29

7.6K 714 32
                                    

Jika memang kau tak perduli
Untuk apa mengasihi

-Ming Li Hana


Di bawah pohon pinus Li hana kini tengah berpikir serius mecoba untuk mencerna dan mengaitkan semua kejadian yang telah menimpa keluarganya belakangan ini. Meski belum menemukan titik terang dirinya kini sangat yakin bahwa memang ada seseorang yang berniat mencelakai keluarganya. Dirinya belum bisa memastikan apapun atau siapa dalangnya saat ini karena dirinya belum menemukan bukti atau sesuatu yang mencurigakan.

"Hey tak baik melamun seperti itu" kata seorang laki-laki tampan yang kini telah berada di depan Li haha

Sejenak, Li hana hanya mengedipkan beberapa kali matanya hingga dirinya tersadar jika di hadapanya adalah orang sungguhan dan bukan halusinasi nya saja karena dirinya melamun.

"Menggemaskan" batin laki-laki tersebut

"Woah siapa kau? Tampan sekali"

"Hahh?"

"Hah heh hah heh.. Jawab kek malah bingung gitu"

"Ka..kau selir agung? li hana bukan?"

"Hei kenapa kau malah balik tanya?"

"Kalau anda selir agung kenapa tidak mengenali saya?"

"Maksudmu?"

"Saya Nang Fey sepupu anda. Apa anda lupa karna kita sudah lama tidak bertemu? Atau saya yang sekarang makin tampan hm?"

"Huwaa jadi kau sepupuku? Tampan sekali....aku suka. Tapi kau narsis sekali" cibir Li Hana

"Nar...narsis? Apa itu?"

"Ah lupakan saja bukan apa-apa"

Sekilas, dari kejauhan Li hana sekelebat dapat melihat bayangan dari kaisar Hwang yang berada lumayan dekat dari posisinya. Dengan tersenyum licik wanita tersebut tiba-tiba memeluk sepupu tampanya membuat laki-laki yang di peluknya pun merasa kaget dan terhuyung kebelakang. Untunglah Nang Fey bisa menjaga keseimbangan sehingga mereka berdua tidak terjatuh.

"Hey anda bisa membuat kita jatuh"

"Ahaha maaf-maaf, aku hanya terlalu antusias bertemu pria tampan sepertimu"

"Anda bisa saja"

"Bisakah kau tidak begitu formal? Itu membuatku muak"

"Ternyata kau masih Li hana yang ku kenal meski tingkahmu menjadi sangat tak terduga" kata Nang Fey sambil mengelus pucuk kepala Li hana dengan lembut

"Tentu saja. Kau kira Li hana di depanmu ini jadi-jadian?" balas Li hana membuat keduanya tertawa renyah.

Sementara kaisar Hwang yang melihatnya dari kejauhan kini telah mengepalkan tangannya hingga jari-jarinya memutih. Dirinya benar-benar tak terima jika miliknya disentuh oleh orang lain apalagi selir agungnya.

"Apa dia si dandang nasi itu?" gumam kaisar yang masih terus memperhatikan selir agungnya

"Huh dia bisa tertawa lepas seperti itu bahkan dengan pria yang tidak tampan?" lanjutnya kesal 

"Anda cemburu yang mulia?"

"Yon? Bagaimana kau bisa berada di sini?"

"Ehehe sebenarnya saya mengikuti anda. Yang mulia, anda tidak takut pria itu merebut selir agung?"

Mendengar perkataan panglima Yon tentu saja kaisar Hwang menjadi kalap dan dengan tergesa, dirinya melangkahkan kakinya menuju dua orang yang tengah asyik tertawa dengan riangnya dan tanpa aba-aba kaisar Hwang menarik paksa tangan Li hana saat dirinya telah berada di dapan wanita tersebut.

"Kau gila hah? Main tarik tangan orang. Kau kira ini tak sakit?! Kalau sampai tangan.....emphh" kesal Li hana namun sebelum wanita tersebut menyelesaikan perkataanya, mulutnya telah di bungkam terlebih dahulu dengan kasar oleh mulut kaisar

"Dasar kaisar brengsek" batin Li hana dengan memukul keras dada bidang kaisar karena dirinya mulai kehabisan nafas

"Perkataan mu sangat pedas selir agung. Tapi zhen suka"

Plakk

"Kau memang brengsek MING HWANG TSE!" bentak Li hana dengan amarah yang telah memuncak

"Kau yang murahan selir agung. Bisa-bisanya kau berduaan dengan lelaki lain"

"Oh aku murahan, begitu. Kau ingat ini YANG MULIA KAISAR HWANG. Dia Nang Fey SEPUPUKU dan kau harusnya mengenalnya jika memang kau suamiku" kata Li hana yang kemudian keluar dari tenda meninggalkan kaisar Hwang yang kini masih terpaku di tempatnya.

***

"Apa semuanya berjalan lancar? Hah aku sudah tidak sabar melihat selir agung menjadi tertekan karena kematian keluarganya. Dasar wanita bodoh dan lemah ahahaha" monolog permaisuri yang tengah berendam di pemandianya

"Yang mulia" panggil seorang laki-laki yang menggunakan pakaian serba hitam dan memakai topeng

Entah dari mana laki-laki tersebut datang. Yang pasti saat ini dirinya harus menyampaikan sesuatu yang diketahuinya  selama memata-matai kediaman mentri Wang sesuai perintah tuannya dan tentunya tanpa diketahui oleh seorang pun.

Permaisuri yang menyadari ada seseorang yang memanggilnya kini wajahnya tampak semakin cerah. Ahirnya seseorang yang dirinya tunggu kini telah datang dan telah berada di sampingnya. Siapa lagi jika bukan Luo, pengawal sekaligus mata-mata rahasianya yang dari dulu telah setia dengan keluarganya sekaligus yang selama ini telah menjadi kaki tangannya.

"Bagaimana Luo, apa yang kau dapat dari memata-matai kediaman mentri Wang?"

"Ibunda selir agung tewas yang mulia dan saat ini mereka tampak tengah berduka"

"Jadi hanya ibundanya yang tewas? Bagaimana dengan mentri Wang dan komandan perang Chen?"

"Mereka berhasil selamat dan saat ini yang mulia kaisar tengah bersama selir agung"

"Sialan. Jadi yang mulia meninggalkanku hanya demi jalang itu? Lihat saja kau selir agung, Aku tidak akan membiarkan kau merebut semuanya terutama tahta permaisuri yang telah susah payah aku dapatkan"

"Jadi apa yang harus saya lakukan yang mulia?"

"Kau harus lenyapkan selir agung saat ada kesempatan" kata permaisuri dengan ringannya yang dibalas anggukan oleh pria di sampingya.

________________

Happy reading semua

Makasih buat kalian yang masih setia nungguin kelanjutan ceritanya

Ttep jaga kesehatan😍

What, Selir Agung?! (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang