(20) Ghostfake

1.2K 99 40
                                    

Hari libur telah berakhir dan sekarang adalah hari pertama Taufan dan teman-temannya menginjakkan kaki di kelas sebelas. Beruntungnya, mereka semua satu kelas lagi. Tentunya setelah kepala sekolah mereka suap.

-Brakk!!

Pintu didobrak hingga terbuka sekaligus terbanting keras hingga menimbulkan suara yang membuat seisi orang di jelas kaget bukan main.

Taufan si pendobrak berdiri di ambang pintu sembari tersenyum cerah secerah mentari pagi. Ekspresinya watados sekali. "SELAMAT PAGI KELAS BARU!!"

-Brukk!

Sebuah tas sekolah melayang dan mendarat tepat di wajah Taufan. "HUANJ*ING APA-APAAN INI?!" jeritnya tidak terima.

"BRISIK BANGS*AT!" Blaze si pelaku pelempar tas berujar ketus. Wajahnya memerah ditekuk se-bete mungkin.

Tas sekolah itu dipungut oleh Taufan seraya menghampiri si pemilik tas. "Lu ngapa sih? Pagi-pagi dah bete aja. Kek gue dong bersinar cerah secerah matahari," ucapnya, tersenyum bangga.

Blaze hanya mendengus sembari mengambil kembali tas sekolahnya.

"Hiliih...yang matahari tuh di sini cuman gue ya. Lu tuh cuman angin kentut," celetuk Solar tidak terima posisinya sebagai matahari direbut.

"Sa ae lu Bensin basi," balas Taufan, menirukan ekspresi emot batu.

Dia mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru kelas untuk melihat siapa saja sahabatnya yang belum datang.

"Eehh Ayank-nya Blaze belum dateng, pantesan nih si gunung bromo badmood awkakwok," ucapnya lalu ketawa sendiri.

Blaze mendengus lagi sembari bersedekap dada. Wajahnya kembali ditekuk bete. Sangat tidak enak untuk dipandang, walau sebagian anak di kelas beranggapan ekspresinya imut.

Taufan meletakkan tas sekolah di kursi miliknya. Mereka sudah mencari tempat duduk satu hari sebelum sekolah diwajibkan lagi.

Dia menengok ke kursi Halilintar di sampingnya yang ternyata masih kosong. "Ehh Ayank gue juga belum dateng ternyata."

"Lah? Emang lu punya Ayank?" tanya Fang, menyahut.

"Pertanyaan lu agak ngeselin ya," balas Taufan tersenyum seraya bersabar untuk tidak menimpuk sahabatnya itu dengan sepatu.

Fang nyengir sembari mengangkat dua jarinya. "Bercanda Fan, eh tapi serius. Emang lu punya Ayank?"

Taufan mendengus. "Eh eh, btw kok kita pakai Lu-Gue ya? Sok banget awkaowkaoak," tawanya mengalihkan topik.

"Gak papa, biar gaul," sahut Solar menaikkan kacamatanya dengan gaya songongnya.

"Halah, paling entar balik lagi jadi Aku-Kamu atau Kau-Aku." Gempa angkat bicara sembari memutar malas bola matanya.

"Pftt-" Thorn yang sedari tadi hanya menyimak tak mampu menahan diri untuk tidak cekikikan.

Tidak berselang lama Halilintar dan Ice tiba. Maka lengkaplah sudah delapan sahabat yang akan memenuhi kelas itu suka dan duka dari sekarang hingga hari-hari berikutnya.

Senyuman Taufan mengembang sempurna saat melihat Halilintar tiba. Sembari berlari kecil dia menghampiri Kekasihnya itu sebelum melompat ke dalam pelukannya.

Halilintar terkekeh pelan dengan suara beratnya saat sang kekasih menerjang dan memeluknya. Tentu dengan senang hati dia menangkap dan memeluk kekasihnya itu.

Apa yang Halilintar dan Taufan lakukkan di depan papan tulis membuat semua orang yang ada di kelas melongo. Yah, tidak semua sih.

Taufan mendongak tanpa melepas pelukannya. Senyuman cerah masih menghiasi wajah imutnya. Dia memejamkan mata sejenak saat Halilintar mendaratkan kecupan di dahinya.

 Pyscopath (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang