(5) Usaha Memikat Hati

3.2K 236 148
                                    

Pagi menjelang. Sebuah kebisingan yang memekakan telinga membuat Halilintar terbangun dari tidur nyenyaknya. Sesekali dia mengerjap untuk menyesuaikan netra merah ruby miliknya yang terlihat mengkilap diterpa cahaya mentari pagi.

Suara keributan itu benar benar membuat Halilintar terganggu. Sembari mendengus dia menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya sebelum bangun menuju pintu kamarnya yang bernuansa merah darah itu.

Dia berjalan menuruni tangga rumah, namun seketika ia berhenti di tengah tengah anak tangga ketika netra merah ruby itu menangkap pemandangan yang bisa dibilang agak kacau.

Tepat di bawah sana keluarganya dengan keluarga Ice terlihat kalang kabut dengan wajah wajah khawatir, bahkan dua wanita yang berada di sana terlihat sedang menangis. Siapa lagi kalau bukan ibu Halilintar dan ibunya Ice.

Tak hanya dua wanita itu, dapat Halilintar lihat juga Petir, sang adik sedang berbaring di paha Air, adiknya Ice dengan bantal sofa yang menutupi wajahnya. Sudah dapat Halilintar tebak kalau adiknya pasti juga menangis. "Pemandangan langka." batinnya sembari tersenyum geli.

Halilintar melanjutkan langkahnya hingga ke anak tangga terakhir. "Kalian semua kenapa?" tanyanya.

Semua mata tertuju ke arahnya sebelum akhirnya dua wanita tadi memekik dan langsung berlari memeluk dirinya. "Halilintar!!"

Bahkan Petir serta ayahnya Halilintar sendiri tak mampu untuk tidak memeluk kakak dan anak sulungnya itu. "Kalian semua kenapa sih?" tanya Halilintar bingung. Malah sekarang kebingungannya semakin bertambah ketika Ice, Air dan pamannya juga ikut ikutan memeluk dirinya.

"Ya ampun Sayang, Anak Mama, malam tadi kemana?" tanya mamanya Halilintar khawatir. Kita sebut saja nyonya Strom Thunder. "Semalaman ilang."

Halilintar menaikkan sebelah alisnya. "Aku semalaman di rumah kok, Mah." jawabnya yang tentu saja membuat seisi rumah kaget sekaligus heran.

"Ice bilang kemarin kamu waktu pulang sekolah langsung pergi entah kemana." ucap ibunya Ice. Kita panggil saja nyonya Frozen Frost. (Jadi keingetan kartun Elsa :v awakokwakok)

Halilintar menoleh ke arah bibinya itu. "Kemarin aku pergi ke supermarket, beli koret ayam dan spaghetti instan. Malah pas aku pulang ke rumah kalian yang gak ada." jawabnya dengan santai. "Ya udah, Hali langsung tidur."

Tak sulit bagi Halilintar untuk menutupi kebohongannya. Memang keluarganya maupun keluarga Ice bisa dibilang paling alhi dalam berbohong, dibalik wajah datar dan dingin mereka yang terkesan selalu serius.

Strom menghela nafasnya sembari memegang kedua bahu anak sulungnya itu. "Tak apa, yang penting kamu sudah pulang. Lain kali kalau mau pulang malam atau keluar malam kabarin kami atau gak kabarin Ice. Jangan bikin kami khawatir lagi. Faham!!" ucapnya dengan tegas.

Halilintar memutar bola matanya ke atas, menghadapi sifat mamanya yang mulai cerewet ini. "Iya iya, Hali faham." Tiba tiba dia menerima serangan mengejut.

"Kakak!!" seru Petir sembari menerjang kakaknya itu dan memeluknya erat. Dia mendongak menatap netra merah Halilintar yang sebetulnya juga sama dengan warna matanya. "Kenapa gak jadi ilang aja sih? Kan lumayan kamar Kakak buat Petir."

Halilintar menatap datar adiknya itu. "Kamu gak boleh masuk kamarku kecuali kalau aku sudah nikah."

"Ya udah, buruan nikah gih! Cepat cepat cariin kakak iparnya Petir." ucap Petir, lebih lengkapnya Petir Alymer Thunder.

Seringai tercipta di wajah rupawan Halilintar. "Kalau aku gak ada, paling kau yang nangis kek tadi."

Mendengar itu spontan membuat wajah Petir memerah. Segera dia melepaskan pelukannya dan mendorong kakaknya itu menjauh. "Si-siapa bilang aku nangis?!" sanggahnya sembari bersedekap dada, lengkap wajah cemberut dan pipi yang menggembung.

 Pyscopath (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang