Nggak ada adegan aneh kok, tapi aku gak tau ini amam apa nggak buat yang lagi puasa. Aku sarankan bacanya pas buka aja yah buat yang puasa.Vio memasuki hotel bintang lima itu dengan langkah pelan. Ia terlihat gugup dan juga ragu, tapi berhubung sudah tiba di sana, tidak ada lagi kata untuk mundur. Vio menguatkan tekad, bagaimanapun ini keputusannya, ia sudah memikirkannya matang-matang.
"Permisi," ucap Vio pada receptionist yang berjaga.
"Iya. Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" ucap Receptionist itu.
"Saya VS, tamu kamar VIP," ucap Vio langsung to the point.
"Oh iya, selamat datang, Mbak. Sebentar saya ambil kuncinya."
Receptionist itu langsung mengerti tanpa banyak bertanya. Ia memberikan sebuah key card pada Vio, tak lupa ia juga memberikan ucapan selamat bersenang-senang padanya.
Vio tak mengerti, apakah setiap menginap di hotel memang selalu diberi ucapan seperti itu, atau receptionist itu yang langsung paham apa yang akan terjadi padanya. Entahlah. Yang jelas Vio kembali melangkahkan kakinya, kali ini dengan lebih pasti menuju lift dan menekan tombol bertuliskan VIP di sana. Tak boleh ragu lagi.
Ting....
Lift berdenting, pintu terbuka dan Vio langsung melangkahkan kaki keluar. Melihat sekeliling yang sangat sepi. Hanya ada satu pintu di lantai itu, mungkin lantai ini memang di-khususkan hanya untuk kamar satu itu.
Vio meng-scan key card di layar Smart lock pintu, kemudian ia melangkahkan kaki masuk ke dalam. Sekeliling ruangan sangat mewah, Vio tak percaya ia bisa menginjakkan kaki di tempat seindah ini. Struktur dan penataan ruangan yang dibuat secara artistik, benar-benar sangat berkelas.
Tapi bukan itu yang ingin Vio perhatikan, melainkan keadaan kamar yang masih kosong lah yang berhasil mengalihkan atensinya. Vio sangat bersyukur, jantungnya yang sedari tadi berdentum tak karuan mulai berangsur-angsur lega. Setidaknya ia masih punya sedikit waktu lagi untuk menyiapkan diri.
Ia melangkahkan kaki ke sofa, duduk di tempat empuk yang nyaman itu dengan tenang. Vio sengaja memilih di sana dan bukannya di ranjang, karna ia mengantisipasi jika orang itu datang, maka sebisa mungkin mereka hanya akan berbicara di sofa tanpa melibatkan ranjang. Yah, jika bisa.
Beberapa lama kemudian, suara pintu dibuka terdengar. Vio terkesiap, mulai kembali merasa gugup setelah tadi sempat rileks. Ia meremas kedua tangannya, tak berani berbalik untuk menatap wajah orang yang akan menjadi Daddy-nya itu.
"Kamu sudah datang?" Sebuah suara berat menyapa telinga Vio.
Vio terdiam. Jantungnya seperti mencelos. Syaraf-syaraf dalam otaknya bekerja dengan cepat, mencerna suara yang sangat ia kenali itu dengan mata membulat. Bukankah--
Ah tidak! Banyak suara yang terdengar mirip. Itu tidak mungkin suara orang yang sama, dunia tidak sesempit itu. Lagipula, pria itu tak mungkin mendaftar di aplikasi seperti itu. Sangat konyol.
Vio meyakinkan diri, menyangkal opininya sendiri. Lalu ia pun berdiri, memutar tubuhnya secara perlahan. Mengangkat kepalanya untuk melihat wajah pemilik tubuh jangkun itu, dan sialnya otak Vio semakin tak bisa menyangkal. Pemilik tubuh itu juga memiliki proporsi dan bentuk yang sama dengan orang yang ia pikirkan saat ini.
Vio semakin gugup, ia meneguk saliva kasar sebelum akhirnya matanya berhasil menangkap wajah pemilik tubuh itu. Dan,
Deg....
Jantung Vio benar-benar berhenti berdetak. Matanya membulat, terkejut menangkap sosok itu sama dengan orang yang ia pikirkan. Orang yang akhir-akhir ini selalu menghantui pikirannya, membuatnya tak pernah tenang. Ferdias Ardiansyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MSD (My Sugar Daddy)
General FictionWarning 🔞 Dedek-dedek Emeshh silakan menjauh. Lapak ini mengandung adegan 1821 yang berbahaya bagi kesehatan otakmu. Diselingkuhi pacar, dipecat dari pekerjaan, pembayaran uang semester jatuh tempo, dan diusir dari kosan karna sudah lama menunggak...