30

8.1K 737 6
                                    

Kau layaknya bunga mawar
Cantik namun berduri dan berbahaya

-Ming Hwang Tse


Dengan air mata yang telah membasahi pipi mulusnya Li hana kini berjalan tanpa arah hingga dirinya tak sadar telah masuk kedalam hutan yang cukup rimbun oleh pepohonan yang menjulang

"Memang dia kaisar gila. Dasar bastard!! Gue benci!" umpat Li hana di sela tangisanya

Begitu sadar dirinya berada di sebuah hutan, buru-buru Li Hana menyeka air matanya dan mengamati sekeliling.

"Astaga pohon gini isinya... Mana nggak tau jalan pulang lagi haduh mamii"

Saat akan melanjutkan langkah nya mencari jalan keluar, tiba-tiba saja perasaan Li hana menjadi sangat tidak enak dan merasa ada seseorang di belakangnya. Dilihat dari rimbunya pohon sudah tentu dirinya telah masuk lumayan dalam dan tidak bisa dipungkiri jika pohon-pohon tersebut bisa saja menjadi persembunyian seseorang.

Karena merasa ada seseorang yang mengikuti di belakangnya, tentu membuat jantung Li hana berdetak lebih cepat. Pasalnya dirinya saat ini berada di hutan dan telah masuk terlalu dalam, tentunya tidak akan ada seorang pun yang berada di sana kecuali orang tersebut mempunyai maksud jahat atau semacamnya.

"Sial, ini semua gara-gara kaisar bodoh itu. Gue jadi tersesat di hutan gini. Mana ada yang ngikutin lagi keknya di belakang" gumam Li Hana bersembunyi di sebuah pohon yang cukup besar. Jika firasatnya benar tentu akan ada seseorang yang muncul karena merasa telah kehilangan jejaknya jika memang dirinya yang mereka incar.

Benar saja tak lama setelah dirinya bersembunyi, muncul dua orang pria dengan pakaian serba hitam lengkap dengan dao di tanganya.

"Sial kita kehilangan jejak wanita itu" kata salah seorang dari mereka

"Hmm...yang mulia pasti akan marah. Cari sekitar sini jika kau menemukanya langsung habisi"

"Apa?! Jadi mereka orang suruhan? Dan Siapa yang mereka maksud dengan yang mulia?" batin Li hana yang masih memperhatikan dua orang yang tak jauh dari depanya

Saat matahari tampak terik, tak sengaja Li Hana nelihat sesuatu yang memantulkan sebuah cahaya menyilaukan dari baju salah satu orang tersebut. Rupanya cahaya yang memantul tersebut merupakan sebuah lencana yang  tergantung  di pinggang bagian kiri sehingga dirinya dapat melihatnya saat cahaya matahari mengenainya.

Lencana. Ya dirinya harus mendapatkan lencana tersebut agar bisa mencari petunjuk dan segera menemukan siapa dalang yang menyuruh mereka. Pikir Li Hana

"Kalian mencariku hmm?" tanya Li hana yang keluar dari persembunyianya

"Selir agung?" ucap keduanya tampak terkejut dan berpandangan satu sama lain dan kompak mengeluarkan dao yang mereka pegang

"Ets jangan terburu-buru coba kalian lihat kebelakang siapa yang datang" kata Li hana

Saat keduanya menoleh kebelakang, secepatnya kilat Li hana menarik lencana dari salah satu pakaian orang suruhan tersebut hingga lepas yang kemudian berlari sekuat tenaga.

Sedangkan kedua pria suruhan tersebut yang menyadari telah ditipu segera saja berniat mengejar Li hana sebelum seorang  laki-laki menghadang langkah keduanya

"Jangan beraninya hanya dengan seorang wanita. Lawan aku jika kalian berani" kata laki-laki tersebut yang disambut dentingan pedang dari ketiganya

Sementara Li hana yang kelelahan, kini memilih bersandar di sebuah pohon karena kepalanya  yang terasa berkunang-kunang dan pandangannya yang mengabur hingga kemudian dirinya benar-benar menutup mata tak sadarkan diri.

***

"Eunghh"

"Yang mulia selir agung! Syukurlah anda sudah sadar"

"Eh? Lili, kepala pelayan Chou?"

"Anda butuh sesuatu?"

"Tidak-tidak. Bagaimana aku bisa disini? Bukankah tadi aku masih berada di hutan?"

"Zhen yang membawamu kesini siang tadi saat menemukanmu pingsan di hutan" jawab seseorang yang telah berdiri di depan pintu

"Bodoh kenapa kau membawa ku kesini hah?!"

"Lalu kau mau di bawa kemana selir agung? Ke kediaman mentri Wang lalu menemui laki-laki itu? Dan berkatalah dengan sopan di depan zhen"

"Cih, tidak akan. Dan juga laki-laki siapa yang kau maksud?"

"Tentu saja laki-laki yang bersamamu di saat di bawah pohon pinus"

"Dasar plin-plan apa sih maksudmu? Bukanya sudah jelaskan yang mulia, dia Nang Fey sepupuku"

"Zhen tidak merasa kau mengatakanya"

Melongo dan bingung. Itulah yang dirasakan oleh Li hana. Dirinya yakin telah menjelaskan soal Nang Fey pada kaisar Hwang atau kepala kaisar bodoh ini terbentur sesuatu hingga lupa perkataanya sebelum dirinya memilih pergi dari tenda?

"Hei apa kepala mu terbentur hah sampai kau...."

"Tunggu, kenapa gue ngerasa ada yang aneh dengan kaisar? Saat bastard itu keluar dari istana sikapnya sungguh berbeda ketika berada di dalam istana. Sebenarnya ada apa ini?"

"Sudah kalian tidak perlu berdebat. Hwang lebih baik kau kembali ke kediamanmu dan makan malam terlebih dahulu karna kau baru menghadiri pertemuan" kata ibu suri menginterupsi keduanya yang di patuhi oleh kaisar Hwang. Yah begitulah kaisar, tidak dapat menolak perintah atau permintaan ibundanya, wanita yang telah melahirkanya dan disayanginya.

"Selir agung ibunda turut berduka atas kematian ibundamu. Kau harus tetap kuat"  kata ibu suri mengambil tempat di pinggir ranjang sesaat setelah kasian Hwang pergi

"Terimakasih ibunda. Selir agung ini akan berusaha untuk kuat"

"Selir agung ada yang ingin ibunda katakan. Entah kenapa ibunda mencurigai permaisuri yang telah melakukan semua ini terhadap keluargamu"

"Kenapa ibunda berfikiran seperti itu?"

"Ahir-ahir ini permaisuri Fang sangat sering mengunjungi mentri Won. Dan tingkahnya pun sangat mencurigakan"

"Ibunda bukanya wajar jika seorang putri mengunjungi ayahandanya?"

"Kau tidak tau selir agung. Mentri Won sangat licik dan akan melakukan segala macam cara untuk mendapatkan apa yang di inginkannya. Dulu mentri Won lah yang telah membunuh kakek dari Hwang, kaisar Hauchun saat melakukan peperangan"

"Apa! Bagaimana ibunda tau?"

"Saat itu ibunda ikut berperang karena ilmu pengobatan yang ibunda kuasai. Dan saat itu ibunda tak sengaja melihat mentri Won yang membidikan panahnya ke arah kaisar Hauchun yang menyebabkan beliau meninggal"

"Lalu kenapa ibunda tidak mengatakanya pada kaisar agar mereka diadili?"

"Tidak semudah itu selir agung. Ibunda tidak memiliki bukti untuk membawa mereka ke pengadilan istana"

"Hmm selir agung ini paham ibunda"

"Baguslah kalau kau paham maksud ibunda. Sekarang beristirahatlah ibunda akan kembali ke kamar" kata ibu suri mengakhiri pembicaraan yang kemudian beranjak keluar dari kamar Li hana.

__________________

Dao: pedang tradisional China (kalau salah harap koreksinya ya readers😁)

Buat readersku yang bilang kaisar plin-plan dan sebagainya, itu sebenernya ada alesanya ya readers dan sebentar lagi mungkin kalian bakal tau😉

Stay tune and happy reading😘

What, Selir Agung?! (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang