Eight

151 10 0
                                    

Jendela disana sudah terang. Apa sudah pagi? Kenapa cepat sekali? SeNa membuka matanya perlahan-lahan. Ia bangun dari tempat tidurnya dan menguap sebentar, kemudian bangkit berdiri dan berjalan terseok-seok ke toilet. Ia berdiri didepan cermin dan wastafel. Astaga! Rambutnya kacau, wajahnya kusam dan matanya bengkak. Ini pasti gara-gara lembur semalam, pikir SeNa dalam hati. Tiba-tiba kejadian semalam terlintas dibenaknya, ia menggigit jarinya. Astaga, semalam ia gugup sekali karena ini adalah pertama kalinya ia pulang bersama seorang pria apalagi ia tidak begitu kenal dekat dengan pria tersebut. "Sudahlah, lupakan saja", gumam SeNa pada dirinya sendiri. Kemudian ia menyikat giginya dan mandi. "Anak itu lama sekali", gumam Eun Soo. Ia sedang duduk di ruang tamu dan sarapan. Beberapa menit kemudian, SeNa keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang tamu "Selamat pagi", sapa SeNa. "Selamat pagi", sapa Eun Soo balik. SeNa duduk, mengambil roti dan mengoleskannya. "Semalam kenapa kau pulang lama?", tanya Eun Soo memulai percakapan. "Semalam ada banyak tugas yang harus aku kerjakan, jadi aku pulang agak lama", jawab SeNa. "Oh, begitu", gumam Eun Soo. "Eun Soo", panggil SeNa.
"Hm?"
"Semalam aku pulang diantar oleh seorang pria"
"Apa?!", Eun Soo memekik.
"Ehm, maksudku pria itu adalah CEO Hotel itu"
"Pria tampan itu?", tanya Eun Soo. SeNa mengangguk.
"Astaga SeNa! Kau beruntung sekali. Kalau aku jadi kau, aku pasti tidak akan bisa tidur malam itu" SeNa mengerutkan kening melihat tingkah temannya. "Oh ya, siapa nama pria tampan itu?", tanya Eun Soo. "Ren. Ren Shibasaki", jawab SeNa.
"Wah! Dari namanya saja sudah bisa ditebak kalau pria itu tampan", ujar Eun Soo. Matanya tampak berbinar-binar. SeNa meneguk tehnya dan beranjak berdiri "Baiklah. Aku pergi dulu ya. Sampai jumpa", sapa SeNa dan berjalan keluar rumah.

***

Ren sedang memandangi suasana kota Tokyo. Ia menghela nafas dan memejamkan matanya. "Ren", panggil Miyuki. Ren tidak sadar Miyuki sudah masuk kedalam kantornya. "Tadi aku coba mengetuk pintu kantormu tetapi tidak ada jawaban, dan ternyata kau hanya berdiri diam disitu", ujar Miyuki. Ren tidak memberi komentar dan berjalan ke kursi kantornya. "Ren, aku sedang berbicara padamu", ucap Miyuki. Ren memandang Miyuki "Apa?", tanya Ren membuka suara. "Ah sudahlah, lupakan saja", jawab Miyuki putus asa. Ren bertopang dagu dan memejamkan mata. "Ya sudah. Aku kembali ke kantorku. Sampai jumpa", sapa Miyuki sambil berjalan keluar dari kantor Ren. Ren membuka matanya, menghela nafas dan bersandar pada kursinya.

***

"Sekarang jam makan siang. Kau mau makan dimana?", tanya Raika sambil membereskan barang-barangnya. "Terserahmu", jawab SeNa sambil menatap layar komputer. "Bagaimana kalau di cafe saja? Ada cafe terdekat disekitar Hotel", gumam Raika. "Baiklah. Ayo", jawab SeNa. Mereka berdua berjalan menuju lift dan turun ke lantai bawah. Ketika sudah berada diluar Hotel. Mereka berjalan ke cafe yang Raika maksud. Setelah sampai di cafe, mereka masuk kedalam dan duduk. Seorang pelayan datang menanyakan pesanan. Mereka memesan dua cangkir kopi panas, kemudian pelayan itu pergi. "Hei, aku sudah bertemu dengan Miyuki Wanabe", gumam SeNa. "Benarkah?", tanya Raika. SeNa mengangguk. "Bagaimana menurutmu?", tanya Raika. SeNa diam sejenak, "Hmm, menurutku dia wanita yang cantik. Tubuhnya berbentuk, padat, dan sexy", ujar SeNa. "Menurutku juga begitu", gumam Raika. "Tapi kenapa Tuan Ren tidak menyukainya?", tanya SeNa tiba-tiba. "Entahlah. Mungkin nona Miyuki bukan tipe Tuan Ren", ujar Raika. SeNa hanya mengangguk tak acuh. "Tapi aku merasa kasihan pada karyawan-karyawan Hotel kita", gumam Raika. "Kenapa?", tanya SeNa. "Tidak ada wanita yang bisa mendekati Tuan Ren karena nona Miyuki", ujar Raika. "Memangnya kau mau mendekati Tuan Ren?", tanya SeNa sambil tersenyum lebar. "Tentu saja", keluh Raika. SeNa menghela nafas dan bersandar pada kursinya. Tiba-tiba pelayan tadi datang membawa pesanan mereka. SeNa mengaduk-ngaduk kopinya. "Hei SeNa. Coba kau lihat", ucap Raika sambil menunjuk meja disebrang. SeNa menoleh ke arah yang ditunjuk Raika. Ren dan Miyuki sedang duduk disebrang sana, ternyata mereka berdua berada di cafe yang sama dengan SeNa dan Raika. "Wah, ternyata mereka ada disini juga", gumam Raika. SeNa hanya tersenyum kecil. "Hari ini Tuan Ren sangat tampan", gumam Raika sambil tersenyum senang. Matanya tampak berbinar-binar. SeNa menoleh memandangi Ren. Sepertinya Raika memang benar, Ren memang sangat tampan. SeNa berpaling wajah dari Ren dan meneguk kopinya. Beberapa saat kemudian, mereka berdua keluar dari cafe dan berjalan menuju gedung Hotel.

***

"Ren, kau mau makan dimana?", tanya Miyuki pada Ren. Ren tidak menjawab karena sibuk pada layar komputernya. "Bagaimana kalau kita ke cafe saja? Disekitar sini ada cafe", tanya Miyuki lagi. Ren hanya mengangguk tak acuh. "Ayolah, kita pergi", ucap Miyuki sambil menarik lengan Ren. "Aku bisa jalan sendiri", cetus Ren. Beberapa menit kemudian, mereka sudah turun ke lantai bawah Hotel dan berjalan menuju cafe. Setelah sampai di cafe, mereka masuk kedalam dan mengambil tempat didekat jendela. Seorang pelayan datang dan menanyakan pesanan pada mereka berdua. "Cappuccino 2", ucap Miyuki pada pelayan itu dan pelayan itu pergi. "Entah kenapa aku selalu nyaman jika sedang bersamamu Ren", gumam Miyuki sambil tersenyum lebar. Ren tidak memberi komentar, ia menghela nafas dan bersandar pada kursi. "Ren, orang tuamu masih di London?", tanya Miyuki tiba-tiba. Ren mengangguk. "Aku ingin sekali bertemu dengan mereka. Pasti mereka masih sibuk bekerja disana. Sebagai calon menantu mereka, aku harus bisa menjaga calon suamiku ini", gurau Miyuki. Perkataan Miyuki tadi membuat Ren jengkel. "Tidak bisakah kau diam sebentar? Kau sangat menjengkelkan", cetus Ren. Miyuki terdiam. Tiba-tiba pelayan tadi datang dan membawa pesanan mereka, meletakkannya dan pergi. Ren menghembuskan nafas panjang. Pandangan Ren menoleh kesana-sini. Ketika ia memandang meja disebrang sana, tatapannya berhenti. Gadis itu, bukankah gadis itu SeNa? Ia melihat SeNa sedang membereskan barang-barangnya di meja dan beranjak pergi dari cafe. Ia tidak sendiri, ia bersama seorang temannya. Sebentar, gadis yang satu lagi itu Raika Kojima bukan? Ya, ternyata memang benar, SeNa dan Raika sedang di cafe dan sekarang mereka berjalan keluar dari cafe. Ketika melihat SeNa tadi, kejadian semalam terlintas di benaknya. Ren berpaling muka dan meneguk cappuccino.

***

"Kau belum pulang? Sekarang sudah jam setengah sembilan", tanya Raika sambil membereskan barang-barangnya. "Belum, aku masih punya banyak pekerjaan", jawab SeNa sambil tersenyum pada Raika. Raika menghembuskan nafas "Ya sudah. Kalau begitu, aku pulang dulu ya. Sampai jumpa", sapa Raika sambil melambaikan tangan. SeNa mengusapkan wajahnya, "Aigoo, masih banyak yang belum selesai", gumam SeNa pada dirinya sendiri. Sekilas, ia melihat jam dinding "Eun Soo pasti sudah pulang", gumam SeNa lagi. Beberapa menit kemudian, SeNa membereskan barang-barangnya, dan beranjak pergi menuju ruangan locker. Sambil berjalan, ia mengeluarkan ponselnya dari dalam saku rompinya, dan menelepon Eun Soo. "Halo Eun Soo.. kau di rumah?.. sebentar lagi aku akan pulang.. Ya, baiklah. Sampai jumpa", kemudian SeNa mematikan ponselnya. Ia sedang berjalan di koridor. Sekilas, ia melihat seorang pria jangkung sedang berdiri didepan lift, bukankah itu Tuan Ren? Ya, benar. Itu Tuan Ren, SeNa terus berjalan menuju lift. "Selamat malam", sapa SeNa ketika sampai di depan lift. Ren hanya mengangguk. Hening sesaat, rasanya canggung sekali, ia harus memulai percakapan, pikir SeNa dalam hati. Tapi ia sendiri tidak tahu harus bicara apa. "Ting", pintu lift terbuka otomatis, Ren berjalan masuk kedalam lift, sedangkan SeNa masih berdiri diam melongo disitu, "Hei. Kau mau masuk atau tidak?", tanya Ren membuyar lamunan SeNa. "Ehm, i-iya", jawab SeNa lalu masuk kedalam lift. Pintu lift tertutup, Ren menekan tombol lantai bawah Hotel. Hening sekali, SeNa mencoba memulai percakapan. "Ehm, Terima kasih sudah mengantar saya semalam", ucap SeNa kaku. Ren menoleh memandanginya "Ya", jawab Ren singkat. Hening lagi, ia harus bicara apa lagi, pikir SeNa dalam hati. Astaga! Ini benar-benar tidak menyenangkan. "Ting", pintu lift terbuka. Ren langsung berjalan keluar dari lift. "Cih! Dingin sekali", gumam SeNa sinis. SeNa kembali menekan tombol lantai 5 dimana ruangan locker berada. Ia menguap sebentar, dan melihat jam tangannya. "Sudah jam 21:00", gumam SeNa. Ia sudah merasa ngantuk dan ia hanya ingin cepat pulang ke rumah. Setelah keluar dari ruangan tersebut. SeNa bergegas keluar dari gedung hotel, menyebrang jalan raya dan berjalan ke halte bus. Seperti biasa, ia mengeluarkan earphone dari dalam tasnya dan mendengarkan musik.

***

She's So AdorableWhere stories live. Discover now