"Pagi Om, Cleo," sapa Vio dengan sopan begitu tiba di meja makan.
"Pagi..," sambut Cleo riang. Sementara Dias tak membalas sapaan gadis itu.
Bi Tuti, asisten rumah tangga mulai sibuk melakukan tugasnya, menghidangkan makanan. Mereka pun menyantap sarapan pagi dengan hening. Hanya suara Cleo yang sesekali terdengar berbicara pada Dias.
Vio bisa melihat bagaimana interaksi Papa dan Anak itu. Mereka terlihat saling menyayangi, meskipun Dias dominan diam saat menanggapi ucapan Cleo, tapi pria itu selalu memperhatikan setiap perkataan putrinya. Tak jarang ia juga akan tersenyum bila Cleo melontarkan lelucon. Pemandangan yang sangat membuat iri bagi Vio yang tak pernah dipedulikan Ayahnya.
Setelah selesai makan, mereka berjalan beriringan keluar. Dias dan Cleo menuju mobil mereka masing-masing, sementara Vio berdiri di depan, menunggu kedatangan seseorang.
"Vi, ayok, ngapain bengong di sana?" teriak Cleo dari dalam mobilnya yang sudah menyala. Siap berangkat.
"Duluan aja, Cle. Gue dijemput sama Kak Elang," sahut Vio.
Yah, Vio memang sudah janjian dengan Elang. Laki-laki itu mengiriminya pesan semalam, mengkonfirmasi janji yang mereka buat kemarin. Dan Vio pun membalasnya tadi pagi, mengatakan kalau ia tinggal di rumah Cleo untuk sementara, jadi Elang tak perlu menjemputnya karna ia tentu akan berangkat bersama dengan Cleo. Tapi Elang tetap memaksa. Jadilah akhirnya Vio setuju untuk berangkat bersama laki-laki itu.
"Seriusan, Vi?" tanya Cleo antusias. Berbanding terbalik dengan Dias yang kini malah menyipit, menatap Vio dingin.
"Wahh.. Sepertinya kalian ada kemajuan," girang Cleo.
Vio tersenyum masam, melirik pada Dias yang menatapnya, canggung. Ia salah tingkah, entah mengapa tiba-tiba atmosfer di sekitar terasa panas. Tidak ada yang salah, tapi Vio merasa seakan ia adalah pelaku perselingkuhan yang ketahuan oleh suaminya.
"Kalo gitu gue duluan yah, Vi."
Vio mengangguk menjawab ucapan Cleo. Kemudian mobil gadis itu pun melaju, berlalu di balik gerbang. Tak lama kemudian, mobil Dias ikut menyusul. Ia melajukan mobilnya tanpa melirik pada Vio sedikitpun.
Vio menghela nafas. Baiklah, tak perlu pikirkan pria itu. Sekarang lebih baik ia keluar gerbang karna Elang sudah mengabari sebentar lagi ia akan sampai.
___
"Thanks ya, Kak Elang," ucap Vio begitu tiba di kampus dan turun dari mobil Elang.
Yah, mereka memang naik mobil. Pagi ini Elang sengaja membawa kendaraan roda empatnya agar Vio bisa merasa nyaman, tidak seperti kemarin saat mereka naik motor.
"Harusnya aku yang makasih karna kamu udah mau aku jemput," sahut Elang terkekeh.
Vio pun tertawa kecil menanggapi. "Kakak Nggak turun juga nih?" tanyanya saat melihat Elang masih betah di dalam mobil.
"Hari ini aku free."
"Berarti aku ngerepotin dong?"
"Aku suka kok direpotin kamu."
Lagi-lagi Vio hanya bisa tertawa kecil menanggapi gombalan Elang. Ia rasa semua laki-laki sama saja. Awal mendekatinya mereka akan sangat manis, bersikap seakan sangat memujanya, tapi pada akhirnya mereka akan berubah seperti Edo dan Ayahnya. Pengkhianat.
Vio tak akan termakan rayuan mereka, tapi ia harus pura-pura bahagia untuk menjaga harga diri Elang.
"Kalau gitu aku masuk dulu ya, Kak."
"Iya-eh, Vi, nanti siang aku boleh jemput kamu lagi?"
"Mm.. kayaknya nggak usah deh, Kak. Soalnya nanti aku masih ada urusan lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
MSD (My Sugar Daddy)
General FictionWarning 🔞 Dedek-dedek Emeshh silakan menjauh. Lapak ini mengandung adegan 1821 yang berbahaya bagi kesehatan otakmu. Diselingkuhi pacar, dipecat dari pekerjaan, pembayaran uang semester jatuh tempo, dan diusir dari kosan karna sudah lama menunggak...