3 tahun kemudian :vSekarang adalah hari senin. Pada hari ini cuacanya begitu cerah, sangat mendukung bagi para murid yg akan menempuh pendidikan baru, disekolah baru pula. Tapi satu hal yg membuat mereka tidak enak dengan hari ini, kenapa? Kerena pada hari ini juga, hari pertama MOS diadakan.
Sungguh hari yg cerah ini bagaikan kutukan bagi para murid baru yg akan menjalani pendidikan di Elemental High School. Rata rata hampi setiap wajah murib yg menuju gerbang sekolah itu masam.
Gimana gak masam kalau diwajibkan berpenampilan aneh bin gaje. Siapa lagi kalau bukan para Senior mereka yg menyuruh seperti itu.
Bagi para cowok wajib rambutnya diikat, kalau kepalanya gundul maka harus pakai rambut palsu, sedangkan yg cewe juga wajib rambutnya diikat tiga kanan, kiri dan belakang lalu dikepang, asli udah mirip kaya buntut kuda + nil. (Canda:v)
Penderitaan mereka tidak hanya berhenti disitu saja. Para Junior juga wajib mengenakan bedak yg tebalnya 5cm tak lupa juga dengan pelapis bedaknya serta lipstik warna merah atau ungu tua yg menor nya sampai sampai bisa dikupas. Bagi para cowok yg gak punya lipstik, rata rata nyuri lipstik ibu mereka atau minta sama teman cewe mereka.
Lipstik itu tidak hanya dioleskan dibibir, tapi juga di kelopak mata sebagai pengganti Eye Shadow, tak hanya itu, di pipi juga bahkan lebih parah kerena harus dibentuk love sebelah dan bulat sebelah.
Asli penampilan mereka udah kaya rombongan jablay dan bencong kesasar. Sungguh pemandangan yg membuat siapa saja yg melihatnya akan ngakak sampai guling guling kelantai.
"Huh!! Dasar Senior sialan, masa iya disuruh dandan kaya orang gila, habis sudah wajah imut-ku ini jadi sebelas dua belas sama gelandangan yg sukanya ngacir ke sana-kemari." ucap seorang murid bernetra biru sapphire.
Dia merupakan salah satu korban kejahilan dari Senior di sekolah baru itu. Yaps murid baru itu bernama Taufan, lebih lengkapnya Taufan Rafael Cyclone. Dia baru saja keluar dari mobil yg dikemudikan oleh ayahnya sendiri Tuan Tornado Cyclone.
"Syukuri saja wahai kakakku yg imutnya sekarang mirip sama badut."ucap Angin sebelum tawanya memenuhi seluruh penjuru mobil.
Taufan menatap datar pada adiknya yg barusan memuji sekaligus menghina.Dia dan Angin hanya beda dua tahun. Dan sekarang adiknya itu sudah menempuh pendidikan di kelas VIII.
"Sudah Angin, kamu kaya gak ingat aja dulu waktu di MOS lebih buruk dari kakakmu ini." ucap Tornado selaku ayah mereka berdua.
Mengembang lah senyum kemenangan dibibir Taufan, mendengar ayahnya membela dirinya. Sedangkan Angin sudah cemberut sembari membuang muka, enggan melihat senyum kemenangan kakaknya itu.
"Aww~ thanks you Papa." ucap Taufan mendaratkan sebuah kecupan di pipi ayahnya itu hingga membekas bentuk bibir.
Tornado terkekeh melihat sikap manja anaknya itu, tangannya terulur mengusap pelan puncak kepala Taufan, mengingat di kepala anaknya itu banyak terdapat ikat rambut berwarna warni di sana sini. "Papa jalan dulu. Belajar baik baik, jangan bikin rusuh pula." pesannya sembari menghapus lipstik yg menempel di pipinya dengan tissue.
Taufan tertawa cekikikan melihat pipi ayahnya merah kerena lipstik menor yg dia kenakan. Hanya anggukan dan senyum manis yg Taufan berikan sebagai jawaban untuk ayahnya itu. Pandangannya kini teralih kearah Angin yg masih berwajah cemberut sembari bersedekap dada."Hoy Angin ribut! Jaga diri baik baik, aku udah gak ada di sekolah itu tau."
"Apaan dah, Taufan muson! Kau ada atau tidak juga gak ada pengaruhnya buatku." ucap Angin gak kalah sengit.
Tornado hanya tertawa melihat kedua anaknya itu yg kadang akur dan kadang engga. Dia menginjak pedal gas dan membawa mobilnya menjauh dari depan pagar sekolah baru Taufan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pyscopath (End)
FanfictionSakit?? Hmm ya sakit itu yg di rasakan oleh pemuda yg memiliki netra merah ketika dia mencintai seseorang akan tetapi orang itu malah mencintai orang lain. Kerena itulah membuatnya gelap mata akan mencari mangsa untuk di bunuh atau disiksa sebagai p...