Twelve

108 6 0
                                    

SeNa berjalan dengan pelan menuju kantor Ren. Ia mengetuk pintu itu 3 kali. Setelah mendengar suara rendah yang berkata "Masuk", ia meraih kenop pintu dan membukanya. "Ini", gumam SeNa sambil meletakkan sebuah kantong plastik yang berisi kotak makanan ke meja Ren. "Kenapa kau tidak makan di restoran hotel? Malah membeli makanan di luar?", tanya SeNa sambil mengerutkan kening. "Kenapa kau sibuk dengan hal itu?", gerutu Ren. Namun SeNa hanya mendengus. Ren meraih kotak makanan itu kemudian membukanya "Apa ini?", tanya Ren dengan suara bernada tinggi. "Itu bibimbap*", jawab SeNa pelan.
Ren mengangkat sebelah alisnya "Bibimbap?"
SeNa mengangguk kemudian berkata "Itu makanan khas Korea. Tadi aku lihat ada restoran Korea di seberang hotel, jadi aku ke sana. Aku juga tidak tahu apa makanan kesukaanmu. Dan kau juga bilang 'apa saja'", celoteh SeNa.
"Kau pikir aku vegetarian? Ini hanya nasi, telur dan sayuran", kata Ren dengan nada tajam. "Sudah kubilang aku tidak tahu apa makanan kesukaanmu. Coba saja dulu. Kau tidak akan menyesal setelah mencobanya", ucap SeNa.
Ren mengambil sumpitnya dan menjepit salah satu sayuran di kotak makanan itu, ia mengangkat wajah dan menatap SeNa "Aku tidak bisa makan kalau kau tetap berdiri di situ"
SeNa mengerjapkan mata dan berkata "Oh. Baiklah, aku akan keluar sekarang"
Ren memandang punggung gadis itu hingga gadis itu menghilang. Ia memalingkan wajah dan kembali menatap sayur di sumpitnya. Ia ragu sejenak, akhirnya ia memasukkan sayur itu ke dalam mulutnya. Harus ia akui, ternyata ini enak.
SeNa keluar dari ruang lokernya dan beranjak ke lantai bawah. Ia melirik jam tangannya sekilas, sudah hampir pukul 9 malam. Tiba-tiba ponsel di tasnya berdering. Ia segera meraih ponselnya dan memandang layar ponselnya. Nomor siapa ini? Pikir SeNa dalam hati. Ia segera menjawab "Halo?"
"Aku benar-benar menyesal setelah mencobanya", gerutu orang di ujung sana. SeNa mengerutkan kening. Suara laki-laki? Pikir SeNa. Oh, jangan-jangan "Oi. Ini aku, Ren"
"Oh, kenapa?"
"Ini sama sekali tidak enak", gerutu Ren di ponselnya.
"Benarkah? Kalau begitu maaf"
Laki-laki itu memutuskan komunikasi.
SeNa memandang ponselnya sebentar dan mendengus "Cih! Katanya 'apa saja'" kemudian memasukkan ponselnya lagi ke dalam tas.

***

Setelah menghabiskan makanannya. Ren mencoba untuk menghubungi gadis itu. Ia mengambil ponsel dari balik jasnya. Tiba-tiba ia teringat bahwa ia tidak pernah punya nomor ponsel gadis itu. Bagaimana menghubunginya? Pikir Ren. Setelah teringat sesuatu, ia beranjak mengambil map yang berisi dokumen-dokumen karyawan. Lalu membuka lembaran-lembaran halaman. Setelah menemukan identitas Yoon Se Na, ia mencari-cari nomor ponsel gadis itu. Ia mengambil ponselnya yang di meja dan mengetik nomor ponsel gadis itu lalu menempelkan ponsel di telinganya. Sambil menunggu hubungan tersambung, ia mengambil map yang tadi diambilnya lalu menyimpannya di rak map. "Halo?", terdengar suara gadis itu di ujung sana. "Aku benar-benar menyesal setelah mencobanya", Ren berbohong. Gadis itu diam sejenak, sepertinya sedang bingung. Ren mendesah "Oi. Ini aku, Ren"
"Oh, kenapa?", tanya gadis itu.
"Ini sama sekali tidak enak", Ren berbohong lagi.
"Benarkah? Kalau begitu maaf", ucap gadis itu lagi. Ren tersenyum kecil, tanpa menjawab gadis itu. Ia memutuskan hubungan kemudian memasukkan ponsel ke balik jasnya.

***

"Aku sudah di bandara sekarang", Tae Hyun memindahkan ponselnya dari telinga kiri ke telinga kanan. "Ya, Hyung* akan segera menjemputku kan? Supirku hari ini tidak bisa datang"
"Baiklah, terima kasih" Tae Hyun memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku mantelnya. Ia berjalan menuju pintu utama bandara sambil menarik kopernya dan berhenti di depan pintu. Ia melirik jam tangannya sekilas. Hari sudah semakin siang. Beberapa menit kemudian, sebuah mobil sedan berwarna silver berhenti di depan pintu bandara. Tae Hyun segera berjalan mendekati mobil itu. Jendela kaca depan mobil di turunkan "Hai Hyung", sapa Tae Hyun sambil tersenyum lebar. "Wah, kau sama sekali tidak berubah setelah kembali dari Amerika", kata Saeki riang. Tae Hyun tertawa kemudian bertanya "Oh ya? Hyung, sebenarnya setelah kembali dari New York, aku mampir ke Seoul"
Saeki mengangguk kemudian berkata "Oh begitu? Masuklah dulu"
Tae Hyun berjalan masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi penumpang di samping Saeki.
Kang Tae Hyun, seorang pria yang berasal dari Korea Selatan. Umur 26 tahun, ia seorang CMO ( Chief Marketing Officer ) yang mengurus pemasaran di L Hotel, bawahan Ren. "Jadi bagaimana hari-harimu di Amerika?", tanya Saeki sambil memegang roda kemudi. "Biasa saja", jawab Tae Hyun. "Benarkah? Kau mendapat wanita di sana?", gurau Saeki.
Tae Hyun tertawa kemudian berkata "Tidak, tidak ada yang menarik. Hyung sama sekali tidak berubah"
"Apanya yang tidak berubah?", gurau Saeki lagi.
"Hyung selalu membicarakan soal wanita", kata Tae Hyun sambil tertawa kecil.
Meskipun mereka berdua sama-sama bisa berbahasa Korea, mereka lebih sering berbicara dalam bahasa Jepang. Tae Hyun sangat suka memanggil Saeki dengan panggilan 'Hyung' tetapi tidak untuk Ren. Ia lebih suka memanggil Ren dengan panggilan 'Senpai*'.
"Hei, wajar saja aku berbicara soal wanita", ucap Saeki.
"Hyung tentu tidak ingin dikira playboy kan?", tanya Tae Hyun sambil tertawa kecil.
"Jujur saja, aku sudah dianggap playboy dengan kebanyakan wanita", gurau Saeki.
Tae Hyun hanya tertawa.
"Ngomong-ngomong, soal wanita, aku bertemu dengan seorang gadis di sini", ucap Saeki.
"Oh ya? Cantik?", tanya Tae Hyun.
Saeki mengangguk "Manis juga. Dia orang Korea dan dia juga bekerja di hotel Ren. Kau pasti akan bertemu dengannya"
"Hyung beruntung. Dia juga tertarik dengan Hyung?", tanya Tae Hyun.
"Entahlah", jawab Saeki sambil mengangkat bahu lalu melanjutkan "Sekarang kau mau kemana?"
"Aku mau pulang dulu. Hyung, ngomong-ngomong bagaimana kabar Ren?", tanya Tae Hyun tiba-tiba.
"Baik-baik saja. Tapi masih tetap dingin", gerutu Saeki. Tae Hyun tertawa.

She's So AdorableWhere stories live. Discover now