Pyscopath
Hujan yang sangat deras tiba tiba saja mengguyur setiap titik kota ini. Taufan tidak peduli, dia terus berlari dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya, mengabaikan dirinya yang telah basah kuyup akibat hujan, bahkan air matanya pun juga telah menyatu dengan air hujan.
Taufan tidak peduli kemana kakinya melangkah yang penting baginya menjauh dari Riko, laki laki brengsek berstatus Seme yang telah mengambil ciuman pertamanya.
Di tengah tengah larinya, Taufan tanpa sengaja menabrak kuat tubuh seseorang yang terlihat lebih besar dan tinggi darinya sendiri. Hal itu membuat tubuh Taufan sendiri langsung terjatuh ke belakang dan mendarat pada tanah yang becek akibat hujan.
Taufan meringis sembari mencoba untuk bangun. "Ma-maaf, a-aku tidak melihatmu." ucapnya pada laki laki yang barusan dia tabrak sembari menunduk. Taufan bersyukur sekarang turun hujan, kerena dengan begitu tidak akan ada yang tau kalau dia sedang menangis.
Sembari menunduk, Taufan berlalu dari hadapan lelaki yang sedari tadi tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Baru saja Taufan akan melewatinya ketika tiba tiba saja lelaki yang dia tabrak itu menghentikan langkahnya.
"Taufan." panggil laki laki itu. Spontan membuat Taufan langsung menatapnya.
"Ha-Hali?" ucap Taufan setelah mengenali netra merah ruby itu. Memang tidak begitu jelas kerena sekarang sedang hujan deras, bahkan disertai petir dan badai.
Halilintar memegang kedua bahu Taufan, menatap lekat netra biru sapphire itu. "Kenapa ujan-ujanan?"
Taufan tidak menjawab, dia kembali terisak dengan tubuh bergetar kerena menangis dan juga kedinginan. Tanpa peringatan dia langsung memeluk Halilintar dan membenamkan wajahnya pada dada bidang sahabatnya ini.
Halilintar tidak terkejut dengan apa yang dilakukkan oleh Taufan, kerena dia tau apa yang sedang ditangisi oleh pujaan hatinya ini, bahkan dia melihat sendiri apa yang telah Riko perbuat pada Taufan.
"Sstt... Tenang saja, aku di sini." bisik Halilintar lembut sembari memeluk erat Taufan yang berada dalam dekapannya di bawah guyuran hujan.
~~~~~~~~
Hujan deras masih mengguyur setiap penjuru kota itu, tanpa ada tanda-tanda akan reda. Solar menatap Thorn yang sedang tertidur dengan begitu damainya sembari tersenyum. Sebelah tangannya terulur mengusap lembut rambut kepala milik pemuda bernetra hijau tua ini.
"Cepat sembuh Thorny~" ucap Solar seusai mengecup sayang dahi Thorn. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Thorn hingga paras leher, menjaganya agar tidak kedinginan.
Flowers selaku bundanya Thorn hanya tersenyum melihat anaknya bersama Solar. Dia mendekat ke arah Solar lalu mengusap sayang puncak kepala Uke bernetra abu-abu ini. "Solar istirahatlah, kamu dari tadi malam belum tidur kerena jagain Thorn."
Solar menatap Flowers yang sedang tersenyum lembut kepadanya. Dia membalas senyum itu dengan senyuman manisnya. "Baik Bunda." ucapnya sebelum berjalan ke arah sofa yang sedang diduduki oleh Blaze dan Ice.
Pada sofa panjang itu terlihat Ice sedang tidur dengan memeluk pinggang Blaze dan merebahkan kepalanya pada potongan leher dan bahu sang Uke. Blaze sendiri hanya diam saja, memberikan Ice merasa nyaman tidur dipelukannya. Memang pada dasarnya Blaze akan menjadi pribadi yang lebih tenang jika Ice sedang mencari kenyamanan bersamanya.
"Blaze numpang tidur ya?" tanya Solar sembari mengenakan jaket tebal milik Thorn, mencegah dirinya untuk kedinginan.
Bukannya memberikan jawaban, Blaze malah mengucapkan hal lain. "Bayar!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pyscopath (End)
FanfictionSakit?? Hmm ya sakit itu yg di rasakan oleh pemuda yg memiliki netra merah ketika dia mencintai seseorang akan tetapi orang itu malah mencintai orang lain. Kerena itulah membuatnya gelap mata akan mencari mangsa untuk di bunuh atau disiksa sebagai p...