Seoul, 2025
Hari ini adalah pagi yang sibuk bagi semua orang di keluarga Somi. Mereka dengan terburu-buru turun ke meja makan untuk menyantap sarapan mereka sebelum menghadiri salah satu event yang sudah dinantikan bertahun-tahun lamanya, kelulusan saudara bungsu mereka, Somi."Aigoo.. kenapa kita cepet banget turunnya.. yang graduation aja belom selese" oceh Mino sambil mengunyah makanannya.
"Eyy.. you know, kalau kita nungguin Somi selesai make up keburu appa yang sampe duluan di sana" balas Jennie yang sudah selesai menelan semua makanannya kemudian berdiri sambil membawa tasnya.
"Appa sempet dateng?" timbrung Somi yang baru turun dari kamarnya itu.
"Dangyeonhaji (tentu saja), tapi kayaknya nanti sore langsung balik ke US" Mino tampak sudah terbiasa dengan appa mereka yang terlalu sibuk itu.
"Mwo.. biasalah.. kerjaannya kebanyakan" Jennie berdiri di depan rak sepatu rumah mereka, memilih satu dari antara sepatu-sepatu mewah miliknya yang terjajar rapi.
10 menit kemudian, tiga bersaudara itu sudah duduk di dalam mobil mewah mereka yang dikemudikan oleh supir pribadi Mino itu. Ya, masing-masing dari mereka memang memiliki supir pribadi. Walau Mino dan Jennie terkadang mengemudikan mobil mewah mereka sendiri untuk kegiatan di luar pekerjaan, mereka tetap memiliki supir mereka.
Sesampainya di aula tempat acara kelulusan Somi diadakan, Jennie dan Mino langsung diarahkan untuk duduk di samping appa mereka yang baru saja tiba dari bandara itu.
"Eoh appa.. it's been so long (sudah lama)" Jennie kemudian memeluk appanya singkat kemudian duduk di sebelah kirinya
"Mino" panggil appa mereka singkat sambil memberikan kode bagi Mino untuk menempati kursi di sebelah kanannya
Teddy, begitulah nama dari appa ketiga bersaudara ini. Memang namanya sama sekali tidak terdengar seperti orang Korea, hal ini dikarenakan dirinya yang menghabiskan 90% waktunya di Amerika Serikat untuk urusan bisnis. Memang Teddy adalah tipe yang "gila kerja" atau "gila uang" semenjak kepergian istrinya. Meski begitu, anak-anaknya tidak begitu peduli dengan sifat gila kerjanya ini karena Teddy tidak memberikan banyak kekangan pada anak-anaknya. Terkecuali, masalah Somi dan pacarnya ini yang dianggap kurang mapan.
"That one? (yang itu)" tanya Teddy sambil melirik ke arah kursi bawah, tempat Jihoon duduk dengan sebuah buket bunga yang cukup besar di pangkuannya
"Eoh, Jihoon ga sejelek itu appa, dia juga udah mulai rintis business kok" ucap Mino yang tidak setuju dengan pendapat appanya yang selalu mengekang hubungan Somi dan Jihoon.
"Jelek ga jelek, Somi bisa dapet yang lebih baik" Teddy masih bersikeras
"But why? toh dia dari dulu baik sama Somi, kita juga tau keluarganya orang baik-baik." Jennie juga tidak habis pikir dengan pola pikir appanya yang aneh itu.
"Nanti biar appa yang ngomong sendiri sama Somi" bisik Teddy pelan
Jennie dan MIno kompak diam dan tidak mau melanjutkan pembicaraan itu lagi dengan ayah mereka.
Setelah acara wisuda selesai, Somi tampak berfoto dengan buket bunga pemberian banyak orang. Tak ketinggalan, Teddy juga memberikan buket bunga untuk anak bungsunya itu, tentu saja, yang paling besar yang bisa ia temukan.