Malam itu Vio terbangun saat tenggorokannya terasa kering. Nia dan Cleo yang berikrar akan marathon drama ternyata sudah tertidur dengan posisi tengkurap, sementara laptop menyala di depan mereka.
Vio bangkit dari sofa, mematikan laptop kemudian memindahkan benda berwarna pink itu ke meja. Setelahnya, ia melangkahkan kaki keluar dari kamar. Menuruni tangga, membawa kakinya berjalan menuju dapur.
Cahaya temaram dari lampu yang dimatikan membuat Vio sedikit meraba-raba di mana letak saklar lampu. Kemudian setelah ketemu, Vio menekannya, membuat suasana gelap seketika menjadi terang. Dan ia sangat terkejut saat matanya tak sengaja menangkap sosok Dias yang tengah duduk di salah satu kursi meja makan.
Pria itu mendongak ke arahnya, menatap mata Vio dengan tatapan datar. Vio menelan saliva karna itu.
"O-Om? Kenapa Om ada di sini?" tanya Vio gugup. Bukankah ini sudah jam 01.07 pagi, lalu kenapa pria itu masih terjaga di dapur?
"Minum. Kamu?" tanya Dias balik.
"Ak-aku juga mau minum."
Dias tak menjawab lagi ucapan Vio. Ia membiarkan gadis itu bergerak mengambil minumannya sendiri di kulkas. Lalu....
"Jangan minum air dingin malam-malam," tegor Dias untuk pertama kalinya bicara lebih dari dua kata pada Vio.
Vio tertegun, menghentikan gerakannya yang sedang menuang air putih ke gelas. Ia kemudian berbalik, menatap pada Dias.
"Tapi aku kegerahan, Om," ucap Vio membuat dahi Dias mengernyit.
"Kenapa? Apa Cleo tidak menyalakan AC-nya?"
Vio menggeleng-geleng cepat. Tentu bukan karna itu, Cleo bahkan sudah mengatur suhu AC sedingin mungkin, tapi Vio memang tiba-tiba kegerahan entah karna apa. Mungkin karna melihat betapa tampan dan seksinya Dias dengan piyama yang melekat di tubuhnya itu.
Astagaa... Apa yang ia pikirkan? Vio meringis pelan. Dias melihat tingkah gadis itu dengan dahi mengernyit.
"Kamu kenapa?" tanya Dias datar.
"Hah? A-ada apa, Om?"
"Saya tanya kamu kenapa? Kamu keliatan bengong dari tadi."
"Oh.. Ak-aku nggak papa kok." Vio segera menenggak air dingin di gelasnya, tak mempedulikan bagaimana Dias menegornya tadi.
Dias menghela nafas, kemudian beranjak untuk mendekati Vio. Vio yang sedang berdiri di dekat kulkas pun merapat ke dinding saat tangan pria itu diletakkan di sisi tubuhnya, mengurung Vio dengan tubuh menunduk untuk mensejajarkan wajah mereka.
"Ap-apa yang Om lakukan?" tanya Vio dengan suara bergetar gugup. Sumpah, jantungnya berdegub kencang, ini pertama kalinya ia dekat dengan Dias seintens ini. Dan ternyata menatap wajah pria itu seperti ini, membuat Vio tersadar bahwa Dias ternyata sangat tampan. Luar biasa tampan.
Pria itu memiliki bentuk wajah yang terpahat sempurna. Hidung mancung dengan rahang tegas, bola mata warna coklat yang sangat jernih dengan alis tebal, tatapannya setajam elang, namun entah mengapa mampu menghipnotis setiap orang yang melihatnya agar menoleh kembali.
"Memastikan apakah kamu demam atau tidak," jawab Dias kemudian menyentuh dahi Vio, membuat jantung Vio berdegub semakin menggebu-gebu. Vio kembali meneguk salivanya kasar.
"Tidak panas," komentar Dias. "Tapi kenapa wajah kamu sangat merah?"
Vio menyentuh wajahnya sendiri, mencoba menutupi ronanya yang sudah pasti semerah kulit rambutan itu.
"It-itu karena--"
Ucapan Vio tidak berlanjut karna tiba-tiba saja Dias sudah membungkam bibirnya dengan ciuman. Pria dewasa yang sialnya sangat seksi itu, berhasil membuat Vio cengo seperti orang bodoh. Bukannya melawan atau marah, Vio malah mengedip-ngedipkan matanya bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
MSD (My Sugar Daddy)
Genel KurguWarning 🔞 Dedek-dedek Emeshh silakan menjauh. Lapak ini mengandung adegan 1821 yang berbahaya bagi kesehatan otakmu. Diselingkuhi pacar, dipecat dari pekerjaan, pembayaran uang semester jatuh tempo, dan diusir dari kosan karna sudah lama menunggak...