"Lo kenapa, Vi?" tanya Nia saat melihat Vio menelungkupkan kepalanya di atas meja, seperti tertidur. Padahal mata Vio jelas terbuka dan sedang menatap Nia.
Saat ini mereka sedang ada di kampus. Sudah dua hari berlalu sejak kejadian malam itu, tapi Vio tetap uring-uringan karna tak bisa melupakannya.
Oh ayolah, memangnya siapa yang bisa melupakan sensasi saat bibirmu dicium, payudaramu diremas dan niple-nya dikulum oleh pria yang merupakan Papa dari sahabatmu sendiri?
Meskipun Dias memang bukan Papa kandung Cleo, tapi tetap saja pria itu adalah orang yang membesarkannya setelah kedua orang tua Cleo meninggal. Dias adalah Adik Papa Cleo, jadi secara tak langsung mereka juga memiliki hubungan darah.
Vio menjerit dalam hati, mengerang frustrasi dengan betapa baiknya pikirannya mengingat. Bahkan ia masih ingat betul bagaimana nikmat yang ia rasa. Tubuhnya meremang, entah mengapa menginginkan sentuhan itu lagi. Seperti candu, Dias adalah kata lain dari narkoba. Tapi sampai saat ini, Vio sama sekali belum berani untuk datang ke rumah Cleo sekalipun. Kemarin Cleo memintanya datang, tapi Vio menolak karna takut bertemu Dias.
"Ni," ucap Vio tiba-tiba mengangkat kepalanya menatap Nia.
"Apa?" tanya Nia.
Vio menggigit bibirnya, bingung apakah bertanya atau tidak.
"Jadi gini.. Gue punya teman," ucap Vio mulai bercerita. Nia mangguk-mangguk.
"Teman yang mana?" tanyanya.
"Teman SMA," jawab Vio berbohong. Nia kembali mengangguk.
"Terus?"
"Teman gue ini cerita, katanya dia hampir aja kebablasan ngelakuin itu..." Vio menggerakkan jarinya membentuk tanda kutip.
Nia mengerti. "Terus?" tanyanya lagi.
"Tapi sama orang yang nggak boleh dia sukai. Dan anehnya, dia malah terus mikirin orang itu. Menurut lo itu kenapa, Ni?"
Nia terdiam, tampak berpikir-pikir. Lalu kemudian ia menjentikkan jari mengerti. "Jadi maksud lo, teman lo ini suka sama orang yang terlarang buat dia gitu?"
"Nggak terlarang-terlarang amat sih. Cuman adalah sesuatu yang buat mereka nggak pantas ngelakuin itu."
"Oohh.. Jadi mereka beda kasta?" Nia kembali menebak, membuat Vio mulai jengah.
"Bukan begitu. Mereka--"
"Bilang sama teman lo, Vi, mending berenti aja udah. Nggak usah memaksa karna yang namanya perbedaan kasta pasti bikin sakit hati. Walaupun ujung-ujungnya mereka tetap bisa bersama, tapi bakal ada pihak yang selalu direndahkan oleh keluarga kasta yang lebih tinggi nanti. Kasihan."
Vio memutar bola mata mendengar nasihat Nia yang sok tau.
"Bukan gitu ceritanya, ini bukan soal kasta. Yang gue tanya kenapa gue terus memikirkan orang itu setelah melakukan itu?!" tanya Vio dengan nada kesal, hingga ia tak sadar dengan apa yang ia ucapkan. Sementara Nia sudah terdiam menatap mata Vio.
"Kenapa?" tanya Vio bingung.
"Lo lakuin itu sama siapa, Vi?" tanya Nia tak percaya.
Vio tertegun, namun sedetik kemudian ia segera tersadar. "Kenapa jadi gue? Maksud gue tadi kan teman gue."
"Nggak." Nia menggeleng tegas. "Gue yakin tadi gue dengar lo nyebut diri lo sendiri."
"Buk-bukan.. Gue cuma salah ngomong. Lagian nggak mungkin gue lah, aneh banget sih lo. Ini soal teman gue, dia minta tolong sama gue biar gue cari tau alasannya," sangkal Vio mulai gugup, tapi syukurlah Nia mengangguk percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MSD (My Sugar Daddy)
Fiction généraleWarning 🔞 Dedek-dedek Emeshh silakan menjauh. Lapak ini mengandung adegan 1821 yang berbahaya bagi kesehatan otakmu. Diselingkuhi pacar, dipecat dari pekerjaan, pembayaran uang semester jatuh tempo, dan diusir dari kosan karna sudah lama menunggak...