Six

165 10 0
                                    

Suara apa itu? Nyaring sekali. Suara yang sangat berisik. Ren membuka matanya dan yang ia lihat adalah sesuatu yang putih. Oh, ternyata langit-langit kamarnya. Ren melihat benda yang berbunyi nyaring itu. Alarm, benda tidak tahu diri itu seakan berteriak untuk minta dimatikan. Ren bangun dan duduk sebentar, ia mengusapkan matanya dan segera mematikan benda menjengkelkan itu. Kemudian, ia berjalan keluar dari kamarnya. Ia menuruni tangga dan menuju ke dapur. Tenggorokannya kering, ia mengambil sebotol air mineral dari kulkas dan meneguknya. "Ting tong" suara bel pintu rumahnya berbunyi. Ren melihat jam dindingnya sekilas, pukul 06:30. Siapa yang datang pagi-pagi begini? Ren berjalan ke arah pintu dan melihat melalui layar interkom di samping pintu tersebut. Oh, lagi-lagi wanita itu. Ren membuka pintu, "Selamat pagi Ren", teriak Miyuki dan memeluk Ren. Ren melepaskan pelukan itu, ia memandang Miyuki dari ujung rambut sampai ujung kaki. Miyuki memakai seragam hotel, tapi tampaknya jas dan roknya nampak ketat, sehingga bentuk tubuhnya nampak jelas. Ren benci melihat wanita yang suka berpakaian seperti itu. Ia memalingkan wajah dari Miyuki. "Ren, hari ini kita berangkat sama-sama ya", ajak Miyuki. Ren tidak menjawab. "Oh ya, Ren. Aku bawakan nasi kari untukmu. Ini buatanku sendiri", kata Miyuki sambil tersenyum lebar. "Kau harus makan", gumam Miyuki. "Aku tidak berselera. Apa kau menaruh racun di nasi itu?", tanya Ren. "Astaga, tentu saja tidak. Kalau adapun, aku akan menaruh racun cinta", gurau Miyuki. Wajah Ren berkerut sebal. Ia tidak menjawab dan pergi menuju lantai atas untuk bersiap-siap mandi. Beberapa menit kemudian, Ren turun dan menuju ke dapur. Ia memakai kemeja berwarna merah tua bercorak garis-garis biru tua dan dasi polos berwarna hitam serta celana panjang hitam. Miyuki terpesona melihat Ren, "Astaga! Ren! Kau tampan sekali", gumam Miyuki. Ren tidak menjawab. Ia membuka tutup kotak nasi kare itu dan mencobanya sedikit. "Asin", gumam Ren dan mengelap mulutnya dengan tisu. Miyuki mengerutkan kening, "Apa? Asin?", tanya Miyuki. Raut wajahnya kelihatan sedih. "Cepatlah bersiap", bentak Ren membuyarkan lamunan Miyuki. Miyuki tersentak, "Oh, baiklah", Miyuki bergegas mengambil tasnya di sofa dan beranjak keluar. Ren menghidupkan mobilnya, kemudian Miyuki beranjak masuk. "Ah, rasanya nyaman jika berdua denganmu", gumam Miyuki sambil tersenyum. "Diamlah", ketus Ren.

***

"Aku pergi dulu. Sampai jumpa", ucap SeNa pada Eun Soo. "Hati-hati di jalan".
SeNa bergegas menuju ke halte bus dan menunggu sampai bus datang. Ketika bus datang, SeNa masuk dan menuju ke L Hotel. Ia sampai di dekat gedung, tinggal menyebrang dan ia akan sampai. SeNa menyebrang, tiba-tiba sebuah mobil hitam mendadak rem didepannya, SeNa kaget dan cepat-cepat menutup wajahnya dengan tangannya. "Astaga Ren, hati-hati", cetus Miyuki. "Hati-hati? Jelas-jelas gadis itu yang menyebrang tiba-tiba!", jawab Ren kesal. Miyuki tidak memberi komentar. Sesaat Ren tidak bisa melihat wajah gadis itu karena dia menutupi wajahnya dengan tangannya. Pelan-pelan gadis itu menurunkan tangannya. "Gadis itu", gumam Ren. "Kenapa?", tanya Miyuki. Ren tidak menjawab. SeNa segera menyebrang lagi. "Ren! Ayo jalan", ucap Miyuki membuyarkan lamunan Ren.

***

SeNa tiba di hotel. Ia lelah karena dari tadi berlari menuju hotel. Ia menarik nafas dan menghembuskannya, ia hampir saja tertabrak mobil tadi, mungkin tadi dia kurang berhati-hati . "Oh SeNa, kau kenapa?", tanya Raika dan berlari menuju ke SeNa. "Tidak apa-apa. Aku hanya kelelahan", jawab SeNa. "Oh, baiklah. Ayo kita naik", ajak Raika.
Ren tiba dikantor dan menyampirkan jasnya. Ia pergi ke kaca jendela besar dan memandangi suasana kota Tokyo. Beberapa menit kemudian, ia duduk di kursi kantornya dan memikirkan kejadian tadi, ia hampir menabrak seorang gadis. Aneh, kenapa setiap kali melihat gadis itu, selalu ada perasaan janggal di benaknya. Ia ingin tahu apa itu. Kata hatinya berkata ia pernah bertemu dengan gadis itu dan ia juga yakin. Ren adalah orang yang tidak tahan dengan rasa janggal, dan ia juga akan berusaha mencari tahu apa yang membuatnya merasa janggal.

***

"Hei, boleh aku tanya sesuatu?", tanya Raika. "Hm? Apa?", jawab SeNa.
"Apa kau sudah tahu nama CEO kita?"
SeNa diam sejenak. Benar juga, dia tidak pernah tahu nama CEO tersebut.
"Tidak. Memang siapa namanya?"
"Ren Shibasaki"
"Oh, begitu"
"Ada seorang wanita yang selalu mendampinginya", gumam Raika.
"Siapa?"
"Miyuki Watanabe"
"Siapa dia?"
"Sekretaris, dia sangat dekat dengan Tuan Ren. Dan sepertinya dia juga menyukai Tuan Ren"
SeNa diam sejenak, "Lalu apa Tuan Ren juga menyukainya?"
"Kurasa tidak"
"Kenapa?"
"Tuan Ren tidak pernah tertarik pada wanita manapun. Itu sudah menjadi rumor"
SeNa mengangguk-ngangguk. "Sudahlah, tidak usah dibahas lagi", ucap Raika sambil tersenyum.

***

SeNa membereskan barang-barangnya dan berjalan keluar dari Hotel. Ia melihat jam di jam tangannya sebentar. Pukul 21:05, Eun Soo pasti sudah pulang dan menanti dia pulang. Ia harus cepat, karena ia sudah menguap tiga kali dalam sepuluh menit. Ia segera bergegas keluar dari hotel. Setelah keluar dari hotel, ia menuju halte bus dan menunggu bus datang. Sambil menunggu, ia memasang earphone di ponselnya, membuka musik, dan mendengarnya. Entah kenapa, musik selalu bisa menenangkan jiwa manusia. Beberapa menit kemudian, ia melihat bus datang. Ia segera berdiri dan masuk ke dalam bus.

***

Pukul 20:55, Ren duduk di kursi kantornya. Ia mengusapkan wajahnya dan bersandar di kursi. Ia merasa lelah dan juga ngantuk. Ia segera bangkit berdiri, memakai jasnya dan berjalan keluar dari kantor. Setelah itu, ia menuju parkiran mobil di basement, menghidupkan mobilnya dan masuk kedalam mobil. Ia diam sejenak dan melaju keluar dari basement, kemudian sekilas ia melihat seorang gadis keluar dari hotel. Ia memperhatikan baik-baik. Oh, Yoon Se Na. Gadis itu berjalan menyebrangi jalan raya dan berhenti di halte. Sepertinya sedang menunggu bus. Ren langsung mengendarai mobilnya mengikuti gadis itu. Ia harus cari tahu, perasaan janggal selalu menghantuinya. Ia ingin tahu siapa gadis itu. Ren menghentikan mobilnya di dekat halte bus. Sepertinya gadis itu tidak menyadari kalau mobil itu berhenti dekat halte bus. Ren melihat gadis itu memasang sesuatu di ponselnya. Seperti earphone, lalu gadis itu memasang earphone tersebut di telinganya. Beberapa menit kemudian, bus datang dan gadis itu beranjak masuk ke dalam bus. Ren mengikuti bus tersebut. Bus itu berhenti di dekat halte Jalan Hiruko. Ia melihat gadis itu keluar dari bus dan berjalan masuk ke gang Jalan Hiruko. Ren turun dari mobil dan mengikuti dari belakang gadis itu. Gadis itu tidak menyadari kalau ada yang mengikutinya. Ren melihat gadis itu berdiri di depan pintu rumah. Sepertinya itu rumahnya. Gadis itu mengetuk pintu. Tiba-tiba seorang gadis sebaya SeNa membuka pintu itu. Sebentar, kalau tidak salah ia gadis yang di mall itu bukan? Ren berpikir sejenak. Tidak salah lagi, berarti Ren memang sudah pernah bertemu SeNa di mall. Ya, Ren yakin dengan itu. Ia melihat SeNa masuk ke dalam rumah. Ren menghembuskan nafas panjang. Ia melihat jam tangannya sebentar. Sudah pukul 21:45. Ren kembali ke mobilnya, dan pulang.

***

She's So AdorableWhere stories live. Discover now