pertanyaanmu bodoh, ya? Apa ternyata memang kau bodoh?"

Plak!

"Jaga bicaramu, budak," Michael menggeram menahan kesal setelah menampar perempuan itu dengan sekuat tenaga dan mencengkram dagunya. "Kalau kau paham posisimu, seharusnya kau ingat untuk tidak bermacam-macam padaku."

Sudut bibir Fabian terbuka akibat tamparan Michael. Dirasakan rasa besi mencecap lidahnya lalu meringis pelan. "Ish, ish, tidak baik menampar perempuan, Tampan," Seringainya terpatri di wajah, jelas-jelas meledek Michael.

"Memangnya ada perempuan sepertimu?" tanya Michael, "Rambut pendek seperti laki-laki, berani melawan perintah kerajaan, dan mampu kabur dari ruang tahanan. Kau perlu dipastikan lagi apa kau benar perempuan atau bukan."

Fabian tergelak mendengar balasan Michael. Tidak mempedulikan jika jarak wajah mereka hanya dua jengkal. "Hoi! Kau hidup di abad ke berapa, Tampan? Ya Tuhan, pikiranmu kolot sekali!" Tawanya menggema di ruangan, "Kenapa, hm? Kau takut dengan perempuan sepertiku? Takut jika perempuan bisa menyerangmu balik? Tidak bisa membuatku patuh padamu? Payah," Dia meludah tepat ke wajah Michael, "Lelaki sepertimu tidak akan bisa sebanding denganku."

Michael melepaskan cengkramannya dengan kencang, membuat Fabian nyaris kehilangan keseimbangannya karena gerakannya yang tiba-tiba. Lelaki itu berdiri seraya mengelap wajahnya dengan sapu tangan, "Prajurit," kedua prajurit yang berada di depan ruang tahanan langsung menegakkan badan, "Bawa dia ke Yang Mulia. Biarkan beliau yang menentukan hukuman yang pas agar dia jera. Aku pusing mengurusnya."

D'WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang