(13) Malam Tragis

1.6K 122 163
                                        

Warning!

Cepter kali ini mengandung darah. Jika tidak kuat diharapkan pembaca bijak dalam membaca.^^

So Enjoy~

Pyscopath.

Malam sudah semakin larut seiring dengan api unggun yang kian mengecil menyisakan abu dari kayu yang ludes terbakar.

Suasana di tempat berkemah itu sunyi karena hampir semua murid juga para panitia camping sudah tertidur lelap dengan damai nya terbuai mimpi indah masing-masing. Hanya angin dan binatang malam yang mendominasi hutan yang mereka jadikan lokasi camping.

Halilintar keluar dari dalam tenda yang dia tempati bersama dengan Ice, Thorn dan Gempa. Lewat pendengarnya yang super tajam, dia yakin semua orang sudah tertidur sekarang.

Sekilas dia melihat ke arah tenda yang ditempati oleh Taufan. Dia yakin orang yang dia cintai itu sudah tertidur lelap sekarang. Dengan santainya dia berjalan keluar dari arena tempat tenda didirikan sebelum memasuki kawasan hutan terlarang, mengabaikan setiap tanda peringatan yang diletakan di sana.

Semakin jauh Halilintar melangkah, semakin mencengkram dan menyeramkan pula hutan yang dia lalui. Sangat berbeda jauh dengan beberapa jam yang lalu saat dia masih bersama Taufan, ya memang karena jalur yang dia lewati itu berbeda.

Suara burung hantu dan berbagai macam hewan malam lainnya mendominasi pendengaran Halilintar, menambah suasana mencengkram di dalam hutan tersebut, ditambah lagi dengan hembusan angin yang terasa menusuk tulang.

Namun, semua itu bukan apa apa bagi Halilintar yang memang memiliki jiwa Pyscopath di dalam dirinya. Baginya suasana seperti itu sudah teman yang begitu setia baginya. Sembari mematri seringai mematikannya, Halilintar terus berjalan memasuki hutan, menikmati suasana yang sangat dia sukai itu.

Halilintar sudah sangat jauh memasuki hutan. Pendengarannya yang tajam mulai bisa menangkap berbagai suara hewan buas yang menghuni hutan liar tersebut. Baik itu Harimau, macan tutul, macan kumbang dan berbagai suara ular juga hewan buas lainnya.

Rumput ilalang yang tebal juga tinggi, masa sekali tidak mempersulit langkah Halilintar. Tidak ada jalan meskipun hanya setapak di dalam hutan belantara itu karena memang tidak untuk dilalui oleh manusia.

Berbeda dengan Halilintar yang sudah pantas diibaratkan dengan predator haus darah bertopeng wajah manusia, bahkan lebih dari itu.

Sorot mata tajam milik Halilintar, menangkap sebuah besi panjang dengan ujung yang runcing dan tajam tergeletak begitu saja di sela-sela rumput ilalang yang dia lalui. Sembari menyeringai dia mengambil besi tersebut. Betapa beruntungnya dia menemukan alat yang bisa dijadikan senjata tersebut.

Sebilah besi sepanjang satu meter dengan besar dua jari telunjuk yang disatukan dan berat yang juga lumayan tersebut Halilintar angkat dengan sebegitu enteng layaknya mengangkat ranting kayu kecil.

Tiba-tiba saja sorot mata tajam Halilintar yang bak mata elang menangkap sesosok Harimau yang sedang mengintai nya, seolah Halilintar adalah makanan yang super lezat.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
 Pyscopath (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang