28

7.5K 729 21
                                    

Semuanya akan sia-sia dan takkan berarti
Tanpa kau di sisi

-Ming Hwang Tse


"Bagaimana bisa kau gagal hah? Padahal aku minta semuanya kau habisi dan hanya nyonya Wang yang telah tersingkir!"

Murka seseorang terhadap bawahanya yang rupanya kurang berhasil dalam menjalankan perintahnya

"Maaf tuan saya telah memberi obat tidur pada para pelayan dan telah mengunci pintu kamar dari luar tapi rupanya panglima Chen semalam tidak berada dikediaman mentri Wang dan menggaggalkan rencana saya"

"Kau memang tidak becus. Sekali lagi kau gagal keluargamu yang jadi taruhanya"

Mendengar ancaman tersebut tentu saja si bawahan menjadi sangat takut karna pastinya tuanya itu tidaklah main-main. Andaikan tidak terpaksa dirinya tak mungkin mau menjalankan perintah dari tuanya yang licik dan kejam

"Ampun tuan. Saya mohon jangan libatkan keluarga saya" kata sang bawahan memohon dengan bersimpuh

"Itu tergantung dengan kerjamu" jawab orang tersebut tersenyum licik lalu dengan angkuhnya meninggalkan bawahannya yang ketakutan

***

"Kau kenapa masih disini?" tanya Li hana begitu dirinya berada di dalam tenda

"Tentu saja zhen ingin menemanimu"

"Tidak perlu, pergi saja sana"

"Ta..."

"Nggak ada tapi-tapian....sono pergi"

"Zhen suamimu kau tidak bisa mengusir se enaknya seperti itu"

"Kalau kau tak mau pergi, biar aku yang pergi" putus Li hana beranjak melangkahkan kakinya berniat keluar dari tenda  namun lenganya terlebih dahulu di tahan oleh kaisar Hwang

Dirinya memang sengaja bersikap seperti itu yang tentu saja untuk memberi pelajaran bagi kaisar tak tau diri di depannya ini. Sikapnya sungguh benar-benar keterlaluan dan membuatnya geram. Biar saja kaisar Hwang merasakan apa yang selama ini dirasakan oleh selir agung yang asli

"Baiklah biar zhen yang pergi"

"Bagus, sana pergi sejauh-jauhnya. Ah satu lagi, waktu itu bukan aku yang berniat mencelakai permaisuri kesayangan mu yang pintar berputar-pura itu. Terserah kau mau percaya atau tidak aku tak peduli"

Ada perasaan sakit dan kecewa saat selir agung nya berkata seperti itu. Rupanya dirinya memang benar-benar tak dimaafkan oleh wanitanya yang selama ini dirinya sia-siakan. Mengalah, kaisar Hwang memutuskan keluar tenda agar selir agungnya beristirahat.

"Maaf zhen telah menuduhmu tanpa mendengar penjelasan darimu. Maaf juga selama ini telah sangat melukai perasaanmu selir agung. Zhen menyesal" batin kaisar Hwang dengan pandangan nanar menatap tenda yang digunakan istirahat selir agungnya yang kemudian pergi tanpa tujuan dan hanya mengikuti kemana langkah kaki membawanya

"Bagaimana kediaman ayahanda bisa terbakar seperti ini?" kata Li hana memulai percakapan.

Saat ini dirinya telah bergabung dengan gege juga ayahandanya setelah hampir seharian dirinya tertidur di tenda. Sementara kaisar entah berada di mana dan Li hana sendiri pun tak peduli akan keadaan lelaki tampan yang berstatus suaminya itu. Lagi pula kaisar pandai berpedang dan bela diri tentu kaisar Hwang akan baik-baik saja bukan?

Ngomong-ngomong soal berpedang dan bela diri Li hana ingin mempelajarinya dan saat kembali ke kerajaan dirinya akan pastikan untuk mencari seseorang yang bisa mengajarinya

"Entahlah putriku malam tadi ayahanda dan ibundamu tengah tertidur kemudian  ayahanda terbangun karena mencium asap yang pekat dan ruangan yang menjadi panas lalu saat hendak keluar pintu kamar terkunci dari luar"

"Apa? Bagaimana bisa terkunci dari luar? Atau ada pelayan yang sengaja mengunci ayahanda dan ibunda?"

"Tidak mungkin mei-mei. Saat gege baru tiba di kediaman setelah bertugas para pelayan semuanya telah pingsan dan untunglah gege sempat menyelamatkan mereka. Tapi......gege gagal
menyelamatkan ibunda"

"Pingsan? Ini semakin tidak masuk akal"

"Kau memang benar. Gege merasa ada seseorang yang sengaja membakar kediaman ayahanda"

"Apa? Mungkinkah ini ada hubunganya dengan bunga azalea dulu?

"Secepatnya gege akan segera mencari tahunya mei-mei karna tidak mungkin gege akan diam saja sementara ibunda menjadi korbanya"

"Tentu saja gege, akupun tidak akan memaafkan orang yang telah membunuh ibunda jika benar ini sebuah kesengajaan" kata Li hana dengan amarah yang tampak di matanya dan tangan yang mengepal kuat

Ayahandanya yang melihat Li hana seperti itu seakan asing dengan tingkah putrinya yang tampak berubah. Putrinya yang dia tau itu adalah seseorang yang pemaaf dan lemah lembut. Namun saat ini sungguh menakutkan melihat pancaran amarah yang terlihat di mata putrinya yang seakan-akan siap membakar siapa saja yang berani mengusiknya.

"Putriku...kau,"

"Ada apa ayahanda?" tanya komandan perang Chen

"Ah tidak putraku. Mungkin ayahanda hanya sedang tidak fokus" kilah ayahandanya. Sementara Li hana dan komandan perang Chen hanya mengangguk mengerti

_______________

Halo-halo para readers kesayangan, balik lagi ama Relca nih. Pada kangen nggak ama Li hana?

Langsung cus di baca aja kuy😎

What, Selir Agung?! (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang