(1) Prolog

6.6K 319 57
                                    


Terlihat dari kejauhan seorang pemuda sedang berjalan dengan sempoyongan di sebuah gang yg sepi.

Pemuda itu berjalan sembari memegang dadanya yg terasa sangat sesak dan sulit untuk menarik nafas.

Di sekujur tubuhnya terdapat banyak sekali luka dan lebam bahkan ada beberapa goresan yg masih mengeluarkan darah segar.

Iris merah ruby miliknya meredup seiring dengan kesadarannya yg mulai menipis tapi tetap dia paksa untuk terjaga kerena jarak rumahnya masih sangat jauh.

Semakin dia paksa untuk melangkah semakin sakit pula dadanya hingga pada akhirnya kedua kakinya tidak sanggup untuk melangkah bahkan berdiri.

Tubuh itu rubuh, nafasnya tidak lagi beraturan, pandangannya semakin kabur hingga pada akhirnya tertutup.

Sayup sayup sebelum kesadarannya hilang sempurna dia sempat mendengar ada seseorang yg memanggilnya entah itu siapa dia tidak tau.

~~~~~~~

Perlahan kelopak mata pemuda itu terbuka, menampakkan netra ruby nya. Hal pertama yg dilihatnya adalah gang dimana dia sebelumnya pingsan.

Pemuda itu memegang kepalanya yg masih sedikit terasa sakit. Gang ini masih saja sepi tapi anehnya dia merasakan kalau dirinya tidak sendiri.

Iris merahnya menatap sekeliling tempat itu dan benar saja di tidak sendiri.

"Siapa kau? " tanya pemuda bernetra merah kepada seorang yg berada didekatnya, terlihat oleh netra ruby nya seseorang Itu sedang membereskan obat obat kedalam kotak P3K.

"Eh kau sudah bangun " ucap orang itu lalu membantu pemuda beriris merah itu untuk duduk.

" Maaf aku tidak bisa membawamu ke rumah sakit karena aku tidak sanggup mengangkat orang hehe " kekeh orang itu sembari menggaruk pipinya " Dan lagi aku mau minta tolong juga tidak ada siapa siapa di sini tapi beruntunglah aku bawa kotak obat, setidaknya luka goresan dan memarmu bisa aku obati."

Pemuda bernetra merah itu terdiam menatap seseorang didepannya ini. "Imut sekali" batinnya memperhatikan orang itu dari netra biru sapphire nya yg begitu indah, pipi chubi dan bibir sexy yg orang itu miliki.

Memikirkan itu membuat pemuda bernetra merah itu merona sendiri, dapat dia rasakan lehernya terasa hangat hingga menjalar ke pipinya.

Seseorang bernetra biru itu bingung melihat pemuda didepannya tidak memberikan jawaban apa apa "Hey kenapa? Apa masih ada yg sakit? "

"Kau imut " ucap pemuda itu tampa sadar.

"Hm?? Kau bilang apa tadi? " tanya seseorang benetra biru itu kerena tidak mendengar begitu jelas.

"E-eh!! Bukan maksudku terimakasih " jawab pemuda bernetra merah sedikit gelabakan setelah mengoreksi kembali ucapannya.

Orang itu tersenyum lebar membuat pemuda didepannya sedikit merona. " Ah tidak masalah kebetulan aku lewat tadi... Oh ya gimana bisa kau babak belur seperti tadi?" tanyanya.

Pemuda itu menghela nafasnya " Tadi aku di keroyok sama preman preman kerena mencoba membela diri, mereka mau merampokku tapi untunglah aku bisa lolos."

"Woah kau hebat sekali bisa melawan mereka, kalau aku jadi kau mungkin hanya bisa pasrah dan memberikan apa yg mereka mau " ucap orang bernetra biru itu dengan mata yg berbinar binar.

Pemuda beriris merah itu terkekeh malu malu setelah mendengar pujian dari orang yg baru saja mencuri hatinya.

"Oh ya mari ku antar kau pulang... Apa kau sudah bisa berjalan? " tanya orang itu sembari membantu pemuda didepannya berdiri.

"Kurasa bisa " jawab pemuda itu, dia melangkahkan kakinya dengan pelan dan hati hati dengan bantuan seseorang ini di sampingnya.

Agak jauh mereka berjalan hingga pada akhirnya sampai didepan gerbang rumah pemuda bernetra merah itu.

"Mau mampir dulu? " tanya pemuda itu.

" Lain kali saja, aku sudah harus pulang sekarang " jawab seseorang bernetra biru itu "Kalau begitu aku pergi sekarang ya.. Sampai jumpa " ucapnya sembari berjalan menjauh.

"Eh tunggu!! Namamu siapa? " tanya pemuda itu menghentikan langkah orang bernetra biru yg barusan menolongnya.

Seseorang itu berbalik dengan senyum cerah di wajahnya " Taufan Rafael Cyclone." ucapnya sebelum kembali melanjutkan langkah kakinya.

Pemuda beriris merah itu tersenyum memandang orang itu hingga tidak terlihat lagi di persimpangan jalan.

Pandangannya teralih keatas langit yg masih menampakkan warna biru cerah. Warna yg sama dengan netra Taufan lelaki yg barusan menolongnya.

" Kuharap kita bertemu lagi Taufan "

®®®®®®®®

Ahh aku baru sampai prolog, sabar ya aku juga lagi bikin yg ThoFan itu ^^

Thanks ya bagi kalian yg sudi membaca dan menunggu semua ceritaku ^^

Sampai jumpa di cepter depan jangan lupa vote dan review kalau perlu keritik dan saran juga ^^

Salam Semangat Naura Aurora ^-^

 Pyscopath (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang