Udara di malam hari semakin dingin. SeNa berjalan menyusuri kawasan perumahan Ren yang elite sambil merapatkan jaketnya. Sungguh, SeNa merasa sangat jengkel. Kenapa laki-laki itu menyuruhnya datang ke rumahnya pada tengah malam begini? Ia bahkan hampir tidak mendapatkan bus gara-gara sudah larut malam. Sebaiknya ia berjalan lebih cepat sebelum ia mati kedinginan di malam hari ini. Setelah tiba di depan pintu rumah Ren, SeNa agak tercengang melihat rumah Ren yang besar dan bertingkat tiga, ia berjalan ke depan pintu rumah Ren dan menekan tombol bel interkom yang tersedia di samping pintu. "Siapa?", tanya Ren di balik interkom. SeNa menghela nafas berlebihan. Memangnya laki-laki itu tidak bisa melihat siapa yang di depan pintu? Kalau begitu untuk apa laki-laki itu memasang interkom? Bodoh, pikir SeNa jengkel. Akhirnya ia menjawab "Ini SeNa"
Beberapa detik kemudian, pintu depan rumah terbuka dan seorang laki-laki jangkung berdiri di ambang pintu sambil menatapnya tajam. Laki-laki itu memakai kaos putih lengan panjang dan celana jins hitam. Rambutnya yang gelap masih acak-acakan, seperti baru keramas. SeNa mendongak memandang Ren, ia agak gugup melihat tatapan Ren yang tajam itu. Akhirnya ia memaksakan seulas senyum kecil pada laki-laki itu.
Ren memandang SeNa dari ujung rambut sampai ujung kaki. Gadis itu memakai sweater dan jaket lengan panjang serta celana panjang jins hitam, rambutnya yang hitam panjang dan lurus dibiarkan tergerai "Masuklah", kata Ren dengan suara rendah sambil menyingkir dari pintu dan membiarkan gadis itu masuk. SeNa agak ragu, namun kemudian ia menginjakkan kakinya ke dalam rumah Ren. Begitu masuk ke dalam, SeNa mengenakan sandal rumah yang tersedia. Ia berjalan ke ruang tamu dan merasa kagum, ruang tamunya luas dan terdapat berbagai perabotan mewah. "Bagus sekali", gumam SeNa sambil tersenyum lebar. "Kau mau minum apa?", tanya Ren di balik dapur. SeNa menoleh ke sumber suara dan berjalan ke dapur "Tidak perlu. Aku hanya sebentar saja disini", jawab SeNa.
Ren menyodorkan secangkir teh hangat ke arah SeNa sambil berkata "Ada yang ingin ku tanyakan", gumam Ren. SeNa menerima secangkir teh yang diberikan oleh Ren lalu mengibaskan sebelah tangannya dan bertanya "Apa kau habis minum?"
"Sedikit", jawab Ren setelah berpikir sejenak. Ren memalingkan wajah dan berjalan ke ruang tamu lalu mengempaskan diri ke sofa. SeNa mengikutinya tetapi tidak duduk pada sofa yang tersedia "Tentang apa?", tanya SeNa.
Ren diam sejenak kemudian bertanya "Tae Hyun. Kau mengenalnya?"
"Ya. Aku mengenalnya", jawab SeNa.
Ren menunjuk sofa didepannya dan bertanya "Kenapa tidak duduk?"
SeNa melebarkan matanya dan bergumam "Oh, i-iya". SeNa duduk di sofa yang berhadapan dengan Ren. Sesaat, suasana hening sejenak. Ren tidak mengeluarkan suara, dan SeNa juga tidak berani berkata-kata. Masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri. Setelah meyakinkan diri, akhirnya SeNa mengeluarkan suara "Tae Hyun Sunbae-eh, maksudku Tuan Tae Hyun. Dia adalah seniorku ketika aku masih SMA. Kami sekolah di SMA yang sama, SMA Inchang. Dulu kami cukup dekat, seperti saudara. Dia orang yang baik dan ceria. Tetapi ketika kuliah, kudengar dia tidak kuliah di Seoul. Ada yang bilang dia kuliah di Amerika dan ada yang bilang kalau dia kuliah di Tokyo. Akhirnya kami kehilangan kontak dan tidak pernah komunikasi. Tapi aku benar-benar terkejut ketika tahu bahwa dia juga bekerja di L Hotel. Dia sama sekali tidak ber-"
"Begitu?", sela Ren sambil tersenyum samar.
Gadis ini tidak bisa mengendalikan mulutnya, dia akan terus bercerita kalau memang diperlukan. Gadis yang unik, pikir Ren.
"Begitulah", gumam SeNa.
Hening lagi. SeNa mengangkat wajahnya dan menatap Ren. Laki-laki itu terus memandanginya dengan tatapan yang dingin, SeNa merasa agak gelisah dan gugup. Lalu perlahan-lahan, laki-laki itu beranjak dari sofa yang didudukinya. Ia berjalan ke arah SeNa. Ia berjalan dan terus berjalan, sampai akhirnya ia berhenti di hadapan gadis itu. Ia membungkukkan badannya, tetapi pandangannya masih tertuju pada gadis itu. Ia mencondongkan tubuh, perlahan-lahan wajahnya mendekati wajah gadis itu.
SeNa bisa merasakan wajahnya memanas, jantungnya serasa berhenti berdetak. Ia yakin wajahnya pasti merah padam. Astaga! Wajah laki-laki itu begitu dekat dengan wajahnya. Apa yang akan dilakukan laki-laki itu? Apa laki-laki itu berencana untuk menciumnya? SeNa menghilangkan pikirannya yang aneh dari otaknya. Saking gugupnya, SeNa tidak bisa bergerak dari sofanya. Laki-laki itu terus menatapnya dengan tatapan dingin lalu mendengus sinis. Sebelah tangan laki-laki itu menempel di sandaran sofa yang diduduki SeNa. Masih dengan tatapan dingin, laki-laki itu berkata dengan suara rendah "Tolong jangan duduki jasku"
SeNa tersentak dan segera menoleh ke belakang, dan benar, ia menduduki jas laki-laki itu. Secepat kilat, SeNa segera berdiri dan membuat laki-laki itu sedikit oleng karena gerakannya yang tiba-tiba. Dengan agak salah tingkah, SeNa berkata dengan terbata-bata "Ah, itu, ehm...maksudku, maaf telah menduduki jasmu. Dan...ehm, maaf telah membuatmu oleng...ehm, maksudku...maksudku membuatmu hampir...hampir terjatuh" Ah, ini memalukan sekali, pikir SeNa dalam hati. Ia yakin wajahnya pasti merah padam.
Tanpa berkomentar apa-apa, Ren memalingkan wajah dan naik ke lantai atas. SeNa menghela nafas dan berencana untuk melihat-lihat sekeliling rumah Ren.***
Apa gadis itu sudah pulang? Pikir Ren. Ia beranjak dari meja kerjanya dan turun ke lantai bawah.
Tidak ada siapa-siapa di ruang tamu. Oh, ternyata gadis itu sudah pulang. Ren baru saja akan membalikkan tubuh ketika matanya menangkap secarik memo di dekat rak buku. Ia berjalan ke rak buku tersebut, ada secarik memo dan map. Sepertinya tugas gadis itu. Ren membaca memo tersebut:
Sekarang aku akan pulang. Terima kasih atas tehnya.
Mapnya kuletakkan di rak bukumu.
Tidur yang nyenyak. Selamat malam.-SeNa
Seulas senyum tersungging di bibir Ren. Tanpa berpikir apa-apa, Ren beranjak ke kamarnya dan tidur.
"SeNa, mau ikut makan siang bersama kami?", tanya Matsumi yang sedang menunggu di koridor dengan rekan-rekannya. SeNa menoleh dan berkata "Tidak, kalian saja. Aku masih sibuk"
Matsumi mengerutkan kening dan berkata "Baiklah. Sampai nanti"
SeNa melanjutkan pelayanannya pada tamu Hotel.
"Baiklah. Semoga hari Anda menyenangkan", gumamnya sambil tersenyum lebar pada akhir pelayanan. Ia berjalan di koridor yang memiliki banyak kaca jendela besar. Ah, ia belum makan siang dan sekarang ia merasa lapar. Ia berhenti sejenak lalu berjalan ke kaca jendela besar. SeNa menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya. Matahari bersinar cerah di kota Tokyo, jalanan di bawah dipenuhi deretan mobil yang berlalu-lalang. SeNa memejamkan mata dan menikmati sinar matahari yang menyinari wajahnya. Tiba-tiba ponselnya berdering dan membuatnya tersentak. Ia segera mengambil ponsel dari saku jasnya dan menjawab "Halo?"
"Kau dimana?", tanya Ren dengan suara rendah di ujung sana.
"Aku? Aku di koridor. Ada apa?"
"Datang ke lapangan parkir"
SeNa mengerutkan kening dan bertanya "Untuk apa?"
Tidak ada jawaban. "Halo? Halo?"
Ah, laki-laki itu sudah memutuskan hubungan.
SeNa memasukkan kembali ponselnya dan berjalan menuju lapangan parkir.
Setelah tiba di lapangan parkir, SeNa mencari-cari sosok Ren. Matanya menangkap sosok laki-laki jangkung yang bersandar pada mobil hitam mengilap. Laki-laki itu tidak menyadari kedatangan SeNa.
"Ada apa?", tanya SeNa sambil menghampiri Ren.
Ren menoleh dan menatap gadis itu dengan heran "Kenapa kau datang ke sini?"
SeNa mengangkat sebelah alisnya dan berkata "Tadi kau meneleponku dan menyuruhku ke sini"
Ren merogoh saku celananya dan mengambil ponsel . Ia melirik ponselnya sekilas dan memeriksa daftar panggilan, bukankah tadi ia berencana menelepon Miyuki? Kenapa ia jadi menghubungi SeNa? Aneh, apa yang sebenarnya sedang ia pikirkan?
"Maaf. Aku salah menghubungimu", gumam Ren dengan suara rendah.
SeNa menghela nafas berlebihan dan menggerutu "Baiklah. Tidak perlu dipikirkan"
"Sedang apa kalian?"
Ren dan SeNa sama-sama menoleh ke sumber suara. Miyuki menatap mereka berdua heran, kemudian matanya mengalih kepada SeNa "Sedang apa kau di sini?", tanyanya dengan nada tajam.
"Ah, tadi-"
"Tidak ada apa-apa. Cepatlah, para klien sudah menunggu untuk rapat", sela Ren lalu berjalan memasuki mobil hitamnya.
Miyuki masih tampak tidak puas.
"Saya permisi", gumam SeNa sambil membungkukkan badan kepada Miyuki lalu berjalan pergi dari sana.
Bunyi klakson mobil Ren membuyarkan lamunan Miyuki "Hei. Kau mau pergi atau tidak?", tanya Ren di balik kaca jendela mobil.
"Oh. Iya, iya", jawab Miyuki lalu berjalan memasuki mobil.***
SeNa menginjakkan kakinya di depan pintu gedung hotel, ia menoleh ke belakang dan melihat mobil Ren yang melaju kencang meninggalkan gedung. "Hei" SeNa tersentak dan menoleh ke sumber suara "Raika. Sedang apa kau?"
"Kulihat kau tadi terus melirik mobil Tuan Ren. Ada apa?", tanya Raika bingung. "Tidak. Tidak ada apa-apa"
"Kau menyukai Tuan Ren?", goda Raika sambil tersenyum geli. SeNa mengerutkan kening dan berkata "Tidak, aku tidak menyukainya. Oh ya, kau belum makan siang bukan? Ayo makan siang bersama"
Raika mencibir "Cih, anak ini sedang berusaha mengganti topik. Baiklah, ayo"***
"Tadi gadis itu sedang apa bersamamu?", tanya Miyuki setengah hati.
"Sudah kubilang tidak ada apa-apa", jawab Ren setengah bentak. "Tidak mungkin tidak ada apa-apa. Ceritakan padaku, apa yang dibicarakan gadis itu padamu?", desak Miyuki.
Ren memijat pelipisnya dengan sebelah tangan dan berkata "Kalau kau terus mendesakku, aku tidak akan bisa konsentrasi pada jalan di depan. Jadi sebaiknya diam saja atau kau mau aku turunkan di tengah jalan?"
Miyuki masih tampak tidak puas "Baiklah, baiklah"
Hening sesaat, kemudian Miyuki kembali berkata "Oh ya, Kenapa kau harus menghadiri rapat bersama klien-klien itu? Kau kan bisa menyuruh Tae Hyun sebagai gantinya. Untuk apa repot-repot menghadiri rapat itu"
Tidak ada jawaban. Miyuki melirik Ren yang sedang serius mengendarai mobil kemudian mengembuskan nafas panjang.***
YOU ARE READING
She's So Adorable
RomansaYoon Se Na, Gadis muda asal Korea ini baru lulus dari jurusan perhotelan di Universitas Daeyoung di Seoul, Korea Selatan. Ren Shibasaki, CEO( Chief Executive Officer ) di perusahaan Hotel terkenal, L Hotel. Pria yang tampan, kaya, menarik, tetapi su...