Maaf ya lama gak up. Tadi jg sempat salah pencet publish padahal disitu aku masih nulis, belum selesai. Wkwk...
____
Kadang Vio berpikir, kenapa semuanya harus serba ia usahakan mati-matian sendiri, sementara ada orang yang bisa memiliki segalanya dengan begitu mudah dalam hidup.
Seperti perempuan itu... putri pemilik acara pesta yang berselimutkan gaun mahal rancangan seorang designer terkenal. Vio yakin harga gaun itu setara penghasilannya lima tahun jadi EO.
Rinjani..... Selain putri walikota yang cantik, berpendidikan, dia juga memiliki hal yang tidak bisa Vio miliki dalam hidup ini. Keluarga cemara dimana orang tua tidak hanya menyayangi, tapi juga sangat membanggakannya pada orang-orang. Vio yakin, masalah hidupnya bukan lagi soal uang kecil sepertinya. Mereka tidak selevel, dan mengapa pula Vio harus membandingkan dirinya dan merasa insecure pada perempuan itu? Mereka bahkan tidak kenal.
Vio menggeleng. Bodoh sekali. Dia punya pekerjaan yang harus diurus tapi ia malah sibuk memperhatikan perempuan itu diam-diam. Memang Rinjani sepemikat itu. Buktinya para pria bertuxedo di sebelah sana sibuk membicarakannya. Siapa yang tidak menyukainya?
"Hei... Pak Dias yang terhormat. Saya pikir anda tidak akan hadir hari ini."
Suara itu menginterupsi pergerakan Vio dari gelas-gelas di tangannya. Ia meneguk saliva, kemudian menoleh ke arah sumber suara.
Dan benar saja, di sana, ia melihat seorang pria berusia sekitar 30 tahun, tersenyum dan menatap ke arah... Dias?
Segera Vio berbalik badan. Ia meneguk saliva dengan jantung berdegup kencang. Setelah seminggu tidak bertemu, dan pria itu juga tidak mencarinya, kini mereka bertemu lagi di sini. Tidak.. ah, Vio bahkan belum menyusun skenario bagaimana ia harus menghadapi pria itu saat bertemu lagi.
"Biasanya anda sangat ogah dengan pesta. Apalagi pesta perayaan orang tua semacam ini." Pria yang tadi menyapa Dias kembali menambahi. Belum terdengar suara Dias, tapi Vio sudah bisa membayangkan bagaimana eskpresi dingin pria itu saat ini.
"Alex Mahendra, maaf saya tidak bisa basa-basi. Saya harus menemui pemilik pesta. Permisi."
Dias berjalan menuju keluarga walikota, Vio mengikuti dari ekor matanya. Ia melihat pria itu tampak tersenyum dan menyapa dengan ramah. Sikap yang sangat jarang Vio lihat terhadap Dias.
"Hai Nak Dias... Saya merasa terhormat kamu bisa hadir malam ini. Terimakasih." Walikota membalas sapaan Dias sambil berpelukan akrab. Setelah itu mereka mengobrol banyak hal, Vio tak bisa mendengarkan dengan jelas karna ia harus sambil bekerja menyusun gelas di meja yang masih kosong.
Namun, tentu saja ia bisa mendengar gosip para gadis-gadis yang ada di meja sebelahnya.
"Lihat, itu Ferdias Andryansyah pengusaha kaya terkenal itu kan? Tampan banget asli."
"Iya. Tapi mustahil bisa mendekatinya. Lihat, cuma perempuan sekelas Rinjani yang cantik, kaya, dan lulusan terbaik luar negeri yang terlihat pantas berdiri disebelahnya. Mereka setara, pasangan yang serasi."
Vio terdiam. Ia kembali melirik lagi pada Dias yang masih bersama keluarga walikota. Ya, pria itu memang sebuah kemustahilan yang tidak pantas ia harapkan. Dalam keadaan seperti ini, terlihat sekali bagaimana jomplangnya kelas dan status sosial mereka. Gadis-gadis yang duduk dengan pakaian mewah sebagai tamu di pesta itu saja merasa tidak pantas. Lantas mengapa ia tidak tau diri memiliki perasaan itu.
"Mereka emang cocok banget sih. Dan dengar-dengar juga mereka dijodohin sama walikota. Pesta malam ini sekalian umumin pertunangan mereka."
Deg....
KAMU SEDANG MEMBACA
MSD (My Sugar Daddy)
Tiểu Thuyết ChungWarning 🔞 Dedek-dedek Emeshh silakan menjauh. Lapak ini mengandung adegan 1821 yang berbahaya bagi kesehatan otakmu. Diselingkuhi pacar, dipecat dari pekerjaan, pembayaran uang semester jatuh tempo, dan diusir dari kosan karna sudah lama menunggak...