Ponselnya yang tergeletak di meja sudah berbunyi entah ke berapa kalinya. Ren segera berjalan menuju meja kantornya dan mengambil ponselnya. "Ya?", jawab Ren. "Hei! Kau dimana?", tanya suara pria disebrang sana. "Di kantor", jawab Ren sambil merapikan map-mapnya di meja. "Kau sibuk?", tanya pria disebrang. "Tidak juga", jawab Ren. Pria disana tertawa "Kalau begitu, temui aku di cafe di dekat hotelmu. Aku tutup dulu", ucap pria itu. Ren mematikan ponselnya. Setelah ia selesai merapikan barang-barangnya, ia segera mengambil jasnya yang disampirkan di kursi dan beranjak keluar dari kantor. Beberapa menit kemudian, ia sampai di cafe dan masuk kedalam. Ia mencari-cari sosok pria yang berbicara padanya tadi. Sekilas, ia melihat ada seorang pria yang duduk tidak jauh dari pintu masuk cafe sedang melambaikan tangan padanya dan ia berjalan menuju meja yang ditempati pria tersebut. "Hei! Sudah lama", sapa pria itu sambil tersenyum lebar. Saeki Kogami, pria yang satu tahun lebih tua dari Ren. "Sedang apa kau disini?", tanya Ren beranjak duduk di kursi. "Aku baru saja kembali dari Seoul", jawab Saeki. Ren tidak memberi komentar dan bersandar pada kursi. Saeki mengayunkan tangannya tanda menyuruh pelayan datang. Seorang pelayan datang ke meja mereka dan menanyakan pesanan. "Kopi 2", ucap Saeki pada pelayan tersebut dan pelayan itu pergi. "Dimana Miyuki? Aku juga ingin bertemu dengannya", tanya Saeki membuka suara. Ren mengangkat bahu "Mana aku tahu", jawab Ren tak acuh. "Wah! Kau masih saja dingin", gumam Saeki. Ren tetap diam tak bersuara. "Ngomong-ngomong, apa Kang Tae Hyun belum kembali dari Amerika?", tanya Saeki. "Entahlah", jawab Ren. Beberapa menit kemudian, pelayan tadi datang dan meletakkan dua cangkir kopi di meja lalu beranjak pergi. Ren meneguk kopinya perlahan. "Kau tahu, tidak sia-sia aku datang ke Seoul", gumam Saeki tersenyum lebar. Ren memandang Saeki, menunggu Saeki menjelaskan maksud katanya. "Gadis-gadis di Seoul tidak kalah cantiknya dengan gadis-gadis Tokyo", ujar Saeki. Ren tidak menjawab dan memandang sekelilingnya. Tatapannya berhenti pada meja yang tidak jauh dari meja mereka. Gadis itu lagi. Ren melihat gadis itu sedang duduk bertopang dagu sambil membaca buku, mungkin majalah atau novel. Rambut gadis itu dikucir, ia memakai sweater bercorak garis hitam putih lengan panjang dan celana panjang jeans hitam. "SeNa", tanpa disadari Ren telah menyuarakan pikirannya. "SeNa?", tanya Saeki bingung sambil melihat kearah yang dilihat Ren. "Astaga! Siapa gadis itu? Dia manis sekali", Saeki memekik. Ren menoleh dan mendapati Saeki sedang terpesona melihat SeNa. "Gadis itu masih magang sebagai karyawan" jawab Ren dan meneguk kopinya. "Di hotelmu?", tanya Saeki. Ren mengangguk tak acuh. "Dia tidak mirip gadis Jepang", gumam Saeki. "Memang tidak", jawab Ren. "Jadi? Gadis Korea?", desak Saeki. Ren mengangguk. Ren kembali melihat kearah gadis itu. Gadis itu sedang membereskan barang-barangnya di meja, sepertinya gadis itu akan segera pergi. "Oh tidak, dia akan keluar", gumam Saeki sambil beranjak berdiri. "Hei. Kau mau kemana?", tanya Ren. "Aku akan coba mengejar gadis itu", ucap Saeki lalu pergi keluar dari cafe. "Cih!", gumam Ren sinis. Ren membayar bill cafe dan segera keluar mengejar Saeki. Saeki berlari terengah-engah menuju gadis itu dan sengaja menyenggol pundak gadis itu sehingga barang-barang gadis itu terjatuh. Dengan kesempatan ini, Saeki membantu membereskan barang-barang gadis itu yang berjatuhan. "Mianhaeyo*", ucap Saeki. Gadis itu menoleh melihat Saeki "Gwaenchanha*", jawab gadis itu. Dari belakang, Ren melihat aksi temannya itu dan menggeleng kepala. Ren berjalan menyusuri mereka berdua. Gadis itu melihat Ren, "Ohayo*, Tuan Ren", sapa gadis itu sambil membungkukkan badan. Ren hanya mengangguk. "Kau bisa berbahasa Jepang?", tanya Saeki. "Bisa", jawab gadis itu singkat. Saeki melihat Ren sedang berdiri disampingnya sambil melipat tangan di dada. "Dia bosmu bukan?", tanya Saeki sambil menunjuk Ren. Gadis itu mengangguk. "Kau sangat cantik dan manis", ucap Saeki tersenyum lebar. "Terima kasih", jawab gadis itu. "Ngomong-ngomong, siapa namamu?", tanya Saeki. "Yoon Se Na", jawab gadis itu. "Nama yang indah. Aku Saeki Kogami", sapa Saeki sambil tersenyum. Gadis itu hanya tersenyum singkat. Saeki melihat jam yang ada ditangannya "Oh. Aku tidak bisa lama-lama lagi. Aku harus pergi ke suatu tempat. Aku pergi dulu. Sampai jumpa", sapa Saeki sambil melambaikan tangan pada mereka berdua. "Maaf atas tingkah temanku tadi", ucap Ren pada SeNa. "Oh, tidak apa-apa", jawab gadis itu. Ren melihat SeNa dari ujung rambut sampai ujung kaki. Gadis bertubuh kecil, memakai tas, dan tangan menjinjing 2 kantong plastik besar. "Apa itu?", tanya Ren sambil menunjuk kantong plastik itu. "Oh. Tadi saya pergi berbelanja", jawab SeNa. "Hari ini kau liburkan?", tanya Ren. SeNa mengangguk. "Lalu?", tanya Ren lagi. SeNa menatap Ren bingung. "Lalu sekarang kau mau kemana?", ujar Ren. "Oh. Ehm, sekarang saya akan pulang", ucap SeNa. Kelihatannya gadis itu akan susah jika pulang sambil membawa 2 kantong plastik itu, pikir Ren dalam hati. Tiba-tiba, Ren mengambil 1 kantong plastik besar dari tangan SeNa "Ikut aku", gumam Ren. Ikut kemana? Jangan-jangan Ren akan mengantarnya pulang, pikir SeNa. Kemudian, SeNa mengikuti Ren dari belakang.
***
Mereka berjalan menuju parkiran mobil. Sepertinya dugaan SeNa benar, Ren akan mengantarnya pulang. "Ehm, Tuan tidak perlu repot-repot. Saya bisa pulang sendiri", ucap SeNa. Ren diam sejenak "Masuk saja", ujar Ren. Kemudian, mereka berdua masuk kedalam mobil dan memakai sabuk pengaman. Selama di perjalanan, mereka tak banyak bicara. Tiba-tiba ponsel yang terletak di samping Ren berbunyi. SeNa tersentak dan melihat layar ponsel milik Ren. Di layar itu, tertera nama 'Miyuki'. Ren tidak mengangkatnya dan sibuk pada jalanan di depannya. SeNa juga tidak berani berbicara karena jika di lihat tampang Ren sangat serius. Mobil mereka berhenti karena lampu merah, Ren mengambil ponselnya kemudian mematikan ponsel tersebut. Tanda lampu hijau, dan mobil mereka berjalan halus. Beberapa menit kemudian, mereka tiba di gang Jalan Hiruko "Kita sampai", gumam Ren. "Oh. I-iya", ucap SeNa. Ren melepas sabuk pengamannya begitu juga dengan SeNa. Mereka berdua turun dari mobil, Ren mengambil 1 kantong plastik itu dan SeNa mengambil yang satunya lagi. SeNa melihat Ren berjalan masuk kedalam gang. "Hei, dimana rumahmu?", tanya Ren pura-pura tidak tahu. Kemudian SeNa berjalan di depan Ren. Mereka sampai di depan rumah SeNa "Kau tinggal sendiri?", tanya Ren. "Ehm, tidak. Saya tinggal bersama seorang teman, tapi dia sedang bekerja jadi tidak ada di rumah", jawab SeNa. Ren mengangguk-ngangguk. "Terima kasih sudah mengantar saya kedua kalinya", ucap SeNa sambil tersenyum lebar. Ren terdiam, kenapa matanya tidak berhenti menatap SeNa, pikir Ren dalam hati. Melihat senyum gadis itu, matanya tidak bisa melihat kearah lain. Pandangannya tertuju pada SeNa. O-oh, apa yang terjadi padanya? Ren mengedipkan kedua matanya sekali "Ya sudah. Aku harus pergi", gumam Ren dan beranjak pergi. SeNa masuk kedalam rumah, menutup pintu dan menghembuskan nafas panjang. Hari ini ia lelah sekali, SeNa mengusap wajahnya dan berjalan ke dapur sambil membawa 2 kantong plastik besar.
***
Ren masuk ke dalam mobil, menyalakan mobilnya dan duduk tertegun. Apa yang terjadi padanya? Kenapa ia bisa merasa seperti itu? Jantungnya berdegup kencang saat melihat SeNa tersenyum. Bisa dibilang, ia sedikit terpesona. Tapi kenapa jadi begini? Sebelumnya ia tidak pernah merasakan hal seperti itu. Ren menggeleng dan menghembuskan nafas panjang. Ia memutar balik mobilnya dan melaju menuju hotel. Beberapa menit kemudian, ia sampai di gedung hotel. Ia mengunci mobilnya dan berjalan masuk ke dalam gedung. Ren masuk ke dalam lift dan menekan tombol lantai teratas. Sesaat, ia masuk ke dalam kantornya dan menghempaskan dirinya ke kursi kantor. "Kenapa kau tidak menjawab teleponku?", cetus Miyuki. Ren tersentak dan melihat Miyuki sedang duduk menyilangkan kaki di sofa yang tidak jauh dari mejanya. "Sejak kapan kau masuk ke dalam sini?", tanya Ren heran. "Aku sudah menunggumu berjam-jam disini. Aku coba meneleponmu tapi kau sama sekali tidak menjawab", bentak Miyuki. Ren teringat tadi sewaktu ia mengantar SeNa pulang, ponselnya memang berbunyi dan ia sengaja tidak mengangkatnya. "Jadi, tadi kau ada dimana?", tanya Miyuki. "Memangnya kau harus tahu?", tanya Ren. "Tentu saja aku harus tahu", jawab Miyuki. Ren tidak memberi komentar. "Apa kau tadi bersama wanita?", tanya Miyuki tiba-tiba. Ren menoleh memandang Miyuki "Ya", jawab Ren singkat. "Siapa?", desak Miyuki. "Bukan urusanmu", jawab Ren. Miyuki bangkit berdiri dan berjalan keluar dari kantor dengan kesal. Ren memejamkan matanya, ia memijat pelipisnya dan menghela nafas. Ia merasa lelah.
***
*Mianhaeyo : Maaf ( Dalam bahasa Korea )
*Gwaenchanha : Tidak apa-apa ( Dalam bahasa Korea )
*Ohayo : Selamat pagi ( Dalam bahasa Jepang )
YOU ARE READING
She's So Adorable
RomantizmYoon Se Na, Gadis muda asal Korea ini baru lulus dari jurusan perhotelan di Universitas Daeyoung di Seoul, Korea Selatan. Ren Shibasaki, CEO( Chief Executive Officer ) di perusahaan Hotel terkenal, L Hotel. Pria yang tampan, kaya, menarik, tetapi su...