27

7.5K 740 26
                                    

Jika mencintaimu bisa sesakit ini
Mungkin melepaskan adalah jalan yang terbaik

-Ming Li Hana


Nekat dengan berjalan kaki, Li hana memantapkan langkahnya menuju gerbang istana. Lagi pula jarak tempuh untuk ke kediaman orangtuanya meski terbilang cukup jauh dengan berjalan kaki tak baginya selama dirinya bisa memastikan sendiri keadaan orang tuanya. Terlebih dirinya yang selalu di dampingi oleh dua pelayan setianya kini semakin percaya diri

"Buka gerbangnya" perintah Li hana saat sampai di gerbang istana

"Maaf yang mulia hamba tidak bisa melakukan tanpa izin yang mulia kaisar"

"Jadi kalian membantahku? Kalian ingin pekerjaan atau nyawa kalian yang jadi taruhanya?"

"Ti...tidak yang mulia"

"Kalau begitu cepat buka gerbangnya"

"Kau tidak perlu marah-marah seperti itu selir agung. Penjaga, buka gerbangnya" sahut kaisar Hwang yang kini telah berada di belakang Li hana dengan menaiki kuda kesayanganya

Jangan harap saat ini Li Hana akan peduli dengan kehadiran laki-laki itu sekarang. Dirinya sungguh kesal dan kecewa. Bahkan masalah tempo hari pun belum terselesaikan dan kalian lihat tadi? Kaisar Hwang sungguh dingin dan sangat menyebalkan membuat Li hana merasa sudah muak.

"Kenapa kau disini. Bukankah permaisurimu itu lebih penting" cibir Li hana

Kaisar yang mendengarnya tentu saja sangat merasa bersalah bahkan dirinya tadi bersikap dengan dingin di depan wanitanya ini. Tampak jelas ada amarah yang terpancar di mata selir agungnya. Dirinya sekaranh sadar bahwa memang sikapnya sudah keterlaluan

"Naiklah, zhen akan mengantarmu. Kita akan berkuda agar cepat sampai" kata kaisar Hwang setelah gerbang istana terbuka

Meski sebenarnya enggan, terpaksa li Hana menaiki kuda dengan kaisar Hwang karena tak ada pilihan lain dan meninggalkan dua pelayan setianya karena tidak mungkin keduanya ikut jika semuanya menunggang kuda sedangkan pelayan dan prajurit tidak diperbolehkan jika menaiki kuda bersama. Dengan di bantu kaisar kini Li hana telah berada di di atas kuda sementara kaisar memangkas jarak di antara keduanya dan mulai memacu kuda tunggangan mereka.

"Maaf, zhen tidak tau kalau kediaman mentri Wang mengalami kebakaran" kata kaisar Hwang memecah keheningan karena selama perjalanan selir agung nya itu hanya diam

"Hmm"

"Kau marah?"

"Tidak"

"Kau bohong. Maafkan zhen"

"Sudah ku bilang tidak ya tidak"

"Benarkah?

"Hmm"

"Hey kau sangat menggemaskan kalau seperti ini" rayu kasian Hwang dengan melingkarkan tanganya di pinggang ramping milik Li hana

"Dasar dandang nasi sialan. Singkirkan tanganmu"

"Tidak mau. Begini lebih nyaman"

"Dengar kasian Hwang yang terhormat, ini bukan waktunya untuk itu. Sekarang jalankan lebih cepat kudamu atau aku akan menunggang kuda prajurit di belakang"

"Baiklah-baiklah. Kalau begitu sebagai gantinya nanti malam zhen boleh meminta lebih. Bagaimana?"

"Apa maksudmu?"

"Ayolah, kau pasti paham dengan maksud zhen" kata kaisar Hwang dengan memasang senyum misterius

"Dasar mesum" balas Li hana memelototkan matanya tak lupa jari lentikya mencubit dengan kasar perut kaisar Hwang

"Aws, kau kenapa jadi kasar selir agung"

"Masa bodoh. Sekarang. Cepat. Jalankan. Kudamu"

"I..iya baiklah" pasrah kaisar Hwang. Sungguh mengerikan rupanya jika selir agungnya ini telah marah

Begitu sampai di tempat ayahandanya berada, lebih tepatnya bekas kediaman keluarga Wang Li Hana segera berhambur memeluk lelaki paruh baya tersebut. Dilihatnya sekeliling sungguh sangat memprihatinkan keadaanya. Hampir semua bangunan yang sebelumnya lumayan mewah kini tinggal tersisa puing-puingnya karena hampir seluruhnya terbakar menjadi debu.

"Ayahanda, kau tak apa?"

"Putriku ayahanda baik-baik saja. Kau tak perlu khawatir"

"Bagaimana dengan gege, ibunda dan lainya?"

"Gegemu dan para pelayan baik-baik saja meski mereka mengalami luka-luka. Namun ibundamu....."

"Ada apa dengan ibunda, ayahanda?"

"Ibundamu, telah pergi putriku" jawab mentri Wang dengan wajah yang tertunduk

"Tidak, ayahanda bercanda bukan? Ini tidak lucu sama sekali"

"Ayahanda tidak sedang bercanda mei-mei. Maaf gege tidak menunggumu saat akan memakamkan ibunda tadi" sahut panglima Chen

Mendengar gegenya berbicara dengan wajah yang sedih seperti itu, kini runtuh sudah pertahanan Li hana yang sebelumnya tak ingin percaya jika ibundanya telah tiada. Badannya pun seketika ikut lemas dan luruh ke tanah. Kaisar yang melihatnya pun menjadi tidak tega yang kemudian merengkuh tubuh Li hana yang tampak rapuh saat ini di tanah.

"Ini....bohong bukan? Tidak mungkin....tidak mungkin ibunda telah tiada" rancau Li hana di pelukan kaisar

"Tenanglah selir agung. Zhen tau kau wanita yang kuat" kata kaisar Hwang mengelus lembut surai hitam Li hana untuk menenangkanya

Meski baju kebesaranya telah kotor dan basah sungguh kaisar Hwang tidak peduli akan hal tersebut. Baginya yang terpenting saat ini selir agungnya lah yang paling utama

"Mei-mei lebih baik istirahatlah dan tenangkan dirimu terlebih dahulu di tenda  sementara baru setelahnya kita akan bicara. Lagipula lihatlah ayahanda yang belum beristirahat"

"Gege mu benar selir agung. Lebih baik sekarang kita istirahat"

Benar yang dikatakan gegenya juga kaisar. Ayahandanya kini tampak lelah. Pastilah ayahandanya itu belum beristirahat sama sekali dari semalam membuat Li hana ahirnya luluh dan patuh saat kaisar Hwang menuntunya menuju salah satu tenda yang sengaja dibuat di tanah lapang depan kediaman oleh para pelayan keluarga Wang yang tidak mengalami cidera untuk berteduh. Sementara ayahanda dan gegenya menyusul menuju tenda yang berada di sampingnya.

__________________

Udah greget belum nih kalian sama ceritanya?

Terus kasih saran yang mendukung ya buat author biar makin lebih baik lagi kedepanya😊

What, Selir Agung?! (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang